Keberadaan bangunan Keraton Ngayogyakarta
dan pemerintahan Sri Sultan Hamengku Buwana kian menambah keistimewaan Daerah
Istimewa Yogyakarta. Tak hanya kemegahan bangunannya, kraton Yogyakarta juga mempunyai
beragam tradisi dan sampai saat ini masih terus dilestarikan. Satu diantaranya
yaitu upacara inisiasi menstruasi pertama atau yang lebih dikenal sebagai
Tarapan.
Apa itu tarapan? Lalu, bagaimanakah
tata caranya? Simak ulasan lengkapnya berikut ini!
Tarapan merupakan sebuah upacara tradisional Jawa untuk perempuan saat pertama kali mengalami haid atau menstruasi. Upacara tarapan termasuk salah satu tradisi intern yang diberlakukan dalam ruang lingkup Keraton Ngayogyakarta. Tradisi ini mengharuskan anak perempuan melakukan berbagai ritual sebagai bentuk syukur atas peralihan masa kanak-kanak ke remaja.
Layaknya upacara adat lainnya, tarapan
juga tak lepas dari sesaji dan tata cara yang melambangkan harapan-harapan baik
untuk kehidupan gadis tersebut di masa mendatang. Menstruasi menjadi penanda
bahwa ia telah siap dibuahi. Upacara menstruasi pertama ini melambangkan betapa
istimewanya perempuan yang sudah memasuki masa remaja.
Selama periode peralihan anak-anak
menuju kedewasaan tersebut, perempuan akan mengalami banyak perubahan baik
secara fisik maupun emosional. Disinilah orang tua dan keluarga memegang
peranan penting untuk mengarahkan sekaligus memberikan wejangan. Oleh sebab itu
dalam upacara tarapan, si anak memakai kain jarik dengan motif-motif tertentu yang
mengandung beragam makna.
Dalam pelaksanaan upacara
inisiasi tarapan, gadis yang mengalami haid pertama kali memakai lembaran kain batik
atau jarik dengan motif tertentu. Tiap corak kain juga tersirat makna serta
harapan-harapan baik untuk si anak. Khusus untuk acara tarapan, digunakan kain
jarik bermotif kecil.
Berikut beberapa motif batik Jogjayang
kerap digunakan pada upacara tarapan:
1.
Parang batik ceplok gurda
Motif Parang baris ceplok gurda memiliki kemiringan 45
derajad sebagai lambang kekuatan dan gerakan yang cepat. Artinya manusia harus bisa
mengendalikan hawa nafsu supaya watak serta perilakunya lebih luhur.
Sementara gurda merupakan istilah lain dari burung
garuda yang menjadi simbol kuasa dan panutan untuk berperilaku luhur. Harapannya
si anak mampu menghadapi jalan hidup yang dinamis dengan tetap berbudi luhur.
2.
Kothak Mangkara
Mangkara adalah bentuk belakang mahkota dan salah satu
sumping atau hiasan telinga. Istilah ini berasal dari kata maya angkara yang
berarti tiada halangan dan rintangan. Dengan memakai jarik bermotif mangkara, orang
tua berharap agar anak tidak mendapatkan halangan maupun rintangan saat
memasuki masa dewasa.
3.
Kawung picis
4.
Motif Parangkusumo
5.
Keton srimpet
Dahulu tradisi menjadi jantung kehidupan bagi masyarakat Jawa, baik di dalam maupuk luar lingkungan kraton. Akan tetapi perubahan jaman dan modernisasi perlahan melunturkan tradisi tarapan di lingkungan masyarakat. Bahkan tak banyak yang tau kalau Jogja mempunyai kebiasaan ini. Begitupun di area keraton, meski upacara tarapan masih sering dilakukan tetapi bentuknya sudah tak seperti zaman dulu.
Tetapi secara garis besar, tata
cara adat tarapan adalah sebagai berikut:
1.
Pemberitahuan
Pada tahapan pemberitahuan, putri sultan atau inang
pengasuh memberitahukan ke ibunya bahwa putrinya telah haid.
2.
Persiapan
Tahap persiapan Pengageng I Tepas Halpitapura atas
nama Sultan atau dhawuh dalem memerintahkan Pengageng I Kawedanan Ageng
Punakawn Purayakara untuk mengusung peralatan yang akan dipakai pada
pelaksanaan permandian dan sebagainya.
3.
Siraman
Di tahapan ini gadis memakai jarik berlapis kain mori
lalu dimandikan oleh para pinisepuh dan kerabat perempuan yang diundang. Setelah
itu ia menuju kamar ganti, badannya ditutupi kain jarik motif sidoluhur atau sidomukti.
Warna putih pada mori merupakan simbol kesucian. Sehingga
kain mori yang sudah dipakai saat acara siraman selanjutnya digunakan untuk
membatik. Batik tersebut bisa dikenakan lagi ketika prosesi midodareni menjelang
akad nikah.
4.
Pemberian jamu
Anak memakai busana adat lengkap dan bawahan kain
cinde sebagai bukti bahwa seorang sultan tak hanya memimpin tapi juga kaya
secara ekonomi. Kemudian gadis diberi obat-obatan tradisional, berupa jamu
mamahan dan jamu godhogan, dan menelan telur mentah. Tetapi dewasa ini anak
hanya diberi jamu tradisional seperti kunir asem atau lainnya.
Alas duduk saat siraman berupa dedaunan dan
empon-empon yang bertujuan menjaga kesehatan, kebugaran, kecantikan, dan menuntun
anak untuk menerapkan perilaku hidup sehat.
5.
Pingitan
Gadis yang mengalami menstruasi tersebut dipingit atau
tidur sendiri jauh dari ibunya di selama seminggu. Rambutnya diikat sebagai simbol
kesucian.
Serangkaian tradisi Tarapan tentu
memiliki maksud dan tujuan tertentu, diantaranya yaitu:
1.
Anak memahami kini ia sudah menjadi remaja dan
harus pandai menjaga kebersihan. Terutama bagaimana caranya agar darah yang
keluar tidak pernah nampak orang lain karena kelalaiannya.
2.
Menyadarkan anak perempuan untuk senantiasa menjaga
kesuciannya, tidak berlebihan dalam bergaul dengan lawan jenis dan menyadari
bahwa dirinya sudah matang secara seksual. Itu artinya jika terjadi hubungan
seksual tidak mustahil terjadi kehamilan. Oleh sebab itu anak perlu lebih berhati-hati
ketika berinteraksi dengan lawan jenis demi menjaga kesuciannya.
3.
Memberi pengertian bahwa dia bukan anak-anak
lagi. Sehingga dia bisa menempatkan bagaimana bertutur kata dan berperilaku lebih
dewasa.
4.
Saat menjalani pingitan remaja mendapat
pengalaman hidup mandiri dan jauh dari orang tua. Meskipun hanya satu minggu,
anak akan merenung, tunduk pada aturan. Anak perempuan juga diberi nasehat dan
bekal hidup berikaitan dengan tugas, kewajiban, pantangan, anjuran, apa yang
harus dilakukan setelah memasuki masa dewasa.
5.
Pantangan yang dijalani mengisyaratkan agar anak
mengenal budaya hidup bersih, menjaga kesehatan, menjaga kesucian, sekarang
sudah bukan anak-anak lagi, dan selalu ingat kepada Yang Maha Kuasa, belajar
menghormati pendapat orang lain, tidak mementingkan diri sendiri.
Itulah sekilas tentang upacara
inisiasi menstruasi pertama atau tradisi tarapan serta tata caranya. Walaupun tarapan
sudah jarang diterapkan dalam lingkup masyarakat umum, namun tak ada salahnya
jika Sahabat Bahankain untuk ikut melestarikan budaya Kraton Ngayogyakarta.
Anda butuh kain mori untuk
melaksanakan upacara tarapan ataupun bahan batik? Bahankain.com bisa menjadi toko
pilihan Anda berbelanja kain putihan berkualitas. Bisa retail maupun grosir
lho. Segera cek produk-produk kain mori kami ya.
Atau langsung hubungi Customer Service
Bahankain.com untuk dapatkan info detail dan pemesanan produk maupun konsultasi
seputar kebutuhan tekstil Anda.
Anda juga dapat menemukan kami di Shopee dan Tokopedia lho. Silahkan cek toko Mekar Jaya Tekstil.