Perkembangan teknologi menciptakan
banyak pembaharuan di berbagai sektor industri. Salah satunya yaitu penggunakan
gelombang ultrasonic pada proses pengolahan basah pembuatan produk tekstil.
Apa Itu Ultrasonik?
Utrasonik mengacu pada gelombang
suara yang getaran frekuensinya lebih tinggi dari rentang audibilitas manusia. Atau
sederhananya, ultrasonic adalah gelombang suara yang bergetar hingga 20.000
kali per detik. Gelombang tersebut dapat merambat dan menggetarkan berbagai
medium, baik padat, cair maupun gas.
Frekuensi Ultrasonik secara alami dimiliki dan digunakan oleh beberapa hewan untuk berkomunikasi seperti kelelawar, lumba-lumba dan anjing. Frekuensi ini hampir tidak bisa didengar oleh telinga manusia karena keterbatasan pendengaran kita.
Sumber: https://www.siemens-healthineers.com/
Manusia sendiri baru menyadari
keberadaannya pada Abad ke-17 berkat penemuan Lazzaro Spallanzani yang
mempelajari bahwa kelelawar menghasilkan suara pada frekuensi itu. Hingga
akhirnya peneliti bernama Langevin menemukan cara untuk menghasilkan gelombang
ultrasonik buatan menggunakan alat transduser berteknologi kristal kuarsa pada
periode perang dunia Ke-1 tahun 1918.
Pemberian energi listrik pada
perangkat transduser menimbulkan getaran gelombang ultrasonik dapat digunakan
untuk berbagai kebutuhan. Sejak saat itu gelombang ultrasonik mulai
dimanfaatkan untuk beragam kepentingan. Mulai dari navigasi, engineering,
medis (yang menjadi cikal bakal teknologi USG kedokteran), hingga bidang
tekstil.
Para peneliti menemukan bahwa
teknologi ultrasonik berpotensi mendukung kegiatan produksi tekstil. Bahkan
penerapannya memberikan efek positif seperti meningkatkan efisiensi,
mempersingkat waktu proses, serta beberapa keuntungan lain.
Sesuai pernyataan sebelumnya, gelombang ultrasonic bisa merambat dan menggetarkan medium, padat, cair maupun gas. Para peneliti pun membuktikan bahwa gelombang yang dikenakan pada medium cair akan menghasilkan fenomena cavitation.
Ketika medium cair terkena
gelombang maka terjadilah ekspansi dan kompresi secara simultan dalam waktu
yang sangat singkat. Dari proses itu, terbentuklah gelembung hampa udara bertekanan
sangat tinggi yang menimbulkan berbagai efek unik selama proses pengadukan super
efisien pada zat cair, pelarutan zat, efek sonikasi serta efek lain.
Proses basah tekstil (textile wet processing) adalah istilah umum yang merujuk para proses pengolahan benang maupun kain menggunakan cairan. Mulai dari persiapan, penyempurnaan, pewarnaan (pencelupan dan pencapan), serta penyempurnaan khusus yang melibatkan air dalam jumlah besar sebagai media.
Sumber: https://www.laboratuar.com/
Penerapan gelombang ultrasonic pada
larutan/cairan selama proses mampu meningkatkan laju reaksi kimia dan efesiensi
proses. Waktu menjadi lebih singkat, penggunaan kimia, air dan energi juga
makin sedikit. Atas dasar itulah, peneliti mengklaim bahwa proses basah
berteknologi ultrasonic lebih ramah lingkungan dan efesien.
Saat ini, gabungan perusahaan
Weber Ultrasonics AG dan Geratex Machinery Pvt. Ltd berhasil memproduksi mesin textile
wet processing berteknologi ultrasonic yang bisa bekerja dalam skala
industri.
1.
Proses Desizing-Scouring dan Bleaching Dengan
Bantuan Ultrasonik
Proses sizing
membuat kain memiliki sifat yang keras dan kurang menyerap air. Sehingga dikakukanlah
proses desizing guna menghilangkan sizing agent dari kain. Melalui studi
ilmiah, peneliti membuktikan bahwa teknologi ultrasonic dalam mekanisme
desizing efektif menghilangkan kanji dan lebih efisien. Durasi proses lebih
cepat, menghemat kebutuhan bahan baku enzim dan memungkinkan desizing pada suhu
ruang (tanpa pemanasan dalam bak larutan desizing).
Penggunaan
enzim biolase juga dapat dihemat hingga 50% (dari 2% menjadi 1%) dan
mempercepat proses hingga 3x lipat (dari 3 jam menjadi 1 jam saja) pada
desizing kain katun. Hal tersebut diklaim dapat memberikan efisiensi yang cukup
besar.
Peneliti juga
menemukan bahwa ultrasonic dapat diterapkan pada bleaching. Hasil menunjukan
bahwa proses ultrasonic dapat mempersingkat waktu (semula 120 menit menjadi 30
menit) dan mengurangi jumlah konsumsi potassium persulfate sebagai bleach
powder (semula 1,5% menjadi 0,5%) serta menghilangkan proses pemanasan larutan
(semula 95oC menjadi suhu ruang). Hal ini meningkatkan efisiensi
proses secara signifikan dengan hasil CIE Whiteness yang hampir serupa
disbanding dengan proses konvensional.
2.
Proses Pencelupan Dengan Bantuan Ultrasonik
Peneliti juga
mengamati kemungkinan pengaplikasian gelombang ultrasonic pada proses
pencelupan kain rajut katun. Zat warna reaktif pada suhu rendah, paparan
gelombang ultrasonic dapat men-deaglomerasi molekul zat warna yang
terhidrolisis selama proses pencelupan. Penggunaan ultrasonic pada proses
tersebut dapat meningkatkan warna hasil celupan hingga 235% (dibanding metode
celup konvensional) dengan suhu celup hanya sekitar 30oC (suhu lebih
rendah) selama 30 menit (waktu celup lebih singkat).
Selain
pencelupan katun, peneliti juga telah mengamati kemungkinan penerapan
ultrasonic pada pencelupan tekstil berbahan polyester. Serat polyester memiliki
struktur polimer kristalin dan suhu transisi gelas (Tg) lebih tinggi sehingga
suhu pewarnaannya juga lebih tinggi (sekitar 130oC).
Itulah kenapa,
pewarnaan polyester dilakukan pada suhu dan tekanan tinggi di dalam bejana
tertutup bertekanan yang meningkatkan biaya operasional proses. Namun, peneliti
mengungkap penggunaan getaran ultrasonic di larutan celup yang memungkinkan
suhu pewarnaan pada suhu lebih rendah (sekitar 100oC) dan tekanan
atmosfir. Hasilnya, proses ultrasonic dapat menghemat konsumsi energi dengan
cara menurunkan suhu pewarnaan.
Penggunaan Teknologi
Ultrasonik Secara Luas Pada Industri Tekstil Kedepannya
Meskipun hasil penelitian menunjukkan
berbagai keunggulan, namun penerapan teknologi ini masih sangat jarang ditemui.
Terutama dalam industri tekstil Indonesia. Alasan terbesarnya yaitu kebutuhan
biaya modal untuk membeli perangkat teknologi ultrasonic yang jauh lebih mahal
dibanding mesin proses basah konvensional.
Sehingga kecenderungan investasi pada teknologi ultrasonic masih cukup rendah, penyedianya pun masih sangat jarang. Meskipun begitu, teknologi ultrasonic dalam proses basah tekstil memiliki potensi aplikatif yang sangat baik. Karena menaikkan efisiensi produksi, menurunkan biaya, menghemat energi, dan penggunaan zat kimia yang lebih efisien dibanding metode konvensional.