Sebagian penjahit beranggapan bahwa lebih sulit menjahit atau membuat pakaian dari kain rajut (knit) ketimbang kain biasa. Sebenarnya bukan susah, tapi cara menangani kain rajut memang berbeda dengan kain tenun. Kamu juga harus berhati-hati karena struktur kain ini rentan menjadi longgar serta karakter seratnya mudah terurai.
Diperlukan beberapa langkah
pendahuluan serta serta peralatan seperti jarum bolpoin atau jarum elastis saat
mengerjakan proyek dari kain rajut. Lebih jelasnya, simak ulasan berikut ini,
yuk!
Kain rajut adalah bahan tekstil
yang dibuat dengan cara menyilangkan benang hingga membentuk simpul agar saling
terhubung. Tak seperti kain tenun yang terbentuk dari silangan dua set benang (lusi
dan pakan). Kain knitting alias rajut hanya membutuhkan satu set benang dan semuanya
dirajut ke satu arah. Diantara produk rajutan yaitu kain jala, jersey, rajut
interlock, dan kain rib.
Ada rajutan dengan simpul benang
yang membentang ke arah panjang kain. Ada pula jenis bahan rajut yang benangnya
membentang sepanjang lebar kain. Cara melilitkan benang di sekeliling satu sama
lain. Hal itulah yang memungkinkan kain ini mulur meski tidak dibuat
menggunakan jenis benang elastis.
Bahan rajut bisa melar ke arah panjang
maupun lebar. Beda dari kain tenun yang sangat kompleks dan sangat kecil
kemungkinannya untuk melar, kecuali ia dibuat menggunakan kombinasi elastane (spandek
atau lycra). Oleh sebab itu, menjahit kain rajut butuh lebih banyak kejelian serta
pemahaman terkait sifat dasarnya.
Meski berisiko melar dan
tepiannya sering menggulung, kain rajut tetap menjadi primadona bagi para penjahit
karena toleran terhadap kesalahan-kesalahan kecil. Kain ini juga lebih
fleksibel dan bisa dikreasikan menjadi beragam variasi produk.
Berbeda dengan kain tenun, kamu
perlu memperhatikan banyak hal saat mengerjakan proyek kain rajut. Beberapa
diantaranya, yaitu:
1. Persiapan sebelum menjahit kain rajut
Mengingat karakter kainnya yang tergolong elastis dan
mudah melar, kain rajut membutuhkan beberapa penanganan khusus sebelum proses
jahit.
·
Diamkan selama beberapa saat
Di pasaran, kain
rajut biasanya dipajang dalam bentuk gulungan atau lipatan tabung kardus. Hal
itu bisa mengubah bentuk alami kain akibat gaya tarik selama proses melipat
ataupun menggulung.
Penting untuk
membuka lipatan sesuai jumlah kain yang akan digunakan dan membiarkannya selama
kurang lebih 24 jam sebelum dipotong. Tujuannya tak lain agar pakaian tidak berubah
ukuran, menggulung atau kembali ke bentuk asli setelah dijahit.
·
Susutkan kain
Seperti halnya
kain alami, bahan rajutan bisa saja menyusut setelah pencucian. Oleh sebab itu,
pemotongan bahan knit harus diberi tambahan 1-2 cm dari pola untuk menoleransi
penyusutan.
Seringkali sulit
untuk mendeteksi susut atau tidaknya sebuah kain. Jadi, lebih baik menyusutkan atau
mencuci kain terlebih dahulu sebelum memulai proyek jahit.
·
Tandai potongan
Selain
penyusutan, bahan knit juga mudah melar jika terkena sedikit tarikan. Seperti
kain elastis lain, tepian bahan rajut bisa saja tertarik dan mengganggu
keakuratan dimensi.
Maka dari itu,
proses desain (gambar) dan pemotongan pola harus dilakukan permukaan datar,
tanpa ada bagian yang jatuh di setiap sisinya. Ingatlah untuk menyisakan kelonggaran
jahitan di semua sisinya.
2.
Peralatan yang perlu disiapkan
Pada dasarnya, perlengkapan untuk menjahit kain rajut
sama seperti proyek menjahit lainnya. Hanya saja spesifikasi peralatannya
sedikit berbeda:
·
Jarum
Saat menjahit kain
rajut, kamu harus menyiapkan jarum yang lebih lembut seperti jarum bolpoin atau
jarum elastis. Ujung jarum bolpoin berbentuk bular dan tidak terlalu runcing,
sehingga bisa menembus serat. Sedangkan
jarum elastis sangat tajam dan dirancang untuk menghindari jahitan yang
terlewat. Ada pula jenis jarum kembar yang menghasilkan jahitan elastis dan
lurus.
·
Mesin jahit
Meskipun bisa
menggunakan mesin jahit biasa, tapi mesin obras atau mesin serger membantu menyelesaikan
rajutan elastis guna meminimalisir kerutan.
·
Perlengkapan menjahit
Alih-alih mesin
potong putar (rotary cutter), lebih baik potong kain rajutmu menggunakan
gunting khusus kain. Tapi pastikan kedua mata pisau pada gunting tersebut
benar-benar bersih dan tajam. Persiapkan juga peniti, kapur jahit, dan setrika.
·
Benang elastis
Gunakan
benang elastis (terbuat dari kain seperti nilon) dengan sedikit kelenturan akan
mencegah kerutan yang tidak sedap dipandang.
·
Sepatu berjalan
Gunakan sepatu
jahit berjalan dilengkapi pengumpan tambahan yang menahan lapisan atas dan
bawah kain. Jenis sepatu ini dapat mencegah tekstil meregang dan terpisah selama
proses menjahit.
3.
Cara menjahit kain rajut
Aplikasikan jahitan yang tahan terhadap peregangan guna
mengatasi sifat melar kain rajut. Pilihlah jahitan zig-zag, bukan jahitan
lurus. Karena jahitan lurus biasa sangat rentan putus dan benangnya mudah
lepas.
Untuk hasil terbaik, gunakan mesin obras atau serger
yang membentuk jahitan overlock. Lingkaran benang akan menciptakan jahitan sangat
awet dan tahan terhadap regangan. Walaupun ada bagian paling tidak menyenangkan
sebab jahitan ini lebih sulit dilepaskan jika terjadi kesalahan.
Guna memperkuat jahitannya, kain rajut membutuhkan
finishing khusus, yaitu binding (ikat) dan kelim:
·
Binding (ikatan)
Binding kerap dipilih
sebagai finishing jahitan kain rajut pada bukaan leher atau lubang lengan.
Teknik ini tidak hanya terlihat bagus, tetapi juga membantu menyatukan dan
menahan kain di bagian yang mengalami banyak peregangan.
·
Kelim
Keliman bahan
rajut biasanya dibuat pada mesin jahit penutup. Ini termasuk pilihan paling
umum dalam prose jahitan di industri karena membuat dua jahitan lurus di sisi
kanan kain dan satu set simpul di sisi yang salah.
Itu dia beberapa hal yang perlu
diperhatikan ketika mengerjakan proyek kain rajut. Semoga bermanfaat, ya!