Gorontalo tercatat sebagai salah satu kota tua nan bersejarah di Kepulauan Sulawesi, selain Makassar dan Manado. Kota yang dijuluki Serambi Madinah ini juga dikenal sebagai penghasil kain dengan sulaman paling rumit di dunia yaitu Karawo.
Karawo adalah kain tradisional khas
Provinsi Gorontalo yang dibuat secara manual menggunakan alat sulam tangan. Orang
luar Gorontalo kerap menyebutnya Kerawang.
Nama Karawo sendiri berasal dari Bahasa Gorontalo yang artinya sulaman tangan atau kain yang disulam. Atas dasar itulah, kain Karawo dikategorikan sebagai produk kerajinan tangan.
Karawo terlahir dari
ketekunan para perajin setelah melalui proses yang begitu panjang. Seni membuat
Kerawang atau Karawo disebut “Makarawo”. Keahlian menyulam ini diturunkan dari
generasi ke generasi sejak tahun 1600an dimana Kerajaan Gorontalo masih dalam
masa kejayannya.
Keindahan motif, keunikan proses,
serta kualitas unggulnya membuat kain Kerawang atau Karawo bernilai sangat
tinggi. Tak mengherankan jika kain ini diminati oleh para kolektor maupun
pecinta kain tradisional dari dalam maupun luar negeri.
Sejarah mencatat bahwa pembuatan kain sulam Karawo sempat mati suri. Pengrajinnya hanya sedikit karena detail sulaman yang
sangat rumit dan menyita banyak energi, waktu, serta ketekunan. Pemerintah pun
melakukan berbagai upaya untuk menjaga kelestarian kriya kerajinan tangan satu
ini.
Salah satunya dengan menggelar Festival
Karawo kali pertama yang dilaksanakan pada 17-18 Desember 2011 lalu. Festival
tersebut menjadi agenda tahunan guna menarik minat masyarakat terhadap produk
Karawo dan memperkuat potensi ekonomi melalui pengembangan budaya daerah.
Tradisi makarawo atau membuat sulaman menyiratkan sepenggal kisah sejarah bagi perempuan Gorontalo. Konon kabarnya, Belanda sempat berupaya menghilangkan kultur dan budaya di wilayah Gorontalo. Namun, tradisi makarawo berhasil diselamatkan dengan disembunyikan secara diam-diam oleh para wanita. Peristiwa bersejarah ini terjadi pada tahun 1889.
Saat Belanda masuk ke
wilayah ini ada dua peristiwa penting, antara lain:
1.
Banyak warga Gorontalo yang memilih masuk dan
menetap di hutan-hutan atau wilayah terpencil karena enggan membayar pajak ke Pemerintah
Belanda. Bahkan, hingga saat ini keturunan mereka masih bersembunyi sehingga mereka
dijuluki Polahi.
2.
Upaya penghapusan segala bentuk tradisi, adat,
dan hal-hal terkait berkesenian atau kebudayaan masyarakat Gorontalo. Hal itu
karena Belanda melihat kekuatan orang Gorontalo berasal dari adat dan budaya
mereka. Sehingga dilaranglah berbagai aktivitas yang berkaitan dengan kebiasaan
tersebut.
Hengkangnya Belanda tak
serta-merta membuat karawo keluar dari ”persembunyian”. Tradisi mokarawo tetap
dilakukan di ruang tertutup. Karawo mulai menampakkan dirinya menjelang akhir tahun
1960-an, namun tetap belum dijual secara bebas. Peminat karawo akan datang
langsung ke penyulam dan memesan. Pembayarannya pun bisa menggunakan uang atau
sekedar barter dengan kebutuhan lain.
Usai selamat dari ancaman Belanda,
kini karawo kembali diselimuti bayang-bayang kepunahan. Penyebabnya tak lain
adalah kurangnya minat generasi muda memakai karawo apalagi sebagai penyulam. Sampai
detik ini makarawo masih ditekuni oleh 10.000 ibu rumah tangga yang tersebar di
sejumlah wilayah Gorontalo.
Kebanayakan motif kain Karawo terinspirasi dari alam dan bentuk-bentuk geometris. Setiap motif menyimpan makna dan filosofi sendiri.
Berikut ini ragam motif karawo beserta
maknanya:
1.
Motif pohon pinang (lurus, pemomong dan jujur)
2.
Motif mahkota (berguna bagi orang lain)
3.
Motif buaya (hukum dan nasehat)
4.
Motif tali atau simpul (persaudaraan)
5.
Motif kelapa (kemuliaan dan keteguhan)
6.
Motif gula aren atau pahangga (status tinggi)
7.
Motif gapura (religius)
8.
Motif janur (pemimpin yang cinta rakyatnya)
9.
Motif pisang (semangat dan memberi sumbangsih
dalam hidup)
10.
Motif tebu (hangat dan ekspresif)
Pembuatan kain karawo terbagi menjadi lima tahapan, yaitu pemilihan kain, pembuatan desain, iris-cabut, menyulam, dan finishing. Kelima proses tersebut memakan waktu setidaknya 4 hingga 30 hari, tergantung luas bidang yang disulam serta kerumitannya.
Berikut tahapan proses pembuatan
kain karawo:
1.
Pemilihan kain
Pertama-tama para pengrajin akan memilih kain. Biasanya
mereka menggunakan kain dengan anyaman renggang sehingga posisi benang lungsin
dan pakannya terlihat jelas. Seperti halnya linen, katun jepang dan sifon.
2.
Pembuatan desain
Pembuatan desain karawo merupakan titik kritis dalam
pembuatan karawo. Pengrajin bisa saja menjiplak pola sulaman yang sudah ada
ataupun membuat motif baru yang sesuai filosofi budaya Gorontalo.
3.
Iris-cabut
Dalam proses iris-cabut benang, batas dan luas bidang dibentuk
berdasarkan pola. Kecermatan menghitung benang yang akan diiris dan dicabut
sangat menentukan kehalusan sulaman.
Awalnya pengrajin akan menghitung jumlah benang sesuai
motif. Setelah itu benang diiris dan dicabut satu per satu agar tersedia ruang
kosong untuk diisi benang sulam.
4.
Menyulam
Proses menyulam dilakukan dengan menelusurkan benang
mengikuti arah jalur benang. Pada tahapan ini, pengrajin bisa mengisi motif lalu
mengikat bagian yang tidak dimotif atau mengikat dulu baru mengisi motif.
Makin banyak lilitan benang dalam satu lubang maka
harganya akan semakin tinggi.
5.
Finishing
Pada tahap finishing, jalur-jalur benang diikat menggunakan
satu kali lilitan. Langkah ini bertujuan memperkuat jalur benang yang tidak
disulam agar hasil sulaman terlihat rapi dan kokoh. Setidaknya butuh waktu 10
hari untuk mengerjakan selembar karawo bermotif besar.
Kain karawo terbagi menjadi dua
jenis yaitu Karawo Manila dan Karawo Ikat. Perbedaan keduanya terletak pada
proses pembuatan dan pemakaiannya:
1.
Karawo Manila
Dibuat dengan teknik mengisi benang sulam secara
berulang sesuai dengan motif yang sudah ada. Kain Karawo manila umumnya dimanfaatkan
sebagai bahan pakaian.
2.
Karawo Ikat
Sesuai namanya, karawo ikat dibuat menggunakan teknik ikat.
Dalam proses pembuatannya bagian-bagian bahan yang telah diiris dan dicabut diikat
menggunakan benang mengikuti pola yang telah dibuat. Jenis karawo ini kerap dimanfaatkan
untuk barang-barang dekoratif seperti taplak meja dan sarung bantal.
Kedua teknik ini sama-sama
melalui tiga tahapan, yaitu iris-cabut, menyelam, dan proses finishing. Butuh
waktu 10 hari bahkan sebulan untuk membuat satu produk sulaman dengan motif
besar
Itu dia pesona dan segala hal menarik
tentang karawo, si kain tradisional Gorontalo yang didapuk memiliki sulaman
paling rumit di dunia. Gimana nih, Sobat Bahankain berminat untuk mencoba? Ingat
ya, Anda harus ekstra sabar dan tekun agar hasilnya sempurna.
Bahankaincom siap menyiapkan
bahan kainnya lho Di toko kami tersedia kain linen dan sifon dengan beragam
konstruksi serta kerapatan anyaman yang sangat cocok untuk media menyulam
ataupun bordir. Kualitas tetap nomor satu ya.
Nah, kira-kira Sobat Bahankain
lagi butuh kain apa nih?
Coba cek di Kategori Poduk kami yuk!
Atau hubungi kami dan
konsultasikan segala kebutuhan kain Anda. Dapatkan rekomendasi produk serta harga
terbaik dari kami.
Belanja makin praktis via Shopee dan Tokopedia di store Mekar Jaya Tekstil, yang logo merah ya.