Denim adalah jenis kain yang
paling digemari karena daya tahan tampilan tak lekang oleh waktu. Berbahan dasar
serat katun dengan karakter warna indigo dan titik-titik putih yang khas. erasal
dari penggunaan benang warna untuk lusi (pembentuk panjang) dan benang polos
sebagai benang pakan (pembentuk lebar). Benang tersebut ditenun menggunakan
jenis anyaman keper (twill) 3/1 sehingga menghasilkan pola diagonal di salah
satu sisinya.
Kain denim secara tradisional
diwarnani menggunakan jenis pewarna indigo yang membuat tampilannya begitu
khas. Warna ini digunakan secara eksklusif untuk menghasilkan corak biru
cemerlang dengan efek pencucian yang diinginkan.
Dalam mekanisme pewarnaan denim, pH merupakan parameter paling penting untuk mencapai efek pewarnaan yang diinginkan. Namun karena sifat penetrasi parsial serat katun, indigo hanya mampu mewarnai permukaannya sedangkan lapisan dalamnya tetap tidak berwarna. Intensitas warnanya juga bisa memudar dan tergores. Beberapa metode pencucian dan finishing memungkinkan warna kain ini mencapai tampilan usang yang lebih menarik.
Indigo tetap populer dalam pewarnaan kain denim meskipun ada banyak variasi warna biru lain. Itu tak lepas dari kemampuan baiknya untuk menghasilkan efek pencucian berulang tanpa menghilangkan kesan segarnya. Berikut beberapa teknik yang umum digunakan dalam pewarnaan kain denim denagan pewarna indigo.
1.
Chain / rope dye (pewarnaan tali)
Rope dye alias pewarnaan tali adalah metode pewarnaan tradisional yang cukup kompleks. Dilakukan dengan memilin 12 hingga 16 benang katun menjadi struktur seperti tali lalu dilewatkan serangkaian tong pewarna nila. Tong pertama berisi larutan pewarna nila berviskositas rendah, dan semakin meningkat di tong-tong berikutnya. Proses tersebut mempertahankan perubahan warna unik yang khas, lebih pekat dan gelap.
Sumber: https://elements.envato.com/
Pewarnaan tali menggunakan mesin ball warping untuk
menarik benang dari creel, lalu dilewatkan sisir dan batang khusus guna
memastikan keakuratannya. Ujung bendang digabungkan menjadi satu bundel dan
dikirim melalui rakitan tabung kondensor yang membentuk tali dengan 350-400
helai benang yang dililitkan pada beam.
Balok diturunkan dan diletakkan pada creel rentang
pewarna setelah dililitkan sepenuhnya. Tali diwarnai dengan melewatkannya
melalui bak pra-perlakuan, kemudian beberapa kali pencelupan, pengepresan dan
penyinaran.
Kelebihan rope dye:
· Hasil pewarnaan lebih rata tanpa variasi bayangan silang
·
Produktivitas tinggi dan efisiensi dalam
produksi
·
Penggunaan agen pereduksi yang lebih sedikit
·
Tidak ada pemborosan waktu selama pergantian lot
·
Fleksibilitas produksi denim
Kekurangan
chain dye:
· Biaya pengadaan awal dan produksi tergolong tinggi
·
Waktu perendaman dan oksidasi jauh lebih lama
·
Perlu perlakuan tambahan membuka tali setelah
pewarnaan
· Kurang fleksibel dan terbatas untuk pewarnaan indigo dan kurang fleksibel.
2.
Slasher dye (pewarnaan lusi terbuka)
Berikutnya ada pewarnaan slasher, yaitu metode pewarnaan otomatis yang umum digunakan dalam produksi denim. Pewarnaan oblique cutting, benang dialirkan serangkaian rol kemudian dicelupkan ke larutan pewarna indigo. Intensitas warna bisa dikendalikan dengan menambah atau menguangi jumlah bak serta speed celup. Makin banyak dan semakin lambat kecepatan pewarnaan, semakin gelap warna akhir kain denim.
Sumber: https://textilelearner.net/
Pewarnaan slasher melibatkan pre-treatment tiap helai benang, diikuti pewarnaan indigo multi-celup. Penanganan lusi sangat sedikit karena benang lusi langsung diproses dan diangkut ke departemen penenunan. Mekanismenya dimulai dari pencucian, pengeringan, sizing, dan pengeringan akhir.
Kelebihan slasher dye:
·
Desainnya kompak dan tidak memakan banyak ruang
·
Waktu oksidasi dan perendaman lebih singkat
·
Cocok untuk memproses denim ringan
·
Biaya produksi tergolong rendah
·
Bisa memproses banyak warna
·
Memungkinkan produksi dalam jumlah kecil
Kekurangan
slasher dye:
·
Kemungkinan warna silang, tidak rata dan putus
benang
·
Produktivitasnya terbatas
·
Kualitas warnanya lebih rendah dibandingkan
pewarnaan tali
3.
Loop Dye (pewarnaan lubang)
Mirip pewarnaan slasher, tapi mekanisme loop dye hanya menggunakan satu bak pewarna. Disini, benang dialirkan melalui tong berwarna indigo untuk menghasilkan warna yang lebih konsisten dan butuh lebih sedikit ruang daripada metode pewarnaan lain.
Loop dye hanya digunakan pada benang lusi, setelah
momen pencelupan, udara dioksidasi. Lembaran lungsin berputar dalam bentuk
sirkuit tertutup, seperti loop. Karena penurunan yang signifikan dalam
konsentrasi pewarna dan kimia setelah setiap pencelupan, penguatan segera pada
wadah sangat penting untuk mendapatkan hasil yang sesuai.
Keuntungan loop dye:
·
Dengan sistem yang terbilang sederhana, proses
ini hanya membutuhkan sedikit ruang
·
Biaya modal, konsumsi air, warna dan bahan kimia
terbilang sedikit
·
Biaya perawatan dan energinya pun tergolong
rendah
Kekurangan
loop dye:
·
Terdapat ketidakrataaan warna dan kemungkinan putusnya
benang
·
Butuh waktu lama untuk pergantian mekanisme
·
Produktivitasnya rendan dan kurang fleksibel
Itu dia beberapa metode
pencelupan denim menggunakan pewarna Indigo. Meskipun daya afinitasya terhadap
serat katun tergolong rendah, kain dehim tidak dapat diwarnai menggunakan
prosedur bejana tradisional. Setidaknya 95% produksi denim dunia dilakukan
dengan pewarnaan tali dan slasher.