Dahulu berbagai penelitian tekstil dikerahkan untuk mendaur ulang limbah kapas menjadi produk bernilai jual tinggi. Tetapi, saat ini proses SaXcell™ menawarkan daur ulang dengan proses kimia agar diperoleh serat yang lebih murni. Dalam kajian ini, pengukuran dampak daur ulang limbah kapas terhadap lingkungan dilakukan oleh Life Cycle Assessment (LCA).
Jenis limbah yang digunakan merupakan sisa pengolahan kapas murni dan limbah campuran dengan persentase maksimal serat polyester sebesar 10%. Hasilnya menunjukkan bahwa daur ulang melalui proses SaXcell™ mampu meminimalisir dampak perubahan iklim dan kategori lainnya daripada teknologi pulp.
Lalu, sebenarnya apa itu SaXcell?
Yuk, simak pembahasan berikut ini!
SaXcell merupakan singkatan dari
Saxion cellulose yaitu serat tekstil yang diregenerasi dari limbah kapas
domestik dan didaur ulang secara kimia. Sebenarnya ‘Saxion’ adalah nama sebuah universitas
ilmu terapan yang terletak di Belanda.
Limbah Tekstil kapas
Produksi SaXcell dimulai dengan
memilah limbah tekstil kapas domestik yang terdefinisi baik. Penyortiran bisa
dilakukan secara manual yaitu menggunakan tangan atau dengan alat identitex (masih
dalam pengembangan).
Proses sortir limbah kapas
Selanjutnya yaitu pemisahan komponen
non-tekstil seperti ritsleting, kancing dan asesoris lainnya. Kemudian limbah
kapas murni ini digiling. Hasilnya berupa campuran kering serat tekstil dengan
panjang serat dan warna yang berbeda. Output dari proses inilah yang digunakan
sebagai bahan baku SaXcell.
Proses Pemintalan
Keragaman warna pada serat ini dihilangkan
melalui proses kimiawi dan dibuat sesuai urutan proses pemintalan basah
layaknya pengolahan serat Viscose atau Lyocell. Proses ini memungkinkan produksi
serat baru lewat modifikasi dalam pengaturan mesin pada instalasi yang ada di
Eropa dan seluruh dunia.
Kain Kapas
Produk akhir dari langkah ini
adalah SaXcell, serat selulosa daur ulang limbah kapas. Serat kemudian dipotong
dengan panjang tertentu, dipintal menjadi benang lalu ditenun atau dirajut untuk
menghasilkan lembaran kain yang utuh. Proses pewarnaannya sendiri bisa dilakukan
pada serat, benang maupun kain.
Timeline SaXcell
Perjalanan serat SaXcell
2011 – Gagasan dan percobaan
pertama
Sekelompok tim peneliti
dari Saxion University of Applied Science di Enschede (Kota di
Belanda) memprakarsai proyek SaXcell.
2012 – Bukti Prinsip dan Pengajuan
Hak Paten Pertama
2013 – 2015 – Penelitian lanjutan
di Universitas Saxion
Kali ini, para peneliti memperoleh
50 Kg serat SaXcell pertama dari limbah tekstil daur ulang. Kemudian serat
tersebut dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan kain tanpa campuran serat apapun.
2015 – Publikasi serat SaXcell
melalui konferensi
Humanoid, sebuah brand kenamaan
dari Belanda memakai SaXcell untuk bahan dasar gaun. Kemudian hasilnya
dipresentasikan di kongres Groen is de Rode Draad yaitu hijau adalah
benang merah. Kongres tersebut diselenggarakan oleh organisasi Belanda MVO sebagai
upaya keberlanjutan perusahaan dan “Het Plan van Aanpak” sebuah inisiatif yang
dibuat oleh tiga asosiasi dari sektor ritel.
Dalam produksi SaXcell, setiap
kilogram kapas daur ulang menghasilkan setidaknya 980 gram benang baru. Lalu
sebuah studi membuktikan bagaimana kain baru dari pengelolaan limbah bisa
menjadi solusi komersial yang menarik untuk semua merk pakaian.
2015 – Pendirian SaXcell BV
Dengan dukungan penuh Saxion,
didirikanlah sebuah perusahaan rintisan SaXcell BV guna mengembangkan teknologi
menuju komersialisasi.
2016 – Pemintalan SaXcell di Rieter
Tim peneliti SaXcell diundang
oleh RIETER yaitu pemasok sistem terkemuka dunia di bidang pemintalan serat
stapel atau serat pendek. Undangan ini menjadi salah satu langkah untuk menguji
serat SaXell pada mesin yang paling modern. Pengujian pendahuluan menunjukkan
bahwa serat SaXcell dapat menghasilkan benang pintal selulosa regenerasi
berbasis kapas 100% limbah dengan kehalusan Ne 40 (Nm 68) tanpa optimasi.
2017 – Keberhasilan pertaman dalam
upaya peningkatan kapas daur ulang
Saxion Research Group Smart Functional Materials, mempresentasikan hasil penelitian fase pertama yang sukses dari peningkatan skala kapas daur ulang pada konferensi ‘Peningkatan Daur Ulang Kapas, SaXcell’. Dalam proyek TechForFuture (TFF) ‘Upscaling of Cotton Recycling, SaXcell’, para peneliti berhasil memproduksi sebanyak 90kg serat SaXcell.
Hasil penelitian pun dipresentasikan
pada 23 Maret 2017 dan tahap pertama peningkatan produksi SaXcell akhirnya
berhasil. Keberhasilan ini tak lepas dari kerjasama dengan para pemangku
kepentingan seperti Artofil, Boergroep, C&A Foundation, JB Textiles,
Rieter, Schmits, TITK, Van den Acker dan WeVoTex.
2017 – Pemintalan dan Proses Tenun
di Denizli Turki
Tahun 2017, sebanyak 100 kg serat
SaXcell sukses diproduksi menggunakan limbah tekstil dari Wevotex. Pengujian
menunjukkan hasil yang sangat baik di Rieter/Swiss dan mitra Turki Ugurlular,
Selin Tekstil dan Modeko. Kemudian peneliti mengajukan Hak Paten ke-2 dan didapat.
2017 – Dari pakaian kerja menjadi
pakaian kerja
Proyek selanjutnya, para peneliti
bekerja sama dengan mitra industri seperti Artofil, Frankenhuis, Havep, Johan
van den Acker, Lavans dan SaXcell B.V untuk mengaplikasikan serat SaXcell dalam
pasar pakaian kerja. Karena kapasitas besar, kualitas tinggi, dan keberlanjutan
itu sangat penting. Pada program ini, pakaian kerja lama dikumpulkan dan didaur
ulang menjadi serat SaXcell baru.
2019 – Bergabungnya kelompok investor
(Sympany, Wevotex, Ugurlular, Selin Tekstil dan Modeko) dengan SaXcell B.V.
2020 – Mitra Belanda dan Turki
bergabung untuk memulai produksi percontohan
SaXcell, dari Saxion University
of Applied Sciences di Belanda, membuat program percontohan di
fasilitas produksi baru guna menciptakan produk tekstil bermutu tinggi dari limbah
tekstil bekas. Kemudian, di pabrik percontohan Timur Belanda, proses daur ulang
berkelanjutan diterapkan untuk mengubah serat kapas lama menjadi serat selulosa
baru yang dinamai SaXcell.
Daur ulang adalah salah satu
solusi mengatasi masalah lingkungan yang akan dihadapi dunia karena peningkatan
populasi penduduk. Industri plastik dan kertas daur ulang telah tercapai, tetapi
daur ulang tekstil dan produk tekstil sampai saat ini masih belum tercapai. Alasan
inilah yang membuat sebagian besar limbah tekstil dibakar.
Mempertimbangkan kebutuhan energi
dan bahan kimia yang sangat besar selama produksi serat tekstil, penciptaan
siklus melingkar pada serat tekstil diharapkan bisa mengurangi dampak buruk
bagi lingkungan.
Studi LCA dilaksanakan oleh CE
Delft sesuai standar ISO praktik LCA (ISO 14044:2006). Maksud dari investigasi cradle-to-gate
yaitu evaluasi produk dari ekstraksi inti (cradle) ke pabrik sebelum
pengangkutan pulp ke fasilitas produksi serat.