Pembalut wanita adalah produk yang
sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari perempuan. Namun, di balik desain
tipis dan kemasan menariknya, ada berbagai jenis bahan tekstil dan material penyerap yang berperan besar terhadap
kenyamanan, kesehatan kulit, hingga dampak lingkungan. Sayangnya, masih banyak
yang belum benar-benar memahami apa saja bahan pembalut yang mereka gunakan
setiap bulan.
Artikel ini akan membahas secara
lengkap komposisi bahan pembalut wanita,
fungsi tiap lapisan, perkembangan materialnya dari masa ke masa, serta isu
kesehatan dan keberlanjutan yang relevan saat ini.
Sejarah
Singkat Material Pembalut Wanita
Sebelum pembalut modern seperti
sekarang, perempuan di berbagai budaya menggunakan bahan alami yang tersedia di
sekitar mereka. Di Mesir Kuno, misalnya, perempuan memakai serat papirus yang dilunakkan, sementara di Jepang dan Tiongkok
digunakan kertas berlapis kain. Di
Eropa abad pertengahan, kain linen atau
katun yang bisa dicuci ulang menjadi pilihan utama.
Perubahan besar terjadi pada awal
abad ke-20 ketika produk sekali pakai
berbahan selulosa mulai dikembangkan. Sejak saat itu, industri pembalut
berkembang pesat dengan inovasi material yang semakin tipis, menyerap cepat,
dan praktis—meski tidak selalu ramah lingkungan.
Struktur
Umum Pembalut Wanita
Secara umum, pembalut wanita
terdiri dari beberapa lapisan utama, masing-masing dengan fungsi spesifik:
1. Lapisan Atas (Top Sheet): Lapisan ini bersentuhan langsung
dengan kulit. Umumnya terbuat dari: nonwoven polypropylene, polyethylene berlubang, atau katun (cotton)
pada pembalut tertentu.
Top sheet berfungsi menyalurkan
cairan ke lapisan bawah sekaligus menjaga permukaan tetap terasa kering.
Pembalut berbahan sintetis biasanya terasa lebih licin, sementara berbahan
katun cenderung lebih lembut dan breathable.
2. Lapisan Penyerap (Absorbent Core): Inilah inti utama pembalut.
Material yang paling sering digunakan adalah: pulp selulosa (wood pulp)
dan atau Super Absorbent Polymer (SAP) yang biasanya berbasis sodium
polyacrylate.
SAP mampu menyerap cairan hingga
puluhan kali beratnya sendiri dan mengunci cairan agar tidak bocor. Kombinasi
pulp dan SAP membuat pembalut modern lebih tipis dibandingkan generasi
sebelumnya.
3. Lapisan Bawah (Back Sheet): Lapisan ini berfungsi mencegah
kebocoran ke pakaian. Umumnya dibuat dari: polyethylene
film dan atau material plastik
fleksibel tahan air. Beberapa produk kini mengembangkan back sheet
“breathable” dengan mikro-pori agar udara tetap bersirkulasi tanpa mengurangi
daya tahan cairan.
4. Perekat dan Sayap: Bagian ini menggunakan adhesive (perekat) berbasis sintetis agar pembalut menempel di
pakaian dalam. Materialnya harus cukup kuat namun tetap aman bagi kulit.
Jenis Bahan
Pembalut Berdasarkan Material Utama
Jika ditinjau dari material dominan
yang digunakan, pembalut wanita dapat dibedakan menjadi beberapa kategori.
Pembalut Berbahan Sintetis
Pembalut berbahan sintetis
merupakan jenis yang paling banyak beredar di pasaran. Produk ini mengandalkan
kombinasi nonwoven fabric, plastik,
dan SAP sehingga mampu memberikan daya serap tinggi dengan ketebalan minimal.
Keunggulan utama pembalut sintetis terletak pada kepraktisannya, namun pada
sebagian pengguna dapat menimbulkan rasa lembap atau iritasi karena sirkulasi
udara yang terbatas.
Pembalut Berbahan Katun
Sebagai alternatif, pembalut
berbahan katun hadir untuk menjawab kebutuhan kulit sensitif. Produk ini
biasanya menggunakan katun organik atau katun tanpa pemutih klorin pada lapisan
atasnya. Teksturnya lebih lembut dan breathable, sehingga mengurangi risiko
iritasi. Namun, dari sisi harga dan ketipisan, pembalut katun cenderung lebih
mahal dan tidak selalu setipis pembalut berbasis SAP tinggi.
Pembalut Kain (Reusable Pad)
Pembalut kain merupakan jenis
pembalut yang dapat digunakan ulang. Produk ini terbuat dari kombinasi katun,
serat bambu, dan microfiber sebagai lapisan penyerap. Meski membutuhkan
perawatan ekstra karena harus dicuci setelah digunakan, pembalut kain kembali
diminati karena lebih ramah lingkungan dan dapat digunakan dalam jangka waktu
panjang.
Isu Kesehatan dan Keamanan Material
Seiring meningkatnya kesadaran
konsumen, isu kesehatan terkait bahan pembalut semakin banyak dibicarakan.
Salah satu perhatian utama adalah penggunaan pewangi sintetis yang berpotensi memicu iritasi atau reaksi alergi.
Selain itu, proses pemutihan menggunakan
klorin pada pulp selulosa juga menjadi sorotan karena dikaitkan dengan
residu senyawa tertentu, meski dalam kadar sangat kecil.
Kurangnya sirkulasi udara pada pembalut berbahan plastik
juga dapat menciptakan lingkungan lembap yang kurang ideal bagi kulit. Oleh
karena itu, banyak produsen kini mulai menonjolkan klaim seperti bebas pewangi,
bebas klorin, serta telah diuji secara dermatologis sebagai bentuk transparansi
terhadap konsumen.
Dampak Lingkungan dari Bahan Pembalut
Di luar aspek kesehatan, bahan
pembalut juga memiliki dampak signifikan terhadap lingkungan. Pembalut sekali
pakai umumnya mengandung plastik dan material sintetis yang membutuhkan waktu sangat lama untuk terurai.
Dalam skala global, limbah produk menstruasi menjadi bagian dari persoalan
sampah yang kian mendesak.
Menanggapi hal ini, industri mulai
mengeksplorasi material alternatif seperti serat bambu, bioplastik, dan bahan biodegradable lainnya. Selain itu,
meningkatnya popularitas produk reusable
menunjukkan adanya pergeseran perilaku konsumen menuju pilihan yang lebih
berkelanjutan.
Evolusi Desain dan Material di Masa Depan
Ke depan, pembalut wanita
diprediksi akan terus berkembang sebagai produk berbasis teknologi material.
Fokusnya tidak hanya pada daya serap, tetapi juga pada kenyamanan kulit,
transparansi bahan, serta dampak ekologis. Dalam perspektif fashion dan tekstil,
pembalut dapat dipandang sebagai bagian dari material culture—produk
sehari-hari yang mencerminkan nilai sosial, inovasi, dan kesadaran zaman.
Bahan Pembalut Wanita: Mengenal Material, Fungsi, dan Dampaknya bagi Tubuh & Lingkungan
British Vogue Beri Gelar Eternal Influencer pada Kate Middleton, Apa Maknanya?
Mona Lisa Tidak Dilukis di Atas Kanvas? Fakta Material dan Rahasia Keawetannya!
Kapas Kecantikan: Benarkah Terbuat dari Serat Kapas Asli? Ini Penjelasan Lengkapnya
Louis Vuitton Rilis Bag Charm Ikan Taiyaki Harga 16 Jutaan, Apa Istimewanya?
Raw Denim vs Washed Denim, Sama-sama Denim Tapi Kok Beda?
Apa Itu Little Black Dress? Sejarah dan Alasan Kenapa Wajib Punya
Visible Mending VS Invisible Mending, Apa Sih Bedanya?
Pantone Standar Warna Global: Pengertian, Sistem Warna, dan Perannya di Fashion
Brand Membership, Strategi Membangun Loyalitas dan Kesetiaan Pelanggan