Bahankain.com - Selain keragaman
motif batiknya, Indonesia juga kaya akan kain tenun tradisional dari setiap
daerahnya. Keberadaannya pun tersebar di berbagai daerah mulai dari bagian Barat
hingga wilayah Timur Nusantara. Diantaranya yaitu kain Sonket Minang, Ulos, Tenun
Troso Jepara, Tenun Endek Bali, Tenun ikat Bandar Kidul Kediri, Tenun Toraja,
Tenun Sumba, Tenun Ikat Tanimbar, dan masih banyak lagi.
Penggunaan tenun di berbagai
daerah ini tidak hanya sebatas bahan busana sehari-hari saja, namun banyak yang
memanfaatkannya untuk kepentingan ibadah, upacara adat pernikahan, kelahiran
hingga kematian.
Dimulai dari budaya tenun tradisional di Wilayah Timur Nusantara, kali ini kita akan mengenal Wastra Tenun Khas daerah Flores, Nusa Tenggara Timur. Nama pulau indah yang mempunyai julukan ‘Nusa Bunga’ ini diberikan oleh bangsa Portugis yang pertama kali mendarat di pulau ini. Keindahan alamnya membuat bangsa Portugis terkagum-kagum sehingga mereka memberi nama cabo Da Flores atau Tanjung Bunga.
Pulau Flores juga dihuni oleh beberapa
suku yang menghasilkan beragam keindahan motif dan corak kain tenun. Karena menenun
adalah salah satu budaya masyarakat Flores sejak dahulu. Sentra penghasil kain
tenun pun tersebar di kabupaten Manggarai (Barat dan Timur), Kabupaten Sikka Kabupaten
Ngada, Kabupaten Nagekeo, Kabupaten Flores Timur, dan Kabupaten Ende.
Kain tenun tradisional yang dari wilayah-wilayah ini berupa tenun ikat dan tenun songket. Lembaran kain tenun ini kemudian diolah menjadi sarung, selendang dan selimut.
Jenis sarung tertentu bisa
dipakai oleh perempuan maupun laki-laki, sedangkan selendang dipakai laki-laki
dengan disampirkan di pundak. Ada pula selimut berbahan kain tenun yang
diperuntukkan bagi pria maupun wanita. Dilihat dari cara penggunaannya sarung tak
hanya berfungsi sebagai pakaian sehari-hari saja, tetapi juga digunakan untuk
ritual dan mas kawin dari mempelai laki-laki.
Masyarakat Flores menyebut kain sarung
dengan istilah lipa. 9 Nah berikuti ini 9 jenis sarung perempuan di Flores
serta ciri khasnya.
1.
Lipa Songke
Lipa Songke adalah jenis kain tenun yang dihasilkan oleh penenun kain tradisional di kabupaten Manggarai. Istilah ‘lipa’ sebenarnya berasal dari bahasa Bugis yang budaya menenunnya mendapatkan banyak pengaruh dari masyarakat Flores.
Sedangkan Songke atau sonket adalah teknik menenun dengan
memakai benang pakan tambahan sebagai hiasan timbul.
2.
Lipa Curak
Lipa Curak juga merupakan kain tenun tradisional khas Manggarai.
Bedanya sarung ini tidak dihiasi dengan songket sehingga pola tenunannya lebih
sederhana.
Follow Instagram kami di @bahankain.com
untuk simak real testimoni kain dan produk tekstil dari pelanggan setia Bahankain.com.
Banyak info dan tips-tips menarik juga lho.
3.
Lipa Dhowik
Beralih ke daerah Mbay di Kabupaten Nagakeo, tapi juga
ada di kabupaten Ngada dengan kain lipa dhowik. Hiasan songket pada kain ini lebih
dominan berwarna kuning. Kain tenun lipa dhowik juga dapat dikenakan oleh kaum
pria.
4.
Lawo
Kain lawo mempunyai ciri khas berupa ragam hias manik-manik
dan digunakan oleh para wanita sebagai busana ritual yang bersifat sakral. Lawo
termasuk jenis sarung yang paling tinggi nilainya. Sentra penghasil sarung tenun
lawo ada di Kabupaten Ngada.
5.
Hoba Pojo
Hoba Pojo merupakan kain tradisional khas Kabupaten
Nagakeo berupa sarung perempuan yang dibuat dengan teknik tenun ikat lusi. Sarung
ini memiliki warna latar biru tua dan ragam hiasnya berwarna putih atau kuning.
6.
Zawo
Nama zawo (bahasa Ende) atau Lawo (bahasa orang Lio). Kain
tenun zawo juga termasuk sarung wanita dari kabupaten Ende. Sarung ini terbuat
dari tiga lembar kain yang dijahit bersama.
7.
Utang
Utang (bukan hutang), sebutan untuk kain sarung khas Flores
satu ini terdengar unik. Utang adalah jenis sarung tenun perempuan dari
Kabupaten Sikka. Tenunan kainnya dibuat dengan teknik ikat lusi dan konon
motif-motifnya sebagian masih terpengaruh oleh motif tenun Patola dari India
8.
Nenang
Nenang juga merupakan jenis sarung perempuan dari kabupaten
Sikka lebih tepatnya daerah Tana Ai. Desain kain nenang ini memang agak berbeda
dari sarung perempuan di Sikka.
9.
Kewantek
Terakhir ada kawantek yaitu sebutan untuk sarung perempuan
yang dibuat di Lamaholot, kabupaten Flores Timur, meliputi Pulai Adonara, Solor
dan Lembata. Sarung tenun ini terdiri dari dua bidang atau lebih dengan motif
lajur serta berbagai detail corak yang rumit.
Itulah keindahan sembilan jenis
sarung tenun tradisional khas Flores, Nusa Tenggara Timur. Sebagai bagian dari
NKRI, sangat penting bagi kita mengenali sejengkal demi sejengkal kekayaan
tanah dan budaya tanah air Indonesia. Sebelum satu demi satu budaya kita diakui
bangsa lain karena kita sendiri tidak mengenalinya.
Bahankain.com sebagai pusatnya kebutuhan
tekstil Indonesia juga turut berkontribusi dengan menyediakan kebutuhan benang
tenun tradisional yang berkualitas. Pilihan jenis benangnya juga bervariasi ya,
ada benang katun combed, katun carded, katun slub, rayon 60/2, rayon 40/2
sampai benang TC dengan beragam pilihan warna.
Cek koleksi benang kami, langsung klik DISINI.
Untuk konsultasi, detail produk
dan pemesanan sillahkan hubungi kami dengan klik icon whatsapp.
Dapatkan harga terbaik dan
berbagai promo menarik dari Bahankain.com.