Sasirangan merupakan salah satu jenis kain yang berasal dari Kalimantan Selatan yaitu Suku Banjar. Masyarakat Banjar percaya bahwa kain sasirangan mampu mengobati berbagai jenis penyakit, mengusir roh jahat, dan melindungi diri. Kain khas suku banjar yang sering disebut sebagai Batik Banjar ini biasanya diperjualbelikan di berbagai destinasi wisata dan sentra produksi kain sasirangan yang bernama kampung Sasirangan. Kampung ini berada di jalan Seberang Masjid, Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan.
Sejarah Kain Sasirangan
Nama ‘Sasirangan’ ini berasal dari kata ‘Sa’ yang berarti satu dan ‘Sirangan’ yang berarti jelujur. Pemberian nama ini didasarkan pada proses pembuatannya yang dilakukan dengan menjelujurkan kain lalu bagian kain tersebut diikat menggunakan benang atau bahan lain baru kemudian dicelupkan pada pewarna kain.
Sumber: lokadata.id
Berdasarkan Hikayat Banjar, kain sasirangan sudah ada sejak abad ke-7 dan lebih dikenal dengan istilah kain langgundi. Sejarahnya, Patih lambung Mangkurat dari Kerajaan Dipa melakukan tapa selama 40 hari 40 malam diatas rakit yang mengapung mengikuti arus sungai untuk menemukan keberadaan Raja Dipa. Kemudian tibalah Patih Lambung Mangkurat di daeran Rantau, kota Begantung dan tak sengaja mendengar suara perempuan. Suara tersebut ternyata berasal dari Putri Junjung Buih. Patih Lambung Mangkurat sangat ingin melihat penampakan dari Putri Junjung Buih, Sang Putri menyanggupi namun dia memberikan sebuah syarat. Putri Junjung Buih meminta sebuah istana megah yang dibangun oleh 40 jejaka dan selembar kain tenun dengan motif padiwaringin yang warna kuning yang dibuat oleh 40 orang gadis dalam kurun waktu satu hari.
Patih Lambung Mangkurat pun menyanggupinya dan berhasil memberikan semua yang dipersyaratkan oleh Putri Junjung Buih. Setelah itu naiklah Putri Junjung Buih ke alam manusia dengan mengenakan kain langgundi sebagai baju kebesarannya. Selang beberapa waktu Putri Junjung Buih pun menjelma menjadi Raja Dipa.
Makna Kain Sasirangan
Mayoritas masyarakat suku Banjar mempercayai bahwa tiap motif dan corak pada kain sasirangan menyimpan fungsi yang berbeda dalam ritual adat. Mulai dari pengobatan orang sakit (batatamba), ikat kepala adat (laung), penutup kepala (kakamban), jarik untuk perempuan (tapih balalai) dan ikat pinggang (babat). Diantara beberapa motif yang sering ditemukan yaitu:
1. Jajumputan (jumputan)
2. Kambang cengkeh (bunga cengkeh)
3. Awan beriring (awan diterpa angin)
4. Kambang kacang (bunga kacang panjang)
5. Ombak sinapur karang (ombak menerjang batu karang)
6. Bintang bahambur (bintang bertaburan)
7. Sari gading ()
8. Naga balimbur (ular naga)
9. Benawati (warna pelangi)
Sumber: koransurindo
Selain motif, warna yang diaplikasikan pada kain juga dipercaya mampu mempengaruhi kekuatan magis sebagai sarana penyembuhan. Oleh sebab itu warna kain sasirangan akan dibuat sesuai permintaan agar pengobatan dapat berjalan sesuai keinginan.
1. Warna kuning untuk mengobati penyakit kuning (kana wisa)
2. Warna merah untuk sakit kepala dan susah tidur (insomnia)
3. Warna hijau untuk penyakit lumpuh (stroke)
4. Warna hitam untuk penyakit demam dan kulit gatal-gatal
5. Warna ungu untuk penyakit perut (diare, disentri dan kolera)
6. Warna coklat untuk penyakit tekanan jiwa (stress)
Nah itulah sejarah singkat dan makna dari kain sasirangan khas Kalimantan Selatan. Kain sasirangan dibuat dengan kain berwarna polos seperti kain mori, kain satin, kain sutra, dan masih banyak lagi.
Sahabat Bahankain sedang mencari bahan kain untuk membuat kain sasirangan? Bahankaincom siap memenuhi kebutuhan bahan kain Anda. Kami juga siap menerima pesanan dalam jumlah kecil maupun besar.
Segera hubungi CS kami untuk detail produk, pemesanan dan info seputar bahan kain lainnya. Silahkan cek koleksi produk-produk kami disini.
Belanja lebih mudah melalui marketplace kami di:

