Mengingat fungsi utamanya sebagai penghalau air hujan, tentu payung harus dibuat dari bahan yang memiliki fitur anti air alias waterproof. Meski pada kenyataannya, banyak juga yang memanfaatkan payung unyuk melindungi tubuh dari panasnya terik matahari. Itulah kenapa material payung hendaklah jenis material yang bagus dan tahan di segala kondisi cuaca.
Namun siapa sangka dibalik ungkapan ‘sedia payung sebelum hujan’, tersimpan untaian sejarah dan sederet fakta menarik. Beberapa diantaranya yaitu:
1. Sekilas tentang sejarah payung
Sejarah payung dimulai dari munculnya payung daun lontar sederhana. Zaman kuno yang identik dengan kekayaan, benda ini berfungsi melindungi tubuh para bangsawan dari panas matahari.
Kemajuan teknologi memungkinkan payung tumbuh dan berkembang, menjadi salah satu cara melindungi diri dari hujan. Perlindungan dari sinar matahari dengan payung perlahan memudar seiring popularitas topi.
2. Pertama kali muncul di Mesir kuno
Payung pertama kali muncul di Mesir kuno lebih dari 3 ribu tahun yang lalu. Dibuat untuk melindungi kaum bangsawan dari efek buruk sinar matahari. Orang Mesir pun belum menemukan alasan untuk membuat payung mereka kedap air.
Barulah pada abad ke-11 SM di Tiongkok, payung kulit anti air pertama kali tercipta dan dijual dengan harga sangat mahal. Oleh sebab itu pemiliknya hanya orang-orang kaya atau berkasta tinggi. Ketenaran payung di Tiongkok belum menyentuh wilayah Eropa sebelum jalur perdagangan tetap didirikan.
Baca Juga:
Perbedaan Kain Waterproof dan Kain Water Repellent
3. Payung tulang ikan paus dan jadi aksesoris mewah
Karena itu, payung pelindung matahari mahal dan tidak kedap air bergaya Mesir diperluas ke Yunani dan Roma di mana payung tersebut digunakan hampir secara eksklusif oleh wanita kaya. Pria di Eropa memandang payung sebagai produk feminin.
Bahkan mereka tak segan-segan mengatai laki-laki dengan sebutan banci jika mereka berlindung di bawah payung.
4. Payung tahan air pertama berasal dari China
Payung yang bisa menghalau air hujan pertama kali dibuat oleh seorang penduduk Cina pada abad ke-11 SM. Payung tersebut berbentuk lingkaran sedikit mengerucut dari bahan kertas tipis yang bagian atasnya dilapisi bahan lilin dan pernis.
5. Identik dengan kaum perempuan
Selama berabad-abad penggunaan payung terus menyebar ke seluruh kawasan Eropa hingga Amerika Utara. Meski sudah disebarluaskan ke negara-negara lintas benua, tradisi memakai payung masih melekat pada kaum wanita sampai pertengahan abad 18.
Kebiasaan ini baru berubah ketika Jonas Hanway, pendiri English Magdalen Hospital terlihat membawa payung hampir ke semua kesempatan. Awalnya, ia terus dicemooh namun perlahan laki-laki Inggris akhirnya mau menerima penggunaan payung tersebut pada tahun 1790-an. Itu karena banyak payung yang diperkuat dan diiklankan.
Tren laki-laki berpayung pun menyebar ke seluruh Eropa, dan banyak penemu memodifikasi desain mekanisnya dan menciptakan jenis-jenis payung.
Di pasaran kita bisa menjumpai beragam jenis payung dari aneka bahan. Tiap bahan pun memiliki sifat serta karakter berbeda yang wajib dipertimbangkan. Karena biar bagaimanapun faktor itu berpengaruh besar pada kualitas payung dan kesesuaian pemakaiannya.
Berikut beberapa bahan yang digunakan untuk membuat payung:
1. Polyester
Polyester memanglah bahan yang sangat serbaguna, tak heran jika hampir semua produk fashion dan perlengkapan lainnya selalu memiliki unsur serat polyester di dalamnya. Begitu pula produsen payung. Banyak yang memilih material tersebut karena daya tahan dan keawetannya. Terlebih lagi sifat dasar polyester juga kuat, tahan terhadap pencucian dan sulit menyerap cairan.
Hanya butuh modifikasi penambahan fitur waterproof, sudah pasti payung berbahan baku polyester akan tahan lama. Tidak heran jika payung ini begitu populer dan digemari.
Baca Juga:
5 Bahan Untuk Membuat Kain Menjadi Waterproof, Tetap Kering Meski Terkena Air
2. Parasut balon
Kain Parasut balon bersifat panas sehingga sangat jarang ditemukan pada pakaian tapi cukup sering digunakan untuk payung karena ketahanan airnya. Ya, walaupun kurang mendukung kenyamanan jika dipakai saat cuaca sedang terik. Selain kualitas yang cukup mumpuni, harga payung parasut balon juga terjangkau.
3. Nilon
Selain dua bahan tersebut, nilon banyak dilirik sebagai bahan payung karena kekuatan yang sangat bagus dan elastisitas tinggi. Sehingga bisa dibentuk menjadi aneka model maupun bentuk. Tak hanya awet, tetapi bahan ini juga cepat kering, tahan panas ataupun air. Perlindungan pun lebih maksimal.
4. Plastik
Plastik jarang dipilih produsen payung Indonesia sebab karakternya yang transparan dan kurang melingungi tubuh saat cuaca terik. Lain halnya dengan masyarakat Jepang yang justru lebih suka payung plastik.
Hal itu karena sifat transparan plastik akan sangat membantu penglihatan apabila sedang hujan salju atau bahkan badai. Bahan plastik juga sangat tahan air, ringan dan elastis.
5. Kertas minyak (oil paper)
Jenis payung ini selalu menghiasi festival-festival budaya di Korea atau jepang. China dan sudah populer sejak 2000 tahun yang lalu. Rangka dan gagang payung dibuat dari bambu. Sedangkan kanopinya menggunakan kertas minyak yang diberi warna dan motif-motif unik. Meski berbahan dasar kertas, payung ini bisa menahan air sehingga bisa dipakai saat musim hujan.
Lapisan minyak membuat air hujan mengalir turun dari kanopi dan Ukuran payung ini cukup beragam, mulai dari kecil yang hanya muat untuk satu orang hingga ukuran besar dengan gagang panjang yang kerap dihadirkan pada acara kebudayaan. Payung ini hanya bisa dibuka secara manual.
Itu dia 5 bahan yang kerap digunakan sebagai bahan payung. Nah, Sahabat Bahankain lebih suka yang mana nih?
Nah, jika kamu sedang mencari kain parasut untuk berbagai keperluan, Bahankaincom bisa menjadi opsi terbaik. Di etalase kami tersedia bahan parasut dengan aneka pilihan warna. Silahkan hubungi customer service kami untuk detail produk, pemesanan dan info tekstil lainnya.