‘Wastra’, sebuah istilah yang
mungkin masih asing tapi kerap dielu-elukan. Ya, ditinjau dari asal katanya,
wastra merupakan Bahasa Sansekerta yang berarti ‘kain’. Lebih dari sekedar
kain, wastra digunakan untuk menyebut kain tradisional Indonesia yang
diwariskan secara turun temurun oleh para leluhur.
Bisa dibilang, wastra ialah nama
lain dari kain tradisional Indonesia. Yuk, mengenal lebih dekat tentang wastra.
Wastra adalah bagian dari kekayaan
budaya bangsa yang sarat akan makna budaya dari tiap penjuru nusantara. Dimana masing-masing daerah membubuhkan ciri khas berupa simbol, warna, ukuran, serta karakteristik bahan
sebagai pembeda. Bahkan tiap suku mempunyai cara tersendiri untuk menciptakan wastra mereka.
Indonesia memiliki empat wastra yang
sudah diakui dunia, yaitu kain batik, Songket, Tenun Ikat Flores, dan Tenun
Endek. Selain itu, sebenarnya ada empat wastra lainnya yang terdiri dari
jumputan, tenun, songket, dan kain sulam.
1. Batik
Wastra pertama yaitu kain Batik, yang sudah mendapat
pengakuan resmi dari organisasi budaya dunia (UNESCO). Penggunaan lilin sebagai
bahan perintang warna atau colour resist. Tiap daerah memiliki corak dan gaya
batik yang khas.
2. Jumputan
Kata
“jumputan" berasal dari bahasa Jawa menjumput. Menjumput berarti memungut
atau mengambil dengan semua ujung jari tangan. Penggunaan teknik celup ikat ini
dapat ditemukan di Sumatera, Kalimantan, Jawa, dan Bali. Batik jumputan juga
sering juga disebut dengan batik ikat celup karena proses pembuatannya dengan
mengikat dan mencelupkan kain ke dalam pewarna.
Dalam
pembuatan jumputan, kain
yang digunakan pada batik jumput adalah kain mori, bahan yang lazim digunakan
dalam pembatikan. Kain mori dapat dipilih sesuai kebutuhan yang dikehendaki
dari mulai golongan mori yang paling halus sampai yang berkuali rendah. Selain
kain mori, dalam pembuatan jumputan juga dapat menggunakan kain katun dan
sutera karena memudahkan proses pengikatan dan pencelupan.
3. Songket
Merujuk pada
publikasi Kain Songket dari digilib.unimed.ac.id, songket
merupakan karya seni kerajinan tangan masyarakat Melayu dengan cara ditenun
menggunakan alat-alat tradisional. Dalam bahasa Melayu, songket disebut dengan
“kait” atau “mengait”. Yang dapat diartikan sebagai menyulam. Menurut KBBI,
songket merupakan kain tenun yang bersulam benang emas, dan menyongket adalah
menyulam dengan benang emas atau perak.
Songket
merupakan salah satu pilihan utama dalam pakaian di acara-acara besar seperti
pesta pernikahan dan acara resmi. Kain ini kerap dikenakan dengan kebaya.
4. Tenun
Tenun adalah
hasil kerajinan yang berupa bahan kain yang dibuat dari benang (kapas, sutra,
dan sebagainya) dengan cara memasuk-masukkan pakan secara melintang pada
lungsin. Dilansir dari jurnal Klasifikasi Kain Tenun Berdasarkan
Tekstur dan Warna dengan Metode K-NN oleh journal.untar.ac.id, setiap
kain tenun yang dibuat biasanya berdasarkan kebudayaan, adat istiadat,
kebiasaan budaya dan kehidupan sehari-hari daerah masing-masing.
Berdasarkan
jenisnya, kain tenun dapat
terbagi menjadi 4, yakni tenun sederhana, tenun ikat lungsin, tenun ikat
songket, dan tenun ikat pakan. Tenun sederhana banyak dijumpai di daerah Jawa
Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Sulawesi Tenggara, juga Tapanuli.
Tenun ikat
lungsin banyak dijumpai di daerah NTB, NTT, Maluku, Kalimantan Timur, Sulawesi
Barat, Papua Barat. Tenun ikat pakan banyak dijumpai dari daerah Bengkulu,
Sumatera Selatan, Jawa Timur, Bali, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah. Tenun
songket banyak terdapat di daerah Aceh, Sumatera Utara, Jambi, Lampung, Banten,
Maluku Utara.
Itu dia beberapa jenis wastra nusantara
yang selalu menjadi kebanggaan bangsa. Sudah punya salah satunya?