Bahankain.com - Teknik pewarnaan kain secara tradisional ada beberapa macam, mulai dari batik yang sudah sangat familiar, ecoprint yang memanfaatkan tumbuh-tumbuhan untuk perana dan motifnya dan kini bahankain akan membahas shibori.
Shibori adalah sebuah seni teknik pewarnaan kain yang berasal dari Jepang. Secara sederhana teknik ini memiliki kesamaan dengan teknik jumputan. Karena salah satu teknik memiliki kemiripan dengan jumputan,Di Indonesia shibori kadang disebut juga sebagai batik versi jepang.
Dalam membuat sebuah motif kain dengan menggunakan teknik shibori dibutuhkan ketrampilan khusus yaitu menggunakan teknik resist dyeing. Untuk menghasilkan gambar/motif yang diinginkan dilakukan dengan cara diikat dengan tali baru diberi pewarna, pewarna yang digunakan bisa menggunakan pewarna alami maupun pewarna kimia. Proses pengikatan dengan tali itu bertujuan agar tidak semua kain terkena zat warna sehingga bisa menghasilkan sebuah motif kain yang diinginkan.
Sebenarnya pembuatan kain shibori ini cukup mudah, langkah pertama siapkan kain lalu dibasahi. Langkah kedua buat pola yang diinginkan dengan cara mengikat kain. Tahap ketiga tinggal rendam kedalam larutan warna. Setelah proses pewarnaan tinggal di angin-anginkan dan lakukan proses penguncian warna (agar warna tidak luntur) dengan cara direndam pada larutan cuka pekat. Setelah proses terakhir tersebut ikatan kain bisa anda lepas dan motif yang anda inginkan sudah terbentuk.
Dalam membuat motif dan pewarnaan shibori sebenarnya ada lebih dari 560 teknik yang bisa menghasilkan motif kain berbeda-beda. 560 teknik tersebut secara sederhana dibedakan menjadi 6 metode. Untuk detail keenam metode shibori bisa simak pemaparan dibawah ini.
Metode kanoko shibori merupakan metode termudah. Motif yang dihasilkan dengan metode ini mirip dengan batik jumputan, yaitu menghasilkan motif bercak lingkaran.
Teknik Miura adalah teknik shibori dengan cara ikatan loop atau lubang, merupakan teknik menghias kain yang dilakukan dengan cara mencabut bagian-bagian tertentu pada kain menggunakan jarum kait. Benang tersebut tidak disimpul mati melainkan dikencangkan. Hasil akhir dari proses ini berupa selembar kain yang memiliki kemiripan dengan pola air.
Teknik Kumo Shibori memerlukan teknik khusus dan butuh ketelitian karena kerumitan proses pembuatan motif. Kumo shibori adalah resistensi berlipat dan terikat. Teknik ini melibatkan lipatan bagian-bagian kain dengan sangat halus dan merata. Kemudian kain itu dikat di bagian yang sangat dekat. Hasilnya adalah desain jarring laba-laba yang sangat spesifik.
Untuk menghasilkan pola pewarna dengan teknik Nui ini dipengaruhi oleh pola jahitan. Jahitan pada kain bertujuan untuk membuat pola motif lalu benang ditarik sangat kuat sampai kain terkumpul. Baru setelah itu masuk ke tahap pencelupan warna
Teknik arashi shibori ini bisa dibilang cukup mudah dalam pembuatanya. Arashi sendiri memiliki arti badai, sesuai dengan namanya motif yang dihasilkan juga akan menyerupai efek badai. Cara membuatnya dengan melilitkan kain pada sebatang pipa secara diagonal.
Teknik yang terakhir adalah itajime shibori. Motif yang dihasilkan berupa bentuk kotak-kotak, alat yang digunakan menggunakan dua potongan kayu. Jadi, kain dijepit di antara dua potong kayu lalu diikat dengan tali atau benang.
Bagaimana tertarik mempelajari teknik pewarna dari jepang ini? Untuk lebih mempermudah dalam mempelajari shibori sahabat bahankain bisa mencari referensi tentang keenam teknik diatas melalui Youtube, disana sudah banyak sekali video yang membahas cara membuat shibori.