Bali tidak hanya menjadi pulau yang istimewa akan objek pariwisatanya yang sudah mendunia. Pasalnya, pulau yang mendapat julukan Pulau Dewata ini mempunyai beragam budaya dan ciri khas yang selalu membuat semakin takjub. Salah satunya yaitu kain tenun gringsing, dimana tenun ikat tradisional ini merupakan hasil karya masyarakat Bali asli.
Adanya kain tenun gringsing berawal dari Dewa Indra, yaitu pelindung dan guru kehidupan bagi masyaakat Tenganan. Karena kagum dengan keindahan langit dimalam hari, Dewa Indra kemudian menuangkan keindahan tersebut melalui motif tenunan.
Kain tenun Gringsing memiliki nilai seni dan mutu yang luar biasa. Nama Gringsing sendiri berasal dari bahasa Bali dengan asal kata “Gring” berarti sakit dan “Sing” artinya tidak. Sehingga, arti gringsing adalah “tidak sakit” diartikan sebagai penolak bala. Untuk setiap upacara keagamaan seperti pernikahan, potong gigi dan upacara keagamaan lainnya, masyarakat Bali selalu menggunakan kain ini yang diyakini bisa mendapat perlindungan dan memiliki kekuatan magis untuk menghindari diri dari pengaruh buruk.
Di Indonesia, kain gringsing merupakan kain tenun satu-satunya yang dibuat dengan teknik dobel ikat, sehingga kain ini sangat istimewa. Sedangkan di dunia, teknik dobel ikat sendiri hanya ditemui di India dan Jepang.
Teknik dobel ikat atau tenun ikat ganda dianggap sebagai salah satu teknik tersulit dan membutuhkan waktu pembuatan yang lama. Berbeda dengan pembuata kain tenun lainnya, pada tenik dobel ikat baik benang pakan dan benang lungsi sama-sama dicelup pada proses perwarnaan. Kemudian benang tersebut diikat dan ditenun secara bersamaan.
Proses pengerjaan kain tenun Gringsing ini murni dikerjakan secara tradisional oleh tangan-tangan terampil tanpa bantuan mesin. Untuk menghasilkan selembar kain jadi, bisa membutuhkan waktu sekitar 2-5 tahunan, sehingga harganya pun tergolong mahal. Ada beberapa ketentuan yang harus dilakukan sebelum menenun kain gringsing. Seperti wanita haid dilarang untuk menenun dan wadah tanah liat tempat menyimpan benang dan bahan tenun lainnya yang ditutup dengan kain putih hitam guna menghindari adanya pengaruh roh jahat.
Benang yang digunakan dalam membuat kain tenun gringsing berasal dari katun pilihan yaitu katun berbiji satu yang hanya dapat dijumpai di Nusa Penida. Kain tenun gringing umumnya memiliki motif yang terinspirasi dari flora dan fauna. Dulunya jenis tenun gringsing berjumlah sekitar 20 jenis. Namun, sampai tahun 2010, kurang lebih ada 14 jenis yang masih di produksi, beberapa diantaranya adalah motif lubeng, sanan empeg, cecempakaan, cemplong, gringsing isi, wayang batun tuung, dan lain sebagainya.
Warna yang tercipta di kain tenun gringsing ada tiga warna yang disebut tridatu, yaitu warna merah, kuning dan hitam. Bahan pewarna untuk kain tenun ini menggunakan pewarna alami seperti warna kuning dari minyak kemiri, merah dari kelopak pohon kepundung putih (babakan), dan warna hitam dari pohon taum.a