Semarang merupakan satu kota di
Jawa Tengah yang menjadi habitat batik dengan beragam motif khas. Eksistensi Kampung
Batik Bubakan dan Pedamaran jadi sebuah indikator bahwa sentra kerajinan batik
sudah mengakar di sana. Di kampung inilah para pengrajin batik tradisional
bermukim dan melakukan beragam aktivitas.
Kampung Batik Semarangan pun
menjadi bagian tak terpisahkan dari tata pusat kekuasaan. Terutama sebagai
penyedia kebutuhan bahan sandang bagi para penguasa, pejabat pemerintahan serta
para pendatang.
Seperti apa sejarah batik di kota
atlas ini? Simak ulasannya, yuk!
Batik khas semarang disebut juga batik Semarangan sudah ada sejak zaman kolonialisme Belanda. Awal mula eksistensinya dimulai dari Kampung Batik Semarang, yaitu sebuah komplek yang berisi jajaran rumah para pengrajin batik.
Pada tahun 1970-an, kehidupan
masyarakat di wilayah ini kurang begitu baik. Namun, berkat campur tangan
pemuda setempat, Kampung Batik Semarang kini telah menjadi destinasi wisata
menarik bagi wisatawan lokal maupun internasional.
Batik semarangan cenderung
menonjolkan identitas serta keindahan kota Semarang dengan sedikit akulturasi
dari budaya Arab dan Tionghoa. Mulai dari konsep bangunan bersejarah seperti
tugu muda Lawang Sewu, dan klenteng. Kemudian disusul dengan motif burung
merak, bunga mawar, bangau, burung blekok, buah asam serta beragam jenis flora
dan fauna.
Ciri khas kain batik semarangan
juga meliputi ornamen-ornamen berlekuk pada kain bagian bawah (lung-lungan).
Variasi warna kain batiknya pun berpedoman pada warna-warna lanskap di kota
Semarang.
Batik Semarangan memang tidak memiliki pakem motif yang jelas. Namun, produknya bisa dikenali dari penggunaan corak-corak naturalis dan realistis. Batik semarangan juga mengadopsi kultur batik-batik pesisirah yang didentik dengan warna-warna cerah seperti merah, oranye, ungu, dan biru.
Sumber: https://visitjawatengah.jatengprov.go.id/
Berikut beberapa motif batik semarangan
yang paling populer serta masing-masing ciri khasnya:
Tugu muda merupakan salah satu bangunan paling ikonik di
kota Semarang. Berdiri di pusat kota, tugu ini menjadi monument bersejarah
untuk mengenang peristiwa Pertempuran Lima Hari di Semarang (15-19 Oktober 1945).
Motif batik Tugu Muda menggambarkan realitas bangunan
yang jadi ciri khas Semarang. Batik ini banyak diminati karena coraknya sangat
khas dan mampu 'menghidupkan' warna dasar kain batik yang cenderung gelap.
Berupa gambaran monument Tugu Muda dikelilingi ornamen-ornamen sulur atau
tanaman menjalar. Sehingga kerap disebut sebagai batik tugu muda kekiteran
sulur.
Seperti halnya batik tugu muda, batik semarangan motif
lawang sewu juga menunjukkan bangunan bangunan bersejarah yaitu Lawang sewu.
Motif ini melambangkan semangat pelestarian lingkungan serta warisan budaya.
Kombinasi latar merah menyala dan motif berwarna cerah
pada batik warak ngendog menciptakan kesan lebih berani. Jika diterjemahkan
dalam bahasa Indonesia, kata ‘warak ngendog’ berarti badak bertelur. Konon,
penamaan tersebut berasal dari nama mainan kuda-kudaan.
Corak garis-garis lurus pembentuk siluet hewan ini mewakili
sifat masyarakat Semarang yang terbuka dan apa adanya. Kadang juga dimodifikasi
menggunakan motif kepala naga, ular, kerbau dan hewan-hewan yang melambangkan
filosofinya.
Kata ‘asam’ merujuk pada tanaman asam sedangkan, kata ‘arang’
dalam bahasa Jawa berarti jarang. Sehingga konsep batik asam arang mengacu pada
habitat pohon asam yang letaknya saling berjauhan. Batik ini manyimpan filosofi
kebaikan dan manfaat yang mengalir seperti khasiat asam jawa bagi tubuh.
Pengaruh budaya Arab dan Tionghoa diyakini sebagai akar
penciptaan batik semarang Cheng Ho Neng Klenteng. Batik ini didominasi warna
cerah dengan pola motif yang mewakili bentuk kebangsawanan di era tersebut. Corak
bangunan kebudayaan dan tokoh-tokoh pahlawan yang sangat ikonik semakin
meramaikan tampilan batik cheng ho.
Batik merak jeprak melukiskan keindahan burung merak sedang
mengembangkan bulu-bulu indahnya. Batik semarangan berpola ini terinspirasi
dari perilaku burung merak ketika memasuki masa kawin untuk menarik pasangan.
Motif merak jeprak melambangkan keagungan, keindahan, dan semangat untuk meraih
tujuan.
Motif batik blekok srondol juga cukup ikonik di Semarang. Blekok
srondol adalah jenis burung kuntul perak yang hidup di pohon-pohon asam,
khususnya di pusat kota Semarang. Banyak orang menyebutnya burung air karena
hidupnya sangat bergantung dengan keberadaan sumber air. Para pembatik pun menjadikan
burung blekok srondol sebagai inspirasi motif batik semarangan.
Itu dia sejarah dan beberapa
motif batik Semarangan beserta masing-masing ciri khasnya. Semoga bermanfaat
ya!
Nah, buat kamu yang sedang
mencari supplier kain untuk bahan batik, Bahankaincom bisa jadi opsi terbaik. Kami
menyediakan beberapa jenis kain putihan dengan beragam spesifikasi.