Selain terkenal sebagai Kota Pempek dan julukan “Venesia dari Timur”, Kota Palembang juga terkenal dengan keunikan kain songketnya. Memiliki motif yang khas dan tak lekang oleh waktu, membuat kain ini semakin diminati oleh banyak orang.
Sebelum membahas lebih jauh, tahukah sahabat bahan kain apa itu kain songket?
Istilah songket berasal dari kata suk-kit yang merupakan singkatan dari tusuk dan cukit. Karena pelafalannya yang agak rumit membuat kain ini diberi nama songket. Jika diartikan dalam bahasa Melayu dan bahasa Indonesia makna dari kata songket adalah “mengait” atau ”mencungkil”. Makna ini berkaitan dengan metode pembuatan kain songket yang dilakukan dengan cara mengaitkan dan menjumput kemudian menyelipkan benang emas.
Sumber : mediaguna.com
Konon kebiasaan menenun benang emas ini berasal dari kebudayaan Palembang. Pada awal perkembangannya, kain songket hanya boleh ditenun oleh anak dara atau gadis remaja. Seiring berjalannya waktu dan meningkatnya peminat kain songket saat ini banyak kaum laki-laki yang ikut menenun songket.
Kualitas kain songket ini ditentukan oleh kualitas bahan dasar pembuatannya. Bahan dasar pembuatan kain songket ini didominasi oleh benang emas, perak, sutra dan kapas pilihan yang sudah tejamin kualitasnya.
Untuk kain songket Palembang yang asli biasanya dihiasi dengan benang 14 karat. Jika dasar kain sutra telah lapuk maka benang emas tersebut bisa ditarik, dilepaskan dan dipindahkan pada dasar kain dari benang sutra yang baru.
Pada awal kemunculannya, kain songket dianggap sebagai kain yang memiliki arti khusus. Selain karena kecantikannya, kain ini juga disebut-sebut sebagai kain yang bernilai tinggi dan sangat dihargai oleh masyarakat Palembang. Oleh sebab itu penggunaan kain songket pun tidak boleh sembarangan. Berikut beberapa pengggunaan kain songket oleh masyarakat Palembang:
1. Kain songket dipakai dengan dililitkan di sekeliling tubuh layaknya memakai sarung
2. Disampirkan di bahu seperti memakai selendang
3. Sebagai destar (ikat kepala) khas Palembang
4. Selain itu, kain songket juga dipakai sebagai tanjak (hiasan ikat kepala seperti destar namun lilitannya lebih unik dan meruncing keatas)
Pada zaman dulu, warna dan motif songket dipakai sebagai penanda status:
1. Warna hijau, merah dan kuning biasanyan dipakai oleh seorang janda
2. Sedangkan songket warna cerah menandakan mereka ingin menikah lagi
3. Untuk motif dan ragam hias pads songket bermakna sebagai symbol penangkal malapetaka.
Sekarang pemilihan motif disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat dan tidak lagi tergantung pada kedudukan seseorang. Untuk melesatarikan budaya bangsa, kini kain songket sering dipakai untuk upacara-upacara adat seperti pernikahan. Selain itu, warna emas yang identik pada kain songket membuat kainini sering dipakai untuk acara-acara resmi seperti penyambutan tamu atau pejabat dari luar negeri ataupun dari daerah Palembang sendiri.
Mengingat kesannya yang “terlalu mewah” dan mengandung makna-makna tertentu maka penggunaannya juga tidak bisa sembarangan. Keistimewaan itu yang membuat kain songket tidak cocok untuk dipakai sehari-hari.
Sumber : id.carousell.com
Kesan mewahnya juga membuat kain songket kini mulai digunakan sebagai bahan utama berbagai kerajinan tangan. Diantaranya yaitu untuk bahan sarung cusion, tas tangan, souvenir pernikahan, kotak perhiasan, dan berbagai cenderamata yang unik dan menarik.
Selain itu kain songket tenun khas Palembang juga dijadikan hiasan dinding. Untuk hiasan dinding, biasanya kain songket dihias dengan motif berbentuk bunga, tumbuh-tumbuhan dan tulisan.
Nah, itulah sejarah singkat dan penggunaan kain songket khas Palembang. Simak artikel selanjutnya mengenai MENGENAL KAIN SONGKET KHAS PALEMBANG: Motif Kain dan Cara Merawat Kain Songket.