Viscose merupakan produk turunan
dari serat rayon generasi pertama. Diantara kekurangan viscose yaitu kekuatan
serat yang akan melemah ketika basah. Atas dasar itulah, dibuatlah serat rayon
generasi perbaikan pada tahun 1951 oleh S. Tachikawa berkebangsaan Jepang.
Rayon generasi kedua ini diberi
nama High Wet Modulus (HWM) Rayon. Disebut High Wet karena lebih tahan basah, tekstur
permukaan seratnya juga lembut sehingga disebut Modulus. Perusahaan
tekstil lain pun memodifikasi serat HWM dan diberi merk baru. Salah satunya yaitu
Polynosic fibre atau dikenal juga sebagai Toramomen (Jepang) dan Tufcel
(Toughcell).
Polynosic mempunyai kekuatan
hampir dua kali lipat dibandingkan Rayon Viscose dan sifat tidak susut yang
bagus. Sedangkan HWM produksi Lenzing Austria diberi merk MODAL dan bertekstur sangat
lembut.
Lenzing telah menciptakan serat tekstil
menggunakan alat pengukur kelembutan Emtec Electronic dan metode cincin yang
terkenal. Semakin tinggi persentase Modal Lenzing yang ditambahkan pada bahan
tekstil, maka hasilnya akan semakin lembut. Hasil pengujian menunjukkan bahwa
MicroModal adalah serat paling lembut diantara semua jenis serat yang diuji.
Serat Lyocell mulai dikembangkan
pada tahun 1972 oleh tim ahli serat di Enka, Carolina Utara, Amerika Serikat
dan dinamai “Newcell”. Kemudian di tahun 1980, pengembangan dilakukan berskala
pabrik menghasilkan serat baru dari material Rayon yang hak ciptanya hanya
dimiliki Lenzing, Austria.
Setelah itu pada tahun 1997, Lenzing
memproduksi serat secara komersial dan diberi merk Tenzel Lyocel. Serat
tersebut baru diproses secara massal di tahun 2015 dengan kapasitas produksi
130.000 ton/tahun.
Kualitas rayon generasi ketiga ini
lebih unggul dari Lyocel, teksturnya lebih kuat dibandingkan kapas serta lebih
lembut dan berkilau dari kain sutera. Sayangnya, harga Lyocel yang cenderung mahal
membuat serat HWM sulit dipasarkan.
Bed sheet berbahan Lyocel memiliki
garansi selama 5 tahun.
Istimewanya, Lenzing mampu
membranding keistimewaan Lyocell sebagai serat tekstil berkualitas premium.
Diantaranya sebagai bahan sprei yang ditenun selebar 250 cm, untuk memenuhi
kebutuhan sprei hotel mewah yang memerlukan tingat kualitas kelembutan dan
ketebalan tertentu.
Sprei Lyocell mempunyai kilau
dan kelembutan lebih bagus dibandingkan kain Sutera.
Sebuah pengujian menunjukkan bahwa
100 kali pencucian sprei katun mengalami keausan dan penurunan kilau dan
kekuatan yang signifikan. Sedangkan kualitas sprei Lyocell baru berkurang
setelah 500 kali pencucian. Hal tersebut menjadi salah satu bukti keunggulan serat
Lyocell.
Saat ini Lenzing Austria dikenal
sebagai raksasa produsen serat semi sintetis yang sangat inovatif. Mereka membranding
kedua produk andalan dan menyertakan brand Tencel didepan nama Modal dan Lyocell.
Serat Modal digunakan sebagai
bahan apparel (pakaian jadi) serta campuran serat polyester dan katun.
Sementara Lyocel dikhususkan sebagai bahan conveyor belt, penguat ban atau medical
dressing seperti perban operasi dll.
Lyocel berupa serat staple sering
dijadikan campuran kain Denim berbahan dasar katun atau rami. Kain Chino sebagai
material pakaian dalam maupun handuk berdaya serap tinggi dan bertekstur halus
sebagai pengganti katun.
Lyocel berbentuk filamen
ditujukan sebagai pengganti sutera untuk produk busana yang memerlukan tampilan
sutera. Seperti busana wanita dan kemeja pria dengan campuran serat sutera,
rayon, polyester hingga wool.
Lyocel memiliki sifat kimiawi yang hampir sama dengan katun, linen, rami maupun rayon. Daya serapnya 50% lebih bagus dari katun, kelembutan dan sifat breathable nya juga lebih bagus. Kemampuan menyerap warna dan tahan lunturnya jauh diatas rayon walaupun daya tahan kusutnya kalah dari polyester.
Sumber: Buletin Tekstil Edisi 24