Selain celana jeans, jaket denim
merupakan satu dari sekian banyak item mode paling abadi yang disukai banyak
orang. Revolusinya dari busana fungsional menjadi bagian dari fashion, memperlihatkan
bagaimana pakaian bisa mengubah kebiasaan, tatanan hidup serta kepercayaan diri
seseorang.
Meskipun penciptanya masih Levi
Strauss & Co. tetapi titik awal sejarah jaket denim berbeda dengan celana
jeans. Sebab celana jeans dulunya dibuat untuk kalangan pelaut, sedangkan ide
penciptaan jaket denim berakar dari kebutuhan pakaian yang kokoh bagi para
penambang, koboi dan buruh kereta api.
Dan, siapa sangka kalau dibalik popularitasnya
sebagai ikon fashion, jaket denim menyimpan sebuah cerita panjang yang penuh
kontroversi. Mulai dari baju kerja, simbol pemberontakan, hingga panggung mode,
berikut sepenggal kisah mengenai jaket denim.
Awal penciptaan jaket denim dapat ditelusuri pada abad
ke-20, ketika para penambang Emas, koboi, serta pekerja rel kereta api
mengungkap kebutuhan mereka akan pakaian yang mampu bertahan pada kondisi
ekstrem. Dari situ, muncullah Levi Strauss, yang sebelumnya telah sukses
dengan celana jeans, kemudian menciptakan jaket denim bernama "Blouse"
atau jaket Type I.
Jaket ini dirancang untuk kekuatan. Dibuat dari denim
katun tebal dengan desain yang sederhana yaitu satu saku di dada, kancing
logam, dan lipatan vertikal di bagian depan yang memungkinkan jaket lebih fleksibel
saat bergerak. Jaket denim pun menjadi seragam kerja yang tangguh dan praktis,
mencerminkan nilai-nilai utilitarian di era tersebut.
Jaket denim justru makin populer ketika para
pemberontak mode mulai mengadopsinya sebagai item fashion. Sekitar di tahun
50-an hingga 60-an, James Dean dan Steve McQueen terlihat mengenakan jaket
denim sebagai simbol perlawanan terhadap materialisme serta keseragaman. Jaket
ini menjadi sebuah ikon gaya keren yang hakiki.
Memasuki era punk-rock, sekitar akhir 60-an hingga
80-an, jaket ini benar-benar telah menjadi bagian tak terpisahkan dari gaya pemberontak.
Dimana mereka bergaya dengan pampilan yang khas, berupa jaket denim robek dan
celana jeans bertabur stud. Para musisi beraliran musik punk-rock membawa jaket
denim ke dalam scene musik yang dramatis
dan memukau.
Jaket denim terus beradaptasi dengan budaya populer.
Pada era 1960-an, gerakan hippies mengubah jaket ini menjadi sebuah kanvas
seni. Mereka menghias jaketnya dengan berbagai tambalan, bordir, dan lukisan
tangan yang mencerminkan dari keyakinan serta nilai-nilai idealisme. Meski
terkesan modern, tapi sebenarnya modifikasi ini adalah bagian dari simbol
penolakan terhadap budaya "pemakai jas."
Memasuki era 1990-an, musik grunge membawa jaket denim
ke puncak popularitas. Terutama setelah tampilan ikonik Kurt Cobain dari band
Nirvana yang memadukan jaket denim lusuh dan kemeja flannel. Ini merepresentasikan
gaya berpakaian yang santai, tidak peduli (cuek), dan apa adanya. Jaket denim
pun menjadi simbol non-konformisme dalam nuansa yang berbeda.
Seperti halnya jeans 501, desain jaket denim juga
mengalami evolusi. Setidaknya ada tiga pola dasar jaket denim yang dikenal dengan
sebutan Tipe I, Tipe II, dan Tipe III.
Dimana setiap desain mempunyai peran dan hubungan khusus terhadap budaya
populer, perubahan selera serta gaya hidup masyarakat.
·
Tipe I
Model jaket
denim paling tua dikenal sebagai Levi Blouse atau Tipe I. Didesain oleh Levi Strauss
pada tahun 1905, jeket ini memiliki potongan setengah bagian atas agar bisa
dipadukan dengan celana jeans. Potongannya sangat sederhana namun praktis,
dilengkapi saku dada tunggal dan lipatan ganda pada bagian depan.
·
Tipe II
Diperkenalkan
pada tahun 1953, denim jacket Tipe II adalah evolusi dari Tipe I. Secara
keseluruhan bentuknya masih mempertahankan jaket denim Tipe I namun ada tambahan
saku dada menjadi dua buah dan mengubah bagian belakang cinch dengan pengatur pinggang berkancing. Jaket inilah yang
dipakai oleh generasi muda sebagai simbol pemberontakan fashion pada masa itu.
·
Tipe III (The Trucket Jacket)
Jeket denim tipe
III atau 557 diperkenalkan pada tahun 1962, ketika produksi Tipe II
diberhentikan. Desain jaket ini jauh lebih modern dengan siluet lebih ramping tanpa
cinch back, ditambah kantong tangan serta detail lain untuk mencocokkan
tren mode saat itu.
Inilah model
jaket denim yang akhirnya menjadi standar global. Dipakai oleh musisi, aktor,
pekerja kreatif, hingga fashionista serta fleksibel untuk gaya kasual, edgy,
maupun high fashion
Hari ini, jaket denim telah menembus semua batasan. Ia
hadir dalam berbagai bentuk, mulai dari jaket cropped, oversized, hingga jaket
dengan lapisan bulu untuk musim dingin. Desainer ternama dunia juga mengadopsi
jaket denim dalam koleksi mereka, membuktikan bahwa jaket ini telah naik kelas
dari pakaian kerja menjadi item mode premium.
Fleksibilitasnya adalah kunci. Jaket denim bisa dipadukan
dengan gaun elegan, celana jogger, atau bahkan setelan formal. Jaket ini bukan
lagi sekadar tren musiman, melainkan bagian dari sejarah mode yang terus
berevolusi. Dari tambang emas hingga runway, jaket denim telah membuktikan
bahwa gaya yang paling autentik adalah gaya yang lahir dari fungsi dan makna.
Itulah sejarah perkembangan jaket
denim, dari Type I yang legendaris, Type II yang menyempurnakan
fungsi, hingga Type III yang menjadi ikon global. Tiap perjalanannya
menyimpan cerita dan karakter yang istimewa.
Cari supplier kain denim terpercaya? Dapatkan bahan denim berkualitas terbaik di
Bahankaincom. Kami menyediakan kain denim premium dengan beragam
spesifikasi dan ketebalan yang cocok untuk menciptakan jaket denim.
Wujudkan desain impianmu dengan
bahan denim pilihan dari kami, karena jaket denim terbaik selalu dimulai dari
kain terbaik. Cek di Kategori Produk, yuk!
Atau langsung hubungi customer service kami untuk detail
produk, pemesanan serta informasi lainnya.