Kekayaan wastra Nusantara
sudah tidak diragukan lagi keberagamannya. Setiap daerah di Indonesia memiliki
keindahan corak, warna serta jenis kain tradisional yang unik dan mengagumkan,
seperti halnya di Sulawesi Selatan.
Sejak tahun 1400, budaya
menenun kain sutra sudah ada di Sulawesi Selatan dengan garis vertikal dan
horizontal. Kemudian pada tahun 1600, mulai berkembang corak kotak-kotak
seiring dengan masa kejayaan Islam di Sulawesi Selatan.
Salah satu penghasil kain sutra di Sulawesi Selatan adalah Bugis. Kain tenun tersebut terbuat dari benang yang berasal dari ulat sutra atau kokon. Dalam bahasa Bugis, kain sutra disebut kain sabbe yang merupakan hasil kerajinan tenun yang menjadi kebanggaan suku Bugis.
Sumber: sinarharapan.co
Sutra sendiri merupakan serat
yang berasal dari serat protein alami dan diperoleh dari ulat sutra dimana
dapat ditenun menjadi sebuah produk tekstil. Selain dihasilkan dari ulat sutra
atau kokon, sebenarnya kain sutra dapat dihasilkan dari beberapa serangga lain
namun hanya dari kepompong larva ulat sutra murbei saja yang dapat digunakan
untuk pembuatan tekstil.
Pada awal mulanya, karena
kain tenun sutra tersebut harganya mahal sehingga hanya dikenakan oleh kaum
bangsawan dan kerajaan saja. Biasanya kain sutra pada masa lalu didesain dalam
bentung sarung dan sering digunakan dalam aktivitas sehari-hari maupun untuk
acara-acara adat lainnya.
Penggunaan sarung sutra
bugis untuk wanita paling sering digunakan dan dipadukan bersama dengan baju
bodo. Baju tersebut merupakan baju khas Sulawesi Selatan yang berbentuk segi
empat dan berlengan pendek. Sementara untuk pria dipasangkan dengan jas tutu.
Pada awal pembuatan kain
sutra tenun Bugis, hanya memiliki dua macam motif yaitu motif kotak-kotak besar
dan kotak-kotal kecil. Kedua motif tersebut memiliki arti berbeda dan digunakan
sebagai penanda apakah si pemakai masih lajang atau sudah menikah. Seiring
dengan perkembangan jaman dan bertambahnya keahlian para pengrajin, motif dari
kain Sutra Bugis semakin bervariasi seperti motif motif tabu, motif bombing,
serta motif balo tettong.
Selain memiliki berbagai motif
yang bervariasi, kain sutra Bugis juga memiliki makna pada setiap warna yang
dihasilkan
1.
Warna merah dan hijau untuk kaum ningrat
dan bangsawan
2.
Warna merah muda dan hijau muda menandakan
bahwa si pemakai adalah seorang gadis
3.
Warna hitam digunakan untuk orang tua dan
wanita yang sudah berkeluarga
4.
Warna putih untuk inang pengasuh yang
berada di lingkungan kerajaan
5.
Warna jingga menandakan bahwa si pemakai
adalah seorang janda
Demikian pembahasan
singkat mengenai kain tenun sutra khas Bugis yang dapat kami bagikan untuk
Anda.
Bagi sahabat bahankain yang membutuhkan kain sutra untuk memenuhi kebutuhan kain Anda, bisa cek koleksi kain sutra kami disini.