‘Toyoda’ bukan lagi merk asing dalam dunia pertenunan
dan industri tekstil di Indonesia bahkan dunia. Ya, itulah merk mesin tenun yang
mempunyai sistem deteksi dan pemberhentian otomatis ketika ada kesahalan. Nama brand
mesin tenun ini terinspirasi dari nama penciptanya, Sakichi Toyoda yang juga
melahirkan perusahaan otomotif dunia, Toyota.
Lantas, siapakah Sakichi Toyoda? Dan bagaimana
perjalanannya hingga menemukan mekanisme mesin tenun yang masih digunakan
hingga saat ini? Simak ulasannnya yuk!
Sakichi Toyoda adalah seorang tokoh yang sangat penting dalam sejarah perkembangan industry di Jepang. Pria kelahiran 14 Februari 1867 ini dikenal sebagai penemu, pebisnis serta pendiri perusahaan mesin tenun Toyoda yang menjadi cikal bakal Toyota Group. Ketika itu, pemintalan adalah industri utama di Jepang. Dari situlah muncul keinginan pemerintah Negeri Sakura untuk mengembangkan usaha-usaha kecil lewat pembentukan industri rumah tangga di seluruh penjuru.
Sebagai anak laki-laki, Toyoda belajar seluk beluk menjadi tukang kayu
dari ayahnya, hingga mampu merancang dan menciptakan mesin tenun kayu. Penemuan
sukses pertama Sakichi berupa alat tenun tangan kayu dan menerima hak paten tahun
1891. Memasuki iahun 1894, ia mulai membuat peralatan tenun manual yang murah
namun lebih baik dibanding alat tenun biasa.
Toyoda merasa senang, tapi masih kurang puas karena ibu, nenek,
dan teman-temannya masih harus bekerja keras memutar dan menenun. Dia pun
berusaha merancang mesin yang lebih canggih agar rutinitas menenun mereka tak
lagi memaksa untuk bekerja keras. Ia mulai bereksperimen dan mengembangkan alat
tenun kayu yang dijalankan oleh mesin.
Berawal dari keinginannya untuk mandiri secara finansial dan mengejar karier penemuannya, Sakichi memulai sebuah pabrik kain kecil di Distrik Taito Tokyo pada tahun 1892. Ia berupaya membangun rasa percaya diri dengan mengoperasikan beberapa alat tenun kayu temuannya. Sehingga ia bisa memastikan kinerja mesin lalu merekomendasikan penemuannya kepada pelanggan. Sayangnya, pabrik tersebut tidak berjalan baik dan terpaksa ditutup setelah satu tahun beroperasi.
Pada masa itu, penemu harus
melakukan semuanya sendiri. Tidak ada bantuan dari departemen riset dan pengembangan.
Saat pertama kali mengembangkan mesin tenunnya, toyoda tidak memiliki sumber
tenaga untuk menjalankan mesin sehingga perhatiannya terpusat ke masalah
pembangkit tenaga.
Karena mesin uap satu-satunya
sumber tenaga yang paling umum saat itu, ia membeli sebuah mesin uap bekas
pakai dan mulai bereksperimen. Toyoda banyak melakukan percobaan dan pengujian
sendiri lalu membuat suatu pendekatan yang menjadi pondasi Toyota Way, yaitu
genchi genbutsu.
Menyusul keberhasilan
pengembangan alat tenun otomatis, pada tanggal 17 November 1926, Toyoda
mengadakan rapat pendirian Toyoda Automatic Loom Works, Ltd. di kantor pusat
Toyoda Boshoku, Kota Nagoya. Namun, pendaftaran resmi pabrik Toyoda Automatic
Loom Works (sekarang Toyota Industries Corporation) baru dilakukan keesokan
harinya.
Menantu Sakichi yaitu Risaburo
Toyoda diangkat menjadi Presiden. Sedangkan putra kandungnya yang bernama Kiichiro
Toyoda sebagai Direktur Pelaksana. Kini, Toyoda Automatic Loom Works telah
berevolusi jadi induk Toyota Group yang merupakan inti konglomerasi Toyota
hingga saat ini.
Filosofi Dasar Toyota
Production System
Upaya Toyoda untuk mencoba,
memperbaiki dan menemukan tanpa kenal lelah akhirnya membuahkan hasil berupa
mesin tenun canggih yang otomatis, yang menjadi sangat terkenal hingga
menyaingi “Permata Mikimoto” dan “Biola Suzuki”.
Penemuan paling terkenal dari
Sakichi Toyoda adalah mekanisme khusus yang disebut jidoka (otomasi dengan
sentuhan manusia). Dimana sistem ini secara otomatis akan menghentikan alat
tenun ketika ada benang putus sehingga cacat produk (defect) bisa diminimalisir.
Mekanisme tersebut menjadi dasar proses
produksi yang lebih efisien dan berkualitas tinggi. Jidoka pun berevolusi
menjadi sebuah sistem yang lebih luas dan salah satu pilar dalam Toyota Production System.
Pada intinya, jidoka adalah
“pendeteksi dan pencegah kesalahan” untuk menciptakan produk kualitas. Dengan
sistem operasi yang berjalan otomatis dan otomatis berhenti ketika terjadi
kesalahan, maka operator tidak terikat pada satu proses atau mesin saja. Ia bebas
melakukan banyak pekerjaan sekaligus yang akan memberikan value.
Selama hidupnya, Sakichi Toyoda
dianggap sebagai insinyur dan penemu yang sangat dihormati, khususnya di
Jepang. Namun kontribusi terbesarnya adalah berupa pengembangan Toyota
berdasarkan filosofi dan pendekatannya terhadap segala sesuatu yang ia kerjakan
dengan semangat yang terus menyala.