Sajadah
merupakan salah satu peralatan ibadah umat muslim, terutama di Indonesia. Alas
shalat berupa lembaran kain ini seringkali digunakan saat beribadah di masjid
ataupun di rumah. Fungsi utamanya yaitu untuk menjaga kesucian tempat sholat dan
sebagai batas area sholat seseorang. Alas kaki harus dilepas saat kita menggunakannya.
Nah, berikut
beberapa fakta tentang sajadah yang perlu kamu tahu!
Istilah sajadah
berasal dari bahasa Arab yakni ‘sajjadah’
yang merujuk pada alat ibadah berupa lembaran kain atau karpet yang
digunakan oleh umat Muslim. Beberapa denominasi Kristen dan
umat Baháʼí juga menggunakan sajadah saat menjalankan ibadahnya.
Biasanya
sajadah diletakkan di atas lantai, tanah, atau area yang hendak digunakan sebagai
tempat ibadah (shalat). Sajadah melindungi anggota badan dari najis saat
berdiri, sujud dan duduk. Sajadah dijual secara bebas dengan beragam
variasi motif dan warna. Ia juga dimodifikasi deri berabagi jenis kain seperti
tenun asli, sutra, wol serta beragam jenis kain.
Desain sajadah
umumnya menggambarkan asal wilayah serta penenunnya dengan hiasan bentuk dan
pola geometris. Kadang lembaran kain ini juga bergambar markah tanah Islam seperti
Ka'bah. Tak sedikit pula, sajadah yang dihiasi simbol-simbol keagamaan sebagai
pengingat keagamaan.
Tetapi, ada
satu hal yang pantang digambarkan pada sajadah yaitu gambar makhluk bernyawa. Perlengkapan
ibadah umat muslim ini banyak ditemukan di wilayah Asia Tengah dan Asia Barat.
Awal mula penggunaan
sajadah dimulai pada masa Nabi Muhammad SAW yang berdoa di atas Khumrah atau
tikar yang terbuat dari daum palem sebagai alas untuk kebersihan tempat untuk
berdoa dan salat. Nabi Muhammad SAW berkata sajadah tidaklah hal yang wajib
ada, sebagaimana yang dikatakan Nabi Muhammad SAW,
"Seluruh
bumi telah dijadikan tempat sholat, kecuali kuburan dan kamar kecil" (Al-Tirmidzi),
Namun
perkembangannya sangatlah pesat dan kini banyak digunakan di masjid, mushola,
bahkan di setiap rumah-rumah umat Muslim.
Pada abad
pertengahan, sajadah digunakan oleh orang-orang pinggiran di Kairo, Mesir untuk
salat berjamaah. Dari situlah sajadah mulai dikenal oleh masyarakat Muslim dan
terus mengalami perkembangan sampai saat ini.
Bahkan,
sajadah telah digunakan di mana-mana dan oleh semua kalangan umat Muslim. Kini,
sajadah telah mengalami modifikasi sedemikian rupa yang disesuaikan dengan
budaya masing-masing tempat dan seni yang ada di tempat tersebut.
Padahal, awal
mula pembuatan sajadah masih dengan desain yang serupa yakni desain pintu besar
seperti pintu menuju surga dan selalu ada simbol mihrab dengan ceruk melengkung
yang menyerupai pintu.
Sajadah Untuk
Hampers Lebaran
Sebagai alas
sholat fungsinya lebih kepada menjaga kebersihan, karena dalam tata cara sholat
ada sujud sehingga menghindari bagian muka kotor jika tanpa adanya alas ini. Bagi
orang tua atau anak kecil sajadah difungsikan untuk melindungi lutut saat
sujud, maka tidak heran jika untuk orang tua dan anak kecil dipilihkan bahan
yang tebal sehingga nyaman selama beribadah.
Kebutuhan
sajadah meningkat saat bulan suci Ramadhan sebab ramainya sholat berjamaah di
masjid. Untuk mengantisipasi kekurangan tempat di area dalam maka jamaah yang
datang inisiatif membawa alas sendiri.
Selain untuk
ibadah, sajadah bisa
juga dijadikan sebagai bingkisan. Pada bulan suci Ramadhan biasanya dilakukan
kunjungan ke panti asuhan atau pesantren. Salah satu yang bisa diberikan adalah
alas sholat tersebut.
Desain
tertentu yang mengusung tema khusus acara bisa dijadikan cinderamata, misalnya
peringatan 1000 hari orang yang sudah meninggal, hari ulang tahun tokoh agama,
kenang-kenangan kelompok mengaji dan sebagainya. Tak sedikit juga yang
menjadikan sajadah sebagai koleksi dengan daya tarik bukan lagi fungsi tetapi
keunikan dan kualitas.