Kedekatan provinsi Kepulauan Riau
dan tanah melayu menciptakan sebuah harmonisasi budaya dalam keseharian masyarakatnya.
Termasuk dalam hal berpakaian. Satu diantaranya yaitu kain dengan sulaman khas
yang disebut tudung manto.
Tudung manto adalah kain penutup kepala
khas suku Melayu, diperuntukkan bagi perempuan Melayu Lingga yang sudah menikah.
Bentuknya persegi panjang seperti selendang. Biasanya kain tudung manto dipakai
saat menghadiri acara-acara adat seperti pernikahan. Saat acara kematian, tudung
manto diletakkan di atas keranda tepat di bagian kepala dengan cara
menjuntaikannya dari kanan ke kiri.
Dilihat dari namanya, 'Tudung Manto' berasal dari kata ‘tudung’ yang artinya penutup dan manto bermakna sulaman atau bordiran yang memanfaatkan kelingkan atau benang khusus. Konon, wanita keturunan Melayu Daik Lingga mengenal tudung manto tahun 1755, setelah meluasnya pengetahuan dan keterampilan tenun di beberapa daerah. Seperti di Kampung Mentok, Siak, Sepincan, Tanda dan Gelam.
Beberapa sumber menyebut bahwa cikal bakal tudung manto sudah ada sejak masa pemerintahan Sultan Abdullah Muayat Syah. Dikatakan ia pernah memindahkan ibukota Melayu Johor-Riau ke Pulau Lingga. Sehingga diperkirakan Lingga mempunyai berbagai fasilitas modern seperti kerajinan tenun dan tekatan. Dan sangat mungkin jika pada masa itu kain penutup kepala berhiaskan motif khas ini sudah ada.
Tetapi sumber lain mengatakan
jika perkembangan tudung manto baru dimulai pada masa pemerintahan Sultan
Sulaiman Badrul Alam Syah (1722-1760). Dan perempuan Melayu di Daik telah
memakai penutup kepala yang disebut melayah atau tudung karena pengaruh budaya
Arab dan India.
Saat itu, perempuan setempat
sudah membuat beragam jenis kain tenun seperti kain telepol, cindai, mastuli,
cekal dan gramsut. Ada juga kerajinan tangan tekatan untuk membuat tudung
manto, tampokk bantal gandok, tampok banyal empet, tampok bantal teluk buaya
dan pengait kelambu.
Bentuk penutup kepala ini mirip
selendang, ukuran panjangnya sekitar 150-200cm dan lebar antara 70-80 cm. Cara
memakai tudung manto pun sangat mudah yaitu dilembarkan di atas kepala.
Tudung Manto memiliki ciri khas
berupa hiasan tekat yang dibuat menggunakan genggeng atau kelingkang yaitu kawat
lentur mirip benang dengan warna perak atau emas.
Awalnya, kain ini memang hanya
digunakan pada saat-saat tertentu dan kalangan bangsawan saja. Tetapi sekarang
tudung manto kerap dijadikan buah tangan bagi para wisatawan yang berkunjung ke
tanah Melayu.
Seperti kain-kain tradisional
dari berbagai daerah Indonesia, corak pada tudung manto sangat beragam dan berhubungan
erat dengan budaya masyarakat setempat. Intinya tiap simbol yang tergambar pada
lembaran selendang khas Kepulauan Riau ini merupakan sarana pengingat akan norma
dan nilai budaya Melayu Daik.
Nilai-nilai tersebut menjadikan
tudung manto sebagai kain yang dimuliakan bahkan dianggap bertuah alias keramat.
Sebagaimana bunyi peribahasa Melayu “mulie kaian karne bermakne” artinya mulia
kain karena mengandung makna.
Berikut makna dari beberapa motif
tudung manto:
1.
Tali air (membentuk garis di sekeliling kain) bermakna
kesatuan dan saling memiliki.
2.
Motif Tampuk manggis dan bunga melur
menuntut setiap orang Melayu Daik untuk selalu berkata jujur.
3.
Bintang-bintang menjadi pengingat untuk berperilaku
taat beribadah kepada Allah SWT.
4.
Pecah piring dan kuntum sekaki sebagai simbol
pengingat untuk berbuat baik antar sesama.
5.
Itik pulang petang menjadi dasar perilaku tertib
dan menjaga kerukunan.
6.
Bunga cengkeh, tanjung, dan bunga kundur mengingatkan
orang Melayu untuk menjaga harga diri. Tidak mudah berkata kotor, rendah hati,
selalu menepati janji dan menaati adat Melayu.
7.
Bunga Teratai adalah tuntunan bagi sultan agar
bisa berlaku adil dan mengutamakan kesejahteraan rakyatnya.
8.
Kembang setaman, jurai, dan oyah mengandung menjadi
lambang kegigihan.
9.
Buah setandan memiliki banyak keturunan.
10.
Kelok paku dan awan larat menunjukkan
bahwa kerendahan hati, kekayaan serta keagungan adalah nilai terpenting orang
Melayu Daik.
Tudung manto dibuat dari kain-kain
berkarakteri tipis seperi kain kasa, sifon, kain sari, dan kain sutra. Hanya
terdapat lima variasi warna yaitu kuning hijau, merah, hitam dan putih.
Dahulu, para pengrajin tenun dan
tembaga memproduksi bahan baku tudung manto sendiri. Namun setelah berpindahnya
ibukota Kerajaan Melayu ke Pulau penyengat, mereka membeli kain sari, sutra dan
kelingan dari Singapura atau Malaysia. Hingga saat ini, para penenun Daik masih
melestarikan budaya membuat Tudung Manto menggunakan kain sari dan penangh
perak yang diimpor dari India.
Berikut ini rangkaian proses
pembuatan Tudung Manto
1.
Pertama-tama kain ditegangkan dengan bantuan
kayu pembidang (panjang 160-170 cm dan lebar 80cm), benang penarik dan kain
bantu.
2.
Selanjutnya, kain ditarik menggunakan benang wol
dan diikatkan pada siba (kain bantu yang terdiri dari beberapa lapis kain katun).
3.
Dilanjutkan dengan menekat kelingkan emas atau
perak pada kain. Menekat kelingkan berarti menyulam kelingkan dengan jarum
khusus yang dari perak murni.
4.
Motif hias yang pertama dibuat yaitu dua garis disekeliling
kain sebagai pembatas motif. Kedua garis ini disebut tali air atas dan tali air
bawah.
5.
Antara tali air atas dan bawah digambar motif
bunga kaki bawah yang dibuat tersambung mengelilingi kain. Setelah itu barulah
ditambah ragam hias lain untuk mengisi bidang.
Kurangnya pengetahuan mengenai
media sosial dan branding membuat para penekat tudung manto kesulitan
memasarkan produknya. Hingga sebagian besar dari mereka akhirnya memilih gulung
tikar. Pengrajin Tudung Manto asli hanya tersisa satu yaitu keluarga Syarifah
Faridah di Daik, Lingga, Kepulauan Riau.
Proses pembuatan kain khas Melayu
Lingga ini memakan waktu 20 sampai 60 hari, tergantung kerumitan motifnya. So, jangan
tanya kenapa harganya bisa mencapai jutaan rupiah yaa. Rumit boskyu!
Seperti yang sudah disebutkan di
atas bahwa tudung manto dibuat dari kain tipis dan cenderung menerawang. Nah, Sahabat
Bahankain bisa membeli kain-kain itu di Bahankaincom lho.
Sebagai pusatnya bahan kain Indonesia,
kami menjual kain-kain berkualitas dengan aneka jenis bahan dan spesifikasi.
Khusus untuk tudung manto, Sahabat bisa menggunakan produk kain sifon, sutra organdi
kaca, dan katun sari koleksi kami.
Cek gambaran kainnya, silahkan di
Kategori Porduk kami ya.
Atau langsung hubungi kami via
whatsapp untuk konfirmasi pesanan, mendapatkan spesifikasi lengkap terkait produk
atau info seputar dunia tekstil lainnya.
Mau belanja via marketplace juga bisa lho. Kunjungi store Mekar Jaya Tekstil (logo merah) yang tersedia di Shopee dan Tokopedia ya.