Selain batik, kain songket dan
tenun ikat adalah jenis kain tradisional Indonesia yang bernilai seni tinggi
dan kaya akan motif. Meski sama-sama dari keluarga kain tenun dan dibuat
menggunakan peralatan tenun bukan mesin (ATBM), dua wastra ini mempunyai beragam
perbedaan.
Bukan hanya nama dan coraknya
saja, tetapi juga metode pembuatan, karakteristik, serta beragam faktor lain.
Keunikan kain songket dan tenun ikat merepresentasikan betapa indah serta kayanya budaya Nusantara. Keduanya memang berbeda dari banyak sisi. Songket terkenal karena kemewahan dari perpaduan benang emas atau perah yang memancarkan kesan elegan dan agung. Sementara tenun ikat menawarkan keindahan dalam bingkisan sederhana namun tetap mempesona.
Selain itu, berikut beberapa faktor yang membedakan antara kain tenun ikat dan kain songket
1.
Bahan baku
Perbedaan paling mendasar antara kain tenun ikat dan
songket terletak pada material utamanya yaitu benang. Pada kain songket, benang
yang digunakan lebih bervariasi dan seringkali mengkombinasikan beberapa jenis
benang seperti katun, perak dan emas. Variasi benang tersebut berguna sebagai
pembentuk motif kain.
Lain halnya dengan kain tenun ikat yang hanya
menggunakan benang kapas atau sutera. Kemudian benang tersebut diikat dan
diwarna untuk menciptakan motifnya.
2.
Alat yang digunakan
Faktor kedua yang membuat kain songket dan tenun ikat
berbeda adalah teknik pembuatannya. Di habitatnya, kain songket masih dibuat
menggunakan peralatan tradisional dari kayu. Setiap alur prosesnya dikerjakan
secara manual, mulai dari pemintalan benang sampai menjadi lembaran kain utuh.
Pengerjaan kain songket mengandalkan alat tenun tangan yang dikenal dengan
sebutan cakcak, sesek atau dayan.
Sedangkan pembuatan kain tenun ikat memakai alat tenun
yang lebih modern. Dimana rancangan dan mekanisme kerja alat tersebut sudah
menggunakan prinsip-prinsip mesin tenun yang ada saat ini. Hal itu terlihat jelas
pada proses penyisipan benang pakan yang sudah menggunakan peralatan mekanis
dengan menggerakan kaki dan tangan secara bersamaan.
3.
Teknik pembuatan
Kain tenun ikat dibuat dengan mengikat benang lusi
atau benang pakan sebelum diwarnai. Teknik pewarnaan itulah yang menciptakan
corak pada selembar kain tenun ikat. Dibandingkan songket, proses pembuatan
kain ini jauh lebih sederhana karena hanya menggunakan satu jenis benang.
Namun, tiap helainya bisa mempunyai dua warna atau lebih tergantung proses
celup.
Disisi lain, benang pakan (arah lebar) dan benang lusi
(arah panjang) untuk membuat kain songket umumnya berbeda jenis serta warna. Corak
pada kain songket terbentuk dari modifikasi anyaman pada benang pakan (pembentuk
lebar kain). Mekanisme tersebut menghasilkan motif berdetail timbul yang unik
dan tidak mungkin luntur.
4.
Motif kain
Motif adalah cara paling sederhana untuk mengenali
mana yang kain songket dan mana kain tenun ikat. Karena pola motif pada kain
tenun ikat bisa dilihat dari dua sisi sekaligus, sedangkan motif kain songket
hanya terlihat di satu sisi saja.
Permukaan bermotif pada tenun ikat juga rata dan terasa
halus ketika disentuh, mengingat coraknya diperoleh dari proses pewarnaan
benang. Lain halnya dengan kain songket yang detail motifnya akan berasa saat
disentuh karena merupakan hasil anyaman benang yang berbeda warna.
5.
Tampilan
Motif kain tenun ikat lebih geometris atau abstrak. Warnanya
jauh lebih bervariasi tapi tampilannya cenderung doff atau matte. Sehingga menciptakan
kesan yang lebih tradisional dan kasual. Kerajinan tenun ikat banyak ditemukan
di wilayah Bali, NTB (Nusa Tenggara Barat) dan NTT (Nusa Tenggara Timur).
Kain songket mempunyai tampilan mewah berkat selipan
benang emas, perak, atau benang warna cerah. Motif tradisional yang rumit dan
berkilauan menciptakan kesan elegan. Cocok digunakan untuk acara formal atau adat.
Songket banyak ditemukan di wilayah Sumatera, khususnya dari Palembang dan
Minangkabau.
6.
Durasi pembuatan
Penggunaan teknik dan alat tenun yang berbeda
berdampak pada durasi waktu pengerjaannya. Dalam hal ini, proses pembuatan kain
songket cenderung lebih lama karena peralatannya sangat tradisional. Belum lagi
pembentukan ragam corak songket yang bisa menyita waktu hingga satu minggu
bahkan hingga berbulan-bulan lamanya.
7.
Harga jual
Detail anyaman yang rumit dan lamanya waktu pengerjaan membuat
harga tiap lembar kain songket jauh lebih mahal banding tenun ikat. Satu lembar
kain songket bisa dihargai ratusan ribu hingga jutaan rupiah. Beda dengan tenun
ikat yang harganya mulai dari puluhan ribu saja, tergantung ukuran dan bahan
bakunya.
Itulah beberapa hal yang
membedakan antara kain tenun ikat dan kain songket. Terbukti, walaupun
sama-sama ditenun secara tradisional, kedua wastra ini punya ciri khas
masing-masing. Semoga bermanfaat dan
menambah pengetahuanmu, ya!