Indonesian Fashion and Craft Award (IFCA) adalah ajang lomba tingkat nasional tahunan di bidang fashion dan craft (kriya) dengan mengedepankan visi Sustainability (keberlanjutan). IFCA merupakan salah satu program yang diinisiasi oleh Bali Creative Center sejak tahun 2015. Program ini berada di bawah naungan Direktorat Jenderal Industri Kecil dan Menengah dan Aneka – Kementerian Perindustrian Republik Indonesia. Melalui kompetisi ini diharapkan akan muncul desainer-desainer muda dengan rentang usia 18 hingga 30 tahun yang memiliki kepedulian terhadap kelestarian lingkungan, sosial, dan tetap memperhatikan keberlanjutan suatu bisnis/usaha, khususnya di industri fashion dan kriya.
Tahun 2021 ini IFCA kembali diadakan dengan mengusung tema “Adaptability in Responsible Design”. Di masa yang penuh tantangan seperti saat ini, seorang desainer diharapkan mampu menciptakan ide desain produk inovatif yang dapat terus menyesuaikan dengan berbagai kondisi dan kebutuhan pasar dengan mengacu pada prinsip sustainability(keberlanjutan) baik di bidang sosial, budaya, lingkungan, maupun ekonomi.
Untuk mengikuti lomba ini, IFCA telah menetapkan beberapa kriteria desain yang akan diperlombakan yaitu:
Rangkaian acara penyelenggaraan IFCA tahun ini terbilang cukup panjang. Diawali dengan pembukaan IFCA yang dilakukan pada tanggal 10 Maret 2021 di M Bloc Space secara hybrid. Total karya yang terkumpul sejumlah 328 karya. Dikurasi melalui 3 tahap penjurian yaitu tahap 1 untuk menentukan 100 karya terbaik, kemudian penjurian tahap 2 untuk menentukan 14 karya terbaik, yang terdiri dari 7 finalis karya kategori fashion dan 7 finalis karya kategori kriya. Semua finalis yang terpilih wajib merealisasikan karya mereka untuk dipresentasikan di depan dewan juri. Dari presentasi tersebut akhirnya ditentukan 3 pemenang untuk masing-masing kategori.
Dewan juri IFCA berjumlah 8 orang yang merupakan anggota akademisi dan praktisi yang memiliki keahlian dan pengalaman di berbagai bidang yang terkait dengan design dan bisnis.
Pemenang IFCA 2021 diumumkan bersamaan dengan acara penganugerahan yang diselenggarakan pada tanggal 5 Oktober 2021. Acara penganugerahan dihadiri oleh Reni Yanita, PLT Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka (IKMA) Kementerian Perindustrian dan E. Ratna Utarianingrum, Direktur Industri Kecil dan Menengah (IKM) Kimia.
Dalam sambutannya, Reni Yanita menjelaskan bahwa kompetisi IFCA diadakan guna memberikan kesempatan kepada designer muda untuk menciptakan produk inovatif dan kreatif. Hal ini sebagai jawaban dari tantangan di tengah ketidakpastian dengan tetap memperhatikan keseimbangan alam serta keselarasan hubungan antar manusia. Lebih lanjut, beliau juga menjelaskan bahwa kompetisi IFCA sejalan dengan pencanangan tahun 2021 oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sebagian International Year of the Creative Economy for Sustainable Development.
Pada kategori Fashion, juara pertama diraih oleh Widi Asari dengan brand Beri Aku Waktu: Panjang Umur Serta Mulia, yang merupakan proyek eksplorasi bisnis fashion berkelanjutan (sustainable) yang dikerjakan bersama dengan pengepul, pengrajin lokal dan PT Superbetex. Widi mencoba mengolah kembali limbah denim dan kain-kain sisa lainnya. Pengolahan dilakukan dengan mendaur ulang bahan-bahan tersebut menjadi kain nonwoven yang diaplikasikan teknik quilting untuk membuatnya menjadi lebih menarik dan wearable. Kain-kain tersebut dibuat menjadi berbagai aksesoris seperti tas backpack, bucket hat, sepatu kets, dompet, dan sebagainya.
Juara kedua kategori fashion diraih oleh Dian Tri Finanti yang dengan brand Little Seminyak. Produknya berupa sepatu boots kulit untuk anak-anak yang dinamai Ubud Kids Boots. Pada pengaplikasian desain boots anak tersebut, Little Seminyak menggabungkan handwoven khas mereka dengan handcarved/handtooled motif patra Bali. Bahan bakunya menggunakan bahan kulit lokal berkualitas baik.
Sedangkan juara ketiga kategori fashion diraih oleh Reni Kosgoro Moe dengan koleksinya Abaca Musaceas yang menggunakan serat tanaman pisang abaka yang digabungkan dengan serat linen dan sutera agar lebih nyaman dipakai. Kain-kain tersebut kemudian diberi pewarna alam dan ditambahkan motif-motif batik tulis untuk menghasilkan desain yang unik dan menarik.
Pada kategori Kriya, juara pertama diraih oleh Difliyatul Isna Alvionita dengan Lunar, yaitu produk lampscape (lampu) yang dibuat menggunakan tenun anyaman nata (vegan leather). Karya ini terbuat dari biomaterial hasil pengolahan limbah buah dan sayur yang difermentasi selama 14 hari kemudian dieksplorasi menggunakan berbagai jenis anyaman. Tenun anyaman nata ini bercerita tentang karya kolaborasi bersama para ibu di Kawasan Cimenyan untuk pemberdayaan dan peningkatan kesejahteraan hidup mereka.
Juara kedua kategori kriya diraih oleh Raditya Mahardhika Siswosuwarno dengan karyanya Samsara. Samsara merupakan candle holder yang dibuat dari limbah besi yang di daur ulang kemudian ditempa tangan dan dibentuk dengan teknik sambungan metode kuncian yang memerlukan keahlian khusus. Samsara memiliki arti “Kelahiran Kembali” pada desainnya, dengan membawa lilin sebagai tanda terang.
Juara ketiga kategori kriya diraih oleh Natasha Nisa Islami dengan brand Keebon yang membuat produk kursi yang diberi nama Kumuri Chair. Kursi Kumuri dibuat menggunakan material limbah bonggol jagung yang di press dan dikombinasikan dengan material bamboo untuk menghasilkan material yang kuat, tahan lama dan unik. Kumuri merupakan kursi pertama yang dibuat sejak brand Keebon berdiri, dengan mengacu pada desain Skandinavia yang natural dan berwarna cerah.
Ketua Dewan Juri IFCA, Adhi Nugroho mengatakan, bahwa sejalan dengan waktu penyelenggaraan IFCA dari tahun ke tahun, desain-desain yang ikut serta dalam lomba ini pun hasilnya semakin membaik. Semoga di tahun-tahun berikutnya semakin banyak desainer muda kreatif yang turut serta agar semakin banyak dihasilkan karya desain yang tidak hanya indah dan fungsional, tetapi juga sustainable.
Sumber : Buletin Tekstil Edisi 11 - https://buletintekstil.com/