Diantara nama-nama besar di dunia
mode kelas atas, Balenciaga berdiri sebagai mercusuar inovasi, keberanian, dan
evolusi yang tak henti. Lebih dari seabad setelah didirikan, merek ini telah
bertransformasi dari rumah haute couture klasik yang dicintai kaum bangsawan
menjadi kekuatan streetwear mewah yang mendominasi tren global.
Perjalanan Balenciaga diwarnai kisah tentang warisan, visi artistik yang tak lekang oleh waktu, serta adaptasi radikal terhadap dinamika industri mode. Berikut sepenggal kisah pernjalanan Balenciaga yang penuh liku.
Kisah Balenciaga dimulai pada tahun 1917, ketika Cristóbal Balenciaga Eizaguirre membuka butik pertamanya di San Sebastián, Spanyol. Lahir dari Martina Eizaguirre yang berprofesi sebagai seorang seorang penjahit, Cristóbal sudah menunjukkan bakat dan ketertarikannya terhadap dunia mode sejak masih belia.
Konon, pada usia 12 atau 13
tahun, Cristóbal membuat komentar cerdas tentang keanggunan busana Marchioness
de Casa Torres, seorang bangsawan terkemuka di kampung halamannya. Terkesan
dengan bakat uniknya, Marchioness mendukung penuh Cristóbal untuk mengasah
keterampilan menjahitnya hingga mencapai tingkat keahlian yang tak tertandingi.
Toko Balenciaga di Spanyol pun segera menjadi favorit keluarga kerajaan serta
kaum elit setempat.
Sayangnya, Perang Saudara Spanyol
yang bergejolak memaksa Christobal untuk mencari rumah baru. Hingga akhirnya pada
Agustus 1937, Balenciaga membuka rumah mode Paris-nya di Avenue George V.
Debutnya di Paris adalah sensasi instan, dimana Cristóbal Balenciaga dengan
cepat memperoleh kedudukan sebagai couturier sejati dan "arsitek
mode" yang mampu memahat kain menjadi siluet-siluet revolusioner. Christian
Dior pun mengakui dominasi Cristóbal dalam pengolahan teknik menjahit dan
memberinya julukan "the master of us”.
Hingga saat ini, Balenciaga
dikenal karena desainnya yang inovatif dan seringkali avant-garde. Ia tidak takut bermain dengan volume, menciptakan
siluet unik seperti bubble skirts, tunik, dan gaun "envelope".
Tak seperti kebanyakan merk yang memuja siluet jam pasir, Balenciaga justru lebih sering memilih pola garis lurus dan ramping. Menegaskan pemahaman mendalamnya tentang struktur serta bentuk tubuh wanita. Cristóbal memiliki kemampuan langka untuk mendesain pakaian langsung di atas tubuh model, sebuah bukti penguasaan total atas material dan konstruksi. Era Cristóbal adalah puncak dari haute couture dimana kesempurnaan jahitan dan visi artistik murni menjadi raja.
Pada tahun 1968, dalam sebuah
keputusan yang mengejutkan dunia mode, Cristóbal Balenciaga menutup rumah
modenya, meyakini bahwa era haute couture sejati telah berakhir. Empat tahun
kemudian, ia meninggal dunia. Merek Balenciaga pun memasuki masa vakum yang
panjang.
Baru pada tahun 1986, Balenciaga diakuisisi oleh Jacques Bogart S.A. dan kemudian, pada tahun 2001, menjadi bagian dari raksasa barang mewah Kering (dahulu PPR). Akuisisi ini menandai dimulainya era kebangkitan kembali Balenciaga, yang akan dipimpin oleh serangkaian direktur kreatif brilian yang berani menafsirkan ulang warisan merek tersebut untuk audiens modern.
Kebangkitan Balenciaga dimulai
dengan penunjukan Nicolas Ghesquière sebagai direktur kreatif pada tahun 1997.
Ghesquière berhasil membawa nuansa modern dan urban ke dalam DNA Balenciaga,
memadukan teknik haute couture dengan estetika streetwear yang lebih mudah
diakses. Di bawah arahannya, tas "Motorcycle City" yang ikonik lahir,
menjadi salah satu it-bag paling diminati di awal milenium.
Setelah Ghesquière, Alexander
Wang mengambil alih kemudi pada 2012, membawa sentuhan Amerika yang lebih
sporty dan effortless cool ke dalam koleksi. Namun, transformasi paling radikal
dan berpengaruh terjadi di bawah kepemimpinan Demna Gvasalia, yang ditunjuk
pada tahun 2015.
Demna, pendiri merek Vetements yang dikenal dengan pendekatan anti-fashion dan deconstructed, membawa Balenciaga ke dimensi yang sama sekali baru. Ia merangkul bahkan memelopori tren streetwear mewah, menggabungkan siluet oversized, logo grafis, dan estetika "ugly-chic" yang provokatif. Koleksi Demna seringkali menantang konvensi, memadukan elemen sehari-hari dengan kemewahan, dan secara konsisten menghasilkan hype yang masif. Dari sepatu sneakers "Triple S" yang mendefinisikan era hingga tas Bags yang menyerupai kantong belanja, Balenciaga di bawah Demna telah menjadi simbol dari budaya mode kontemporer yang cepat, ironis, dan berani.
Siapa sangka inovasi dan kontroversi ini tak hanya menarik perhatian media tetapi juga memicu diskusi dan menciptakan hype yang tak tertandingi. Ini membuktikan bahwa keberanian untuk menantang norma dan bahkan menciptakan sedikit kontroversi dapat menjadi strategi pemasaran yang sangat efektif.
Perjalanan Balenciaga adalah
bukti nyata bahwa sebuah merek fashion dapat terus berkembang dan beradaptasi
tanpa kehilangan esensinya. Dari seorang couturier legendaris yang memahat kain
untuk bangsawan, hingga direktur kreatif yang mendefinisikan kembali streetwear
mewah untuk generasi Z, Balenciaga terus menantang batasan dan membentuk
lanskap mode global.
Eksistensi dan popularitas Balenciaga membuktikan bahwa sebuah rumah mode dapat secara radikal bertransformasi dan beradaptasi dengan zaman. Bahkan setelah kehilangan pendiri legendarisnya, ia tetap mampu mempertahankan esensi inovasi dan pengaruh kuat dalam dunia fashion.