BahanKain.com - Aceh atau dengan nama lengkapnya Nanggroe Aceh Darussalam mempunyai ajaran Islam yang sangat kental dengan kehidupan masyarakatnya. Aceh dikenal sebagai tempat dimulainya penyebaran Islam di Indonesia dan memainkan peranan penting dalam penyebaran Islam di Asia Tenggara. Dan hal ini juga menjadi pengaruh yang besar dalam penentuan bentuk, arah dan perkembangan ragam hias atau ornamentasi utama. Bentuk ragam hias yang merupakan visualisasi, aktualisasi dan representasi tetumbuhan, benda, gerak alam, dan geometri yang dbentuk dengan teknik tertentu dengan media tertentu mulai dari batu hingga diatas kain.
Budaya yang dituangkan diatas kain yang terjadi di Aceh, menjadi sesuatu yang sangat menarik untuk ditelusuri karena sejarah panjang yang tercipta berdasarkan perdagangan nusantara. Kain Tenun Aceh, menjadi misteri tersendiriketika kita mengamatiakan motif atau goresan yang tertuang diatasnya, karena melalui motif pada tenun strata masyarakat dapat terlihat.
Pemilihan motif di Aceh akan jauh dari motif yang menggambarkan manusia atau binatang, karena hal ini menjadi pantangan di daerah Aceh, bahwa “malaikat tidak akan memasuki rumah- rumah yang didalamnya terdapat berhala atau anjing.”
Beberapa motif yang dimiliki oleh Aceh seperti:
Motif Bungong Kalimah berasal dari Aceh Besar, dan didaerah ini sangat banyak menyimpan motif-motif hias yang cantik. Motif Bungong Kalimah merupakan motif yang berisi kalimah Allah. Kain tenun yang bermotif ini, digunakan sebagai selendang atau penutup kepala wanita. Motif ini biasanya di apklikasikan pada ujung kain tenun.
Motif ini dipilih berdasarkan pada konsep buah yang disebutkan di dalam Kitab Suci Al-Quran bahwa buah delima merupakan salah satu jenis buah yang terdapat didalam surga.
Motif ini banyak beredar di masyarakat Gayo/Alas. Motif ini menggambarkan kondisi lingkungan setempat yang subur, karena buah manggis dianggap sebagai raja buah dengan kandungan anti oksidan yang tinggi.
Motif ini sama halnya dengan motif sebelumnya, yaitu beredar di masyarakat Gayo/Alas. Motif hias tuleng iken/tulang ikan menggambarkan ikan depik yang menjadi ikan khas di Gayo/Alas sedangkan motof peger/pagar melambangkan perlindungan, yaitu bahwa selembar kain mampu memberikan perlindungan kepada pemakainnya terhadap rasa malu karena mampu menutup aurat dengan baik. Dan 2 motif ini hanya akan di jumpai di masayarakat Gayo/Alas saja.
Pohon hayat yang menjadi ciri kain tenun Siem serta terdapat pada kain tenun ija dua blah blah melambangkan kehidupan dan harapan. Masyarakat Aceh zaman dulu, mempercayai bahwa selembar kain yang dipakai oleh pemakainya mampu mengandung harapan dan rezeki yang baik.
Motif selanjutnya yaitu Motif Daun Sirih yang mempunyai filosofi kehidupan yang terus meningkat, berasal dari batang sirih yamg terus merambat.
Motif Awan dalam tenun Aceh, hal ini mempunyai pengertian bahwa cuaca di Sumatera yang cerah akan membawa kehidupan masyarakat yang dinamis.
Motif yang lain yang terdapat pada kain tenun Aceh misalnya motif bungong campli/bunga cabai, bunga tabur, dan unsur alam lainnya. Motif hias yang lainnya dibuat biasanya hanya untuk hiasan saja, lebih tepatnya untuk memenuhi bidang hias dan menambah estetika dari kain yang ditenun.
Tak bisa dipungkiri Indonesia mempunyai banyak kekayaan alam dan budaya yang beragam. Aceh pernah menjadi Mutiara Nusantara di ujung barat Indonesia dan akan selalu menjadi Mutiara Nusantara di mata dunia dengan terus menjaga kekayaan budaya yang sangat beragam. Ingin tau tentang kain tenun di Indonesia baca artikel " Mengenal Kain Tenun Indonesia "