Baju bodo atau baju labbu merupakan pakaian adat kaum perempuan Suku Bugis dari Makassar, Sulawesi Selatan. Diketahui ‘baju bodo’ adalah penamaan cara Makassar sedangkan dalam bahasa Bugis disebut waju ponco. Baju ini berbentuk segi empat, biasanya berlengan pendek atau kurang lebih setengah atas bagian siku.
Dalam bahasa Makassar,
"bodo" artinya ‘pendek’.
Baju labbu adalah busana atasan atau blus dibuat berpotongan longgar dengan pola lengan dan badan yang menggelembung. Selain
berdesain longgar, baju bodo juga dibuat dari kain muslin yang berkarakter
tipis dan transparan. Karakter itulah menjadi ciri khas sekaligus daya tarik baju bodo sebagai baju adat Sulawesi bagian selatan.
Baju bodo disebut-sebut sebagai salah satu busana adat tertua di dunia. Pernyataan itu didukung oleh catatan sejarah kain Muslin yang menjadi bahan dasar Baju Bodo. Jenis kain yang dikenal Maisolos (Yunani Kuno), Masalia (India Timur), atau Ruhm (Arab) ini pertama kali diperjualbelikan di kota Dhaka, Bangladesh.
Akan tetapi masyarakat Sulawesi
Selatan sudah lebih dahulu mengenal kain tipis yang ditenun dari pilinan serat
kapas. Tepatnya sekitar pertengahan abad ke-9, jauh sebelum Eropa yang baru
mengenalnya pada abad ke-17, dan Perancis abad ke-18.
Karakteristik khas kain muslin
yaitu tenunan benang yang renggang membuatnya terlihat transparan sehingga cocok
dipakai di wilayah-wilayah beriklim tropis.
Baju Bodo mulai dibuat dari kain
yang lebih tebal setelah masuknya pengaruh agama Islam ke wilayah Sulawesi. Mereka
memadukannya dengan baju dalaman berwarna senada. Ada pula yang dibuat lengan
panjang agar lebih sopan dan cocok saat menggunakan kerudung.
Sedangkan untuk bawahannya tetap
menggunakan sarung yang terbuat dari serat pisang hutan atau serat akar anggrek
liar.
Awalnya, wanita Bugis memakai baju bodo tanpa dalaman ataupun kain pelapis sehingga payudara dan lekuk tubuh mereka akan terlihat jelas. Busana itus dipadukan dengan sarung bermotif kotak-kotak yang menutupi bagian pinggang ke bawah. Hingga tahun 1930-an, masih banyak perempuan Bugis-Makassar memakai Baju Bodo tanpa memakai penutup dada.
Warna-warna terang baju bodo menunjukkan
identitas, usia dan status sosial pemakainya. Seperti halnya busana-busana
tradisional dari daerah lain, awalnya pemakaian baju bodo didasarkan pada
status sosial dan usia seseorang. berikut ketentuan warna baju bodo untuk bangsawan
jaman dulu:
·
Warna putih dipakai oleh inang raja atau dukun
atau bissu
·
Warna hijau untuk putri para raja atau saat upacara
pernikahan
·
Warna ungu dikhususkan bagi para janda
Pemakaian baju bodo juga
dibedakan berdasarkan usia
·
Anak-anak di bawah 10 tahun memakai baju bernama
waju pella-pella dengan warna kuning gading.
·
Usia 10 – 14 tahun mengenakan baju Bodo berwarna
jingga dan merah muda.
·
Usia 14 – 17 tahun menggunakan bodo warna jingga
dan merah muda, berlapis susun dua.
·
Usia 17 – 25 tahun atau perempuan yang sudah
menikah dan mempunyai anak (di usia ini) memakai warna merah tua, belapis, dan
bersusun.
·
Menginjak usia 25 – 40 tahun, wanita bugis
memakai baju Bodo berwarna hitam
Dahulu aturan-aturan tersebut wajib
ditaati. Tapi peraturan itu menghilang seiring lunturnya kepercayaan animism dan
dinamisme.
Sekarang tidak ada lagi batasan maupun
ketentuan khusus bagi perempuan yang ingin mengguanan busana khas perempuan Bugis
ini. Kita bebas memakainya di perhelatan apa pun, bahkan dalam acara yang tidak
ada kaitannya dengan tradisi. Seperti halnya memakai baju bodo saat momen
wisuda.
Di era modern ini baju bodo dibuat
dari beragam jenis kain. Berikut beberapa jenis kain yang kerap digunakan
sebagai untuk membuat pakaian tradisional wanita Sulawesi Selatan:
1.
Kain Muslin
Bahan pertama yang paling sesuai untuk baju bodo tentu
saja kain muslin. Muslin adalah jenis kain katun tipis yang berkarakter halus
dan lembut. Kain ini kerap digunakan untuk membuat baju bayi dan aksesoris
fashion.
2.
Kain organza
Berikutnya ada bahan organza atau organdi, yaitu jenis
kain ringan dengan tenunan jarang dan terlihat transparan. Dahulu kain ini
dibuat menggunakan benang sutra sehingga permukaannya tampak mengkilap. Harganya
pun cenderung mahal.
Namun, kini kain organza berbahan dasar nilon, rayon,
atau poliester sudah banyak tersedia di pasaran. Tentunya dengan harga yang
jauh lebih murah.
3.
Kain Chifon (sifon)
Sifon merupakan jenis kein bertekstur halus serta berkarakter
tipis, menerawang dan agak licin. Biasanya kain ini terbuat dari serat nilon,
sutra, atau poliester.
4.
Kain crepe
Masih dari katergori kain yang tidak terlalu tebal yakni
crepe. Bahan crepe bersifat lentur dengan tekstur sedikit berpasir, kasar dan permukaan
mengkerut.
Itulah sekilas tentang baju bodo,
pakaian adat Sulawesi Selatan yang unik dan menarik. Dari bojo bodo, kita bisa mengetahui
bagaimana perkembangan kebudayaan masyarakat Bugis. Dimana awalnya busana yang
menampakkan payudara dianggap layak dan sopan-sopan saja untuk digunakan.
Masyarakat pada masa itu tidak menganggap itu sebagai bagaian dari pornografi.
Nah, jika Sahabat Bahankain sedang
mencari kain untuk membuat baju bodo, Bahankaincom bisa menjadi alternatif terbaik.
Kami menyediakan kain-kain berkarakter tipis seperti sutra organdi kaca, sutra
sifon, kain sifon polyester dan kain crepe.
Cek Kategori Produk atau langsung
hubungi Customer Service kami dan dapatkan rekomendasi bahan serta harga
terbaik.