Siapa
sih yang tidak mengenal blangkon, aksesoris kepala satu ini selalu identik
dengan sosok pria Jawa yang berwibawa. Bagi masyarakat suku Jawa, blangkon bukan hanya penutup
kepala biasa. Tetapi juga menyimpan beragam fakta yang sangat menarik untuk
diketahui.
Blangkon merupakan sejenis
aksesoris kepala pria yang terbuat dari kain polos ataupun batik dan menjadi
pelengkap busana tradisional Jawa. Istilah blangkon berasal dari kata ‘blangko’
yang berarti siap pakai.
Jauh sebelum adanya blangkon, pria Jawa jaman dahulu harus memakai kain iket berbentuk segitiga yang dililitkan ke kepala. Kehadiran blangkon menjadi solusi iket kepala instan yang lebih praktis ketika digunakan. Awalnya blangkon memang hanya dikhususkan untuk pria dewasa, tapi saat ini blangkon dibuat menjadi beragam ukuran dan bisa dipakai semua kalangan usia.
Selain itu, blangkon juga cocok
untuk menghadiri acara formal seperti pernikahan atau tradisi maupun non-formal.
1.
Bentuk penghormatan terhadap kaum pria
Blangkon merupakan aksesoris kepala yang hanya didesaun
untuk dipakai seorang pria Jawa. Penutup kepala lelaki Jawa ini sebagai bentuk
penghormatan terhadap kaum pria. Masyarakat Jawa Kuno mempercayai bahwa kepala
seorang pria menyimpan arti khusus. Sehingga blangkon menjadi aksesori
wajib.
2.
Aturan membuat blangkon
Sebagai bentuk penghormatan tentunya aksesoris kepala
pria Jawa ini tidak boleh dibuat secara asal-asalan. Ada beberapa aturan yang wajib
diikuti dan pembuatannya pun hanya boleh dilakukan seniman dengan keahlian khusus.
·
Blangkon harus dibuat dari kain iket atau udeng
yang berbentuk persegi dengan ukuran 105 cm x 105 cm.
·
Bahan tersebut bisa berupa kain polosan atau kain
batik yang dilipat, dililit lalu dijahit sedemikian rupa hingga bentuknya menyerupai
topi.
Tetapi perkembangan
zaman menghadirkan blangkon modern yang hanya membutuhkan setengah ukuran kain
tersebut.
3. Ukuran standar blangkon
Blangkon tersedia dalam beragam ukuran, nomor terkecilnya
adalah 48 sedangkan nomor paling besar 59. Standar ukuran ini diukur dari jarak
antara garis melintang telinga kanan ke telinga kiri melewati ubun-ubun dan
dahi.
4.
Simbol pengendalian diri seorang pria
Dulu seorang pria Jawa memiliki rambut panjang
sehingga mereka menjepitnya di bawah blangkon untuk membuatnya tetap rapi. Bahkan,
membuka penutup kepalanya di depan khalayak umum dianggap sebagai sebuah emosi
yang menantang untuk memulai permusuhan.
Sehingga dengan memakai blangkon, harapannya pria Jawa
akan lebih mampu mengendalikan diri ketika muncul amarah atau emosi yang
berlebihan.
5.
Sebagai pengingat ibadah
Sebenarnya pakem pembuatan tutup kepala pria alias blangkon ini dipengaruhi oleh masuknya ajaran agama Islam ke Pulau Jawa. Hal ini tergambar pada desain blangkon yang mempunyai lipatan melingkar dan tonjolan di sisi belakang.
·
Jumlah lipatan blangkon sebanyak 17 melambangkan
jumlah rakaat dalam shalat 5 waktu.
·
Tonjolan di belakang sebagai pengingat untuk
menjalankan ibadah
·
Sementara lipatan kain di samping tonjolan blangkon
berjumlah 5 merupakan simbol rukun Islam.
6.
Simbol kalimat syahadat
Selain itu, blangkon juga memiliki dua ikatan di bagian belakang yang bermakna dua kalimat syahadat yang menjadi syarat seseorang memeluk agama Islam.
Kedua ikatan tersebut diletakkan tempat teratas dan
terhormat yaitu kepala pria terutama bagi pria Jawa. Dengan begitu, apa pun ide
dan pemikiran yang berasal dari kepala atau akal pikiran harus didasarkan pada
hukum, aturan agama serta harus berlandaskan iman yang kuat.
7.
Jenis-jenis blangkon
Jika dilihat dari desainnya, blangkon terbagi menjadi
beberapa jenis dan masing-masing punya ciri khas tersendiri.
·
Blangkon Jogja identik dengan mondolan atau tonjolan
di belakang.
·
Sedangkan bagian belakang blangkon Solo tidak
memiliki mondolan dengan jebeh berbentuk segitiga.
·
Terakhir ada blangkon banyumasan dengan ciri
khas motif yang lebih berwarna dan bernilai eksotis. Blangkon banyumasan ini terbagi
menjadi 2 model yaitu ginoan dan wiriatmajan. Penggunannya hanya khusus untuk
acara-acara formal saja.
Itulah beberapa fakta unik tentang
aksesoris kepala pria Jawa atau blangkon. Dibalik kesederhanannya ternyata
blangkon bukan sekedar penutup kepala biasa tapi juga memiliki makna dan nilai
filosofi yang mendalam.
Nah, buat Sahabat Bahankain yang membutuhkan
kain mori untuk bahan batik dan membuat blangkon, segera hubungi tim
Bahankain.com ya.
Sebagai pusatnya segala kebutuhan tekstil yang berlokasi di Yogyakarta, Bahankain.com menyediakan beragam jenis kain mori berkualitas dan cocok digunakan sebagai bahan kain batik. Sebagian besar produk kami bisa dipesan secara ecer atau meteran. Namun tetap ada harga khusus untuk Anda yang membeli koleksi kain Bahankain.com minimal satu roll atau grosir.
Kami juga melayani pesanan by order dengan ketentuan minimal lho, Sobat. Langsung cek koleksi produk kain mori kami ya.
Order via Shopee dan Tokopedia juga bisa lho. Silahkan kunjungi toko Mekar Jaya Tekstil yang ada di Shopee maupun Tokopedia.