Celugam merupakan kain tradisional yang menjadi salah satu warisan budaya berharga dari Kabupaten Lampung Barat, Provinsi Lampung. Kain ini telah mengakar kuat dalam budaya masyarakat setempat dan menjadi identitas kultural penting.
Motif dan sejarahnya mengandung banyak makna dan nilai.Kain celugam telah menjadi bagian tak terpisahkan dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat Lampung Barat.
Dahulu, celugam lebih sering digunakan dalam acara adat, seperti alas kasur berlapis yang digunakan sebagai tempat duduk para sai batin (tokoh adat) dalam berbagai upacara.
Ini adalah bagian dari tradisi
budaya, dan bahkan pudak palsu atau singgasana Kerajaan Sekala
Brak yang berupa tumpukan kasur (susunan kasur) juga dilapisi dengan
celugam. Pudak palsu ini menjadi bagian penting dalam upacara
kerajaan dan singgasana tersebut biasanya memiliki tingkatan yang disesuaikan
dengan gelar si pemakai.
Motif celugam yang digunakan di
setiap tingkatan tempat duduk pun berbeda-beda dan terdiri dari
potongan-potongan kain segitiga dengan kombinasi warna merah, orange, hitam,
dan putih yang membentuk motif-motif yang unik dan antik.
Setiap potongan kain segitiga tersebut ditempatkan bersama untuk menciptakan pola yang indah seperti puttut manggus, apipon, cumcok, kekeris, dan lalamban. Setiap motif ada karakteristiknya masing-masing, juga bermakna tersendiri. Cara membuatnya pun berbeda-beda pola. Tetapi, pembuatannya sering menggunakan teknik patchwork atau penyambungan kain segitiga.
Setiap motif yang terbentuk dari
susunan potongan segitiga pada Kain Celugam memiliki nama dan makna filosofis
tersendiri. Berikut motif kain celugam beserta maknanya:
·
Motif puttut manggus menggambarkan
bagian bawah buah manggus yang berbentuk bunga dan memiliki bentuk segitiga
atau bintang dengan warna hitam, putih, merah, dan oranye/jingga. Lalu
motif apipon lebih menyerupai gerigi dan biasanya digunakan
sebagai pemanis dalam susunan celugam.
·
Sama halnya dengan apipon,
motif cumcok digunakan sebagai bilai, yaitu
pemisah atau pembatas dari satu motif ke motif lain. Cumcok memiliki
bentuk atau corak seperti segi empat yang disambung dengan warna berbeda-beda.
Seperti namanya, motif kekeris bercorak seperti keris dengan
memasukkan semua unsur warna dari celugam, yaitu merah, oranye/jingga, hitam,
dan putih.
Kain celugam biasanya digunakan
sebagai bawahan untuk pakaian perempuan dan laki-laki. Untuk perempuan akan
digunakan seperti rok. Sedangkan untuk laki-laki, kain celugam digunakan
sebagai bawahan sedengkul yang dililitkan di bagian pinggang dan digunakan
setelah celana panjang.
Seiring perkembangan zaman,
celugam telah berkembang dan diversifikasi menjadi berbagai produk sehari-hari.
Saat ini, selain digunakan dalam upacara adat, kain celugam juga dijadikan
sebagai sarung bantal kursi, taplak meja, tatakan gelas, pembungkus galon air,
kotak tisu, tas, busana, dan banyak produk lainnya.
Kain celugam adalah salah satu
aset budaya yang perlu dilestarikan dan dikembangkan. Ini tidak hanya sebagai
warisan berharga dari Kabupaten Lampung Barat, namun juga sebagai bagian dari
kekayaan budaya Indonesia yang patut dijaga agar tidak punah. Kreativitas dalam
penggunaan celugam, baik dalam aspek tradisional maupun modern, adalah langkah
positif dalam melestarikan dan mempromosikan kain ini kepada masyarakat yang
lebih luas.