Di tengah gempuran teknologi digital, peran individu dalam promosi produk sebuah merk jadi semakin penting. Orang-orang pun berlomba menciptakan ciri khas dan membangun personal branding agar bisa terjun ke bidang ini. Dan dari situlah awal mula pengunaan label brand ambassador,
brand advocate dan influencer pada diri seseorang. Meski kerap digunakan secara
bergantian, tapi ketiganya mempunyai peran dan kedudukan tersendiri dalam
strategi marketing.
Disamping peran utama mereka sebagai promotor merk, brand ambassador, brand advocate maupun influencer juga diberi tugas tertentu. Hubungan antara brand ambassador dan influencer dengan merk cenderung lebih formal. Sementara brand advocate adalah pelanggan yang memberi dukungan secara sukarela karena alasan pribadi.
Brand ambassador dan influencer
lebih aktif dalam mempromosikan sebuah merk ke seluruh orang. Lain halnya
dengan brand advocate yang hanya memberi pengaruh atau rekomendasi pribadi pada
orang-orang terdekat. Namun, tujuan utama dari kedua tokoh tersebut adalah meningkatkan
kesadaran merek, membangun kepercayaan, serta mendorong penjualan.
Selain itu, berikut perbedaan
brand ambassador, brand advocate dan influencer:
1.
Brand ambassador
Brand ambassador adalah seorang individu yang secara
resmi dipekerjakan oleh sebuah perusahaan untuk menjadi ‘wajah’ atau ikon sebuah
brand dan memacu brand awareness. Mereka menjalin kerja sama dengan merk dalam
jangka waktu tertentu sesuai kontrak kerja yang disepakati.
Mereka harus memiliki pengetahuan mendalam tentang
produk yang dipromosikan dan mau berkomitmen terhadap merk. Selain itu, berikut
beberapa tugas dan tanggungjawab utama seorang brand ambassador.
·
Mempromosikan brand atau produk lewat akun media
sosial pribadi
·
Ikut serta dalam acara peluncuran produk,
event-event dan pameran
·
Membuat konsep strategi campaign bersama tim
marketing brand
·
Membangun opini positif tentang sebuah merk di circle-nya
·
Berinteraksi baik secara offline maupun online
berbekal wawasan produk atau perusahaan.
·
Menyesuaikan diri dengan identitas brand guna mencegah
risiko yang bisa berdampak pada citra brand.
Ngomong-ngomong soal ambassador, ada dua personal yang seringkali tertukar yaitu BA
(brand ambassador) dan GA (global ambassador). Seolah mirip, namun keduanya
memegang tanggung jawab yang berbeda, lho. Berikut definisinya:
·
Brand ambassador
Tugas utama seorang
brand ambassador alias BA yaitu merepresentasikan produk dari sebuah merk di platform-platform
media maupun event lokal. Ia bertanggung jawab mempromosikan dan memperkenalkan
produk ke audiens atau followers
mereka. Namun, jangkauan di media sosial mereka tidak begitu besar karena lebih
fokus pada peningkatan brand awareness
secara lokal.
·
Global ambassador
Sedangkan global
ambassador bertugas mempromosikan prouk brand secara eksklusif ke berbagai
negara. Tanggung jawab GA jauh lebih luas mencakup pasar global sehingga dapat
membantu meningkatkan brand awareness secara internasional. Jangkauan campaignnya
juga sangat lebar karena menggunakan artis papan atas yang nilai kontrak
kerjasamanya bisa mencapai milyaran rupiah.
2.
Brand advocate
Customer yang sangat loyal pada sebuah merk bisa disebut
sebagai brand advocate. Seorang brand advocate kerap membicarakan pengalaman
positif dan kepuasan mereka pada sebuah produk tanpa mengharap imbalan apapun. Mereka
juga aktif membagikan informasi produk dari sebuah brand di akun media sosial
pribadi atau secara langsung pada orang-orang di sekitarnya.
Biasanya, mereka adalah pelanggan lama yang selalu mengikuti
pertumbuhan merk. Sehingga bisa dengan mudah menjelaskan detail dari setiap
produk beserta kelebihan serta kekurangannya.
Nilai plus dari brand advocate:
·
Menjadi sumber evaluasi bagi perusahaan karena mereka
memberikan kritik atau saran berlandaskan pengalaman langsung dan tidak ada
intensi untuk menjatuhkan brand.
·
Hal tersebut mereka lakukan dengan harapan agar
brand bisa menjadi lebih baik agar mereka bisa terus repurchase.
Mengingat
brand advocate adalah seorang pelanggan yang secara sukarela mempromosikan
produk, maka ia tidak memiliki tugas dan tanggungjawab terikat.
Positive word-of-mouth marketing ini
terbukti efektif mempengaruhi pembelian produk brand. Sebab, lebih dari 60% customer cenderung merekomendasikan
brand favorit mereka ke teman dan keluarga. Hal tersebut memberikan level
awareness tinggi pada merk tanpa harus mengeluarkan biaya apa pun.
3.
Influencer
Ini nihh, strategi marketing online yang lagi ngetren
selama beberapa tahun belakangan. Ya, mereka adalah influencer. Seseorang bisa
dikatakan sebagai influencer ketika mereka bisa mempengaruhi persepsi dan
kecenderungan orang lain untuk menggunakan produk dari sebuah brand. Itu
terjadi karena self-branding yang
melekat pada diri mereka.
Infuencer tidak selalu berasal dari kalangan public
figure, tapi mampu mempengaruhi persepsi orang lain dalam lingkup yang kecil. Ini mencakup
pengikut akun media sosial pribadi serta lingkup sosial, seperti halnya
selebgram di bidang kecantikan.
Seorang influencer biasanya melakukan promosi secara
terang-terangan di Instagram maupun tiktok. Tak perlu surat resmi, harga kerja
sama dengan influencer pun jauh lebih terjangkau daripada brand
ambassador resmi.
Namun, jalinan kerja sama mereka juga lebih singkat. Bahkan
hanya satu kali postingan di media sosial saja. Itu terjadi karena influencer biasanya
digunakan untuk campaign tertentu. Dan tidak ada lagi ikatan dengan
brand setelah campaign tersebut berakhir.
Beberapa kasus menunjukkan efektifitas promosi brand
melalui influencer dalam jangka waktu tertentu. Sehingga dibutuhkan kerja sama
berulang untuk mendapatkan efek awareness atau peningkatan engangement rate.
Pada intinya brand ambassador,
brand advocate dan influencer mempunyai ranah promosi masing-masing. Kolaborasi sebuah merk dengan individu yang tepat dapat memperluas jangkauan, membangun kesetiaan
konsumen, dan memperkuat citra merk di masyarakat.