Tidak bisa dipungkiri jika pertambahan populasi penduduk dan perkembangan dunia mode yang juga mengakibatkan naiknya kebutuhan akan zat pewarna tekstil. Kehadiran kain-kain dengan berbagai variasi warna yang diperjualbelikan di pasaran tentu tak lepas dari penggunaan zat pewarna buatan atau pewarna sintetis.
Zat pewarna sintetis pertama kali ditemukan pada tahun 1856 oleh seorang mahasiswa berkebangsaan Inggris, William Henry Perkin. Penemuan tersebut berupa senyawa Mauvein yang diperoleh dari proses oksidasi senyawa aniline tidak murni. Senyawa ini merupakan pewarna sintetis partama dalam sejarah pewarnaan tekstil. Setelah itu, para peneliti dari berbagai negara mulai menemukan berbagai zat warna lainnya.
Sumber: https://id.aliexpress.com/
Dalam ruang lingkup pewarnaan tekstil, penggunaan jenis zat pewarna bergantung pada beberapa faktor. Mulai dari sifat dasar kain, macam warna, ketahanan luntur yang diinginkan, jenis teknik pewarnaan dan berbagai faktor-faktor lainnya. Tak tanggung-tanggung, hampir semua kain tekstil yang ada di pasaran mengandalkan jenis pewarnaan sintetis karena berbagai kelebihan yang dimilikinya.
Berikut ini berberapa kelebihan
dari pewarna sintetis:
1.
Mudah diperoleh dan komposisinya tetap
2.
Dapat diproduksi dalam jumlah besar
3.
Variasi warna yang lebih beragam
4.
Intensitas warnanya lebih cerah
5.
Proses pewarnaannya sangat mudah
6. Mudah terserap dan terikat secara baik dengan serat kain.
Baca Juga: |
Jenis-Jenis Bahan Pewarna
Sintetis
Hingga saat ini ada banyak sekali
jenis dan merk dagang pewarna kain tekstil yang beredar di toko onlin maupun
offline. Bahan pewarna sintetis untuk kain tersebut dapat dikategorikan menjadi
beberapa golongan yaitu:
1.
Pewarna basa
Zat warna basa biasanya adalah jenis garam khlorida
atau oksalat yang berasal dari basa-basa organik seperti basa ammonium,
oksonium atau campuran antara garam dan Zinc khlorida. Zat warna ini akan
menghasilkan warna-warna cerah tetapi daya tahan lunturnya kurang baik.
Golongan zat warna basa mampu menembus serat-serat protein dan poliakrilat
secara langsung.
2.
Pewarna asam
Zat warna asam ini merupakan garam natrium yang
berasal dari asam-asam organik. Salah satu contoh zat warna asam yaitu asam
sulfonate atau asam karboksilat. Jenis zat warna ini digunakan dalam proses
asam dengan daya tembus langsung terhadap serat protein atau poliamida.
3. Pewarna modern dan kompleks logam
Zat warna mordan tidak memiliki kemampuan menembus serat-serat tekstil tapi bisa menyatu dengan oksida loga yang digunakan sebagai mordan dan membentuk senyawa yang tidak larut dalam air. Zat mordan asam mempunyai daya luntur yang baik sehingga kerap diaplikasikan untuk mewarnai serat wol atau poliamida.
Dalam proses pencelupan zat warna mordan terjadi perubahan warna yang disebabkan oleh keberadaan senyawa-senyawa logam. Dari permasalahan inilah kemudian muncul perkembangan terakhir dari zat warna mordan yaitu zat warna kompleks logam. Jenis zat warn aini dibuat dengan mereaksikan khrom dan molekul-molekul warna.
Baca Juga: |
4.
Pewarna direct
Zat warna direct atau zat warna substantif merupakan
garam natrium dari asam sulfonate yang hampir seluruhnya adalah senyawa azo.
Variasi warna dari jenis zat warna ini cukup banyak, namun ketahanan terhadap
luntur masih kurang baik.
5.
Pewarna bejana
Jenis zat warna satu ini tidak larut dalam air tetapi dapat
diubah menjadi senyawa leuco melalui penambahan senyawa reduktor seperti
natrium hidrosulfit (NaHS) dan natrium hidroksida (NaOH). Serat yang mampu
menyerap senyawa leuco diolah kembali menggunakan senyawa oksidator sehingga
terbentuklah pigmen warna yang tidak larut dalam air.
6.
Pewarna belerang
Sesuai dengan namanya, zat warna belerang merupakan
senyawa organik kompleks yang menagandung belerang pada khromofor dan gugus
sampingnya yang berguna dalam pencelupan. Zat warna ini umumnya digunakan untuk
kategori serat selulosa guna mendapatkan daya tahan luntur warna terhadap
pencucian dengan biayang yang cenderung rendah. Namun warna yang dihasilkan
dari jenis zat warna ini biasanya terkesan suram.
7.
Pewarna disperse
Zat warna disperse ini tidak mudah larut dalam air
tetapi mudah terdispersi dan tersuspensi dalam air. Umumnya zat ini dijual
dalam bentuk bubuk dan digunakan untuk mewarnai jenis serat yang bersifat
hidrofob (tidak suka air).
8.
Pewarna naftol
Zat pewarna naftol tidak larut dalam air dan terbentuk di dalam serat dari komponenn pembentukannya. Biasanya zat warna ini digunakan untuk memberikan warna merah pada serat selulosa dan warna-warna cerah lainnya. Sifat tahan lunturnya terhadap pencucian cukup baik tapi daya tahan gosoknya rendah.
9.
Pewarna pigmen
Zat warna pigmen hanya menempel pada permukaan tanpa mengikat komponen serat didalamnya sehingga dalam penggunaannya dibutuhkan zat resin sebagai perantara untuk mengikat zat warna pigmen dan seratnya. Karakteristik zat ini tidak larut dalam air dan tidak tembus serat tekstil. Kain yang diwarnai dengan zat warna ini akan memiliki handfeel kaku dan daya tahan gosoknya rendah.
Baca Juga: |
10.
Pewarna reaktif
Zat warna reaktif ini bisa bereaksi dengan serat
berbahan dasar selulosa dan protein sehingga mempunyai tahan luntur yang baik.
Reaktifitasnya pun beragam sehingga dapat digunakan pada suhu tinggi maupun
rendah.
11.
Pewarna oksidasi
Jenis zat warna oksidasi pada dasarnya merupakan senyawa
dengan berat molekul rendah yang dicelupkan lalu dioksidasi dalam serat di
kondisi asam. Proses oksidasi ini bertujuan membentuk molekul yang lebih besar
dan tidak larut dalam air.
Nah, itulah jenis-jenis bahan
pewarna sintetis yang sering digunakan dalam dunia pewarnaan kain. Setiap jensi
zat warna mempunyai fungsi dan sifatnya masing-masing sehingga pemilihan zat
warna tergantung beberapa faktor yaitu:
1.
Jenis serat
2.
Jenis warna yang dipilih dan warna yang tersedia
3.
Ketahanan luntur warna
4.
Ketersediaan alat produksi
5. Biaya
Baca Juga: Inovasi Pengolahan Limbah Cair Tekstil Melalui Proses Oksidasi Dengan Gelembung Mikro Ozon (O3) |
Dibalik berbagai kelebihan yang
dimilikinya, penggunaan pewarna sintetis secara besar-besaran dan berkelanjutan
akan menimbulkan berbagai dampak buruk bagi lingkungan. Apalagi jika limbahnya
tidak diolah dengan benar, sisa dari pewarnaan tekstil yang sebagian berbentuk
cairan dan mengandung senyawa-senyawa kimia tentu berbahaya bagi kelangsungan
ekosistem dan kelestarian lingkungan hidup.
Oleh sebab itu, setiap pabrik
tekstil terutama yang bekerja di bidang pewarnaan tekstil harus memiliki sistem
penanganan khusus limbah sebelum dibuang ke alam bebas.
Nah, jika Sahabat Bahankain
menjalankan usaha di bidang pewarnaan kain, Bahankain.com sebagai pusatnya
bahan kain Jogja siap menjadi mitra usaha terbaik untuk Anda. Kami menyediakan
jenis kain mentah atau kain blacu dan kain mori yang sudah melewati proses
finishing.
Kami mempunyai unit produksi kain
blacu sendiri, jadi kalau Sahabat Bahankain mau custom konstruksi atau jenis
anyaman tentunya bisa banget (dengan minimal order tertentu). Ada harga ecer
dan grosir, sedangkan untuk pembelian skala besar bisa di nego dulu ya.
Segera hubungi Customer Service Bahankain untuk detail produk ataupun pemesanan. Kepoin dulu produk-produk kami Disini.
Chat dan order via Shopee dan Tokopedia juga bisa. Langsung klik link di bawah ini ya: