PU dan PVC adalah dua jenis kulit
sintetis yang umum digunakan dalam berbagai bidang industri. Meski sering
dipakai secara bergantian, tapi pada dasarnya dua jenis kulit sintetis ini punya
banyak perbedaan dari beragam sisi.
Lebih jelasnya, simak ulasan
berikut ini, yuk!
Poliuretane alias PU adalah jenis kulit tiruan yang dibuat dari material sintetis sejenis plastik dengan karakteristik dan kenampakan mirip kulit binatang. Kulit PU 100% terbuat dari bahan sintetis dan sedikitpun tidak mengandung unsur hewani. Karakteristiknya lebih tipis, memiliki lebih sedikit lapisan. Dasarannya berupa serat atau kain polyester lali diberi layer plastik poliuretan (PU).
Sumber: https://kabulkonveksitas.co.id/
PU
disebut juga kulit biskuit atau kulit split, kerap digunakan sebagai bahan
sepatu atau pelapis furniture. Kulit PU jenis split umumnya berupa
potongan kulit asli berlapis poliuretan. Teksturnya tak jauh berbeda dengan
kulit asli, tetapi lebih ringan, kurang elastis, dan cukup tahan terhadap sinar
matahari.
Karena
tidak menggunakan kulit hewan sama sekali, PU dianggap sebagai bahan kulit
vegan. Namun beberapa PU bisa dikombinasikan dengan kulit asli untuk
menciptakan “double cast leather”.
Kulit PU semi-sintetis terbuat
dari bahan dasar kulit alami dengan campuran plastik PU kering di
atasnya. Permukaannya seringkali diberi polla-pola butiran agar bisa
menyerupai tampilan kulit asli.
Sementara
PVC disebut juga vinyl merujuk pada material jenis kulit suede yang berbahan
dasar poly vinyl chloride. Kulit jenis ini dikombinasikan denagan bahan kimia
lain sehingga menghasilkan bahan yang tahan lama dan murah dirawat. Lapisan
kulit PVC lebih banyak sehingga karakter bahan ini jauh lebih kuat dan tahan
lama.
Vinil,
resin plastik fleksibel, diubah secara kimia dan dicampur dengan berbagai
material guna mengubah tekstur, warna, bentuk, dan efeknya agar karakternya
mirip kulit. Ideal untuk produksi furnitur dan fashion kulit imitasi. Sayangnya,
produksi PVC menggunakan klorin yang berpotensi merusak ekologi.
Meski
sama-sama jenis kulit sintetis, kulit PVC maupun kulit PU mempunyai
karakteristik khusus yang membedakan keduanya.
1.
Tampilan dan tekstur
Dari
segi produksi, pembuatan kulit PU lebih rumit dibanding PVC. PU
merupakan kulit berdaya regang tinggi berlapis kain yang mampu menutupi dasar
kain di bagian tengah. Bahan ini juga lebih unggul dalam hal ketahanan torsi,
kelembutan, kekuatan tarik, dan permeabilitas udara.
Sementara
pola PVC dibuat dengan menekan panas rol pola baja. Jika api berubah menjadi
hijau, artinya bahannya setengah PU atau PVC; jika api tetap merah, artinya
bahannya PU.
2.
Kemampuan breathable
Keberadaan
lapisan busa diantara lapisan kulit PVC membuatnya lebih sulit bernapas. Itulah
kenepa PVC tidak direkomendasikan untuk produksi pakaian guna.
Meski
kemampuan bernafas kulit PU tak segus kulit asli, tapi pakaian dari bahan ini tetap
lebih nyaman digunakan daripada kulit PVC. Tampilan dan karakteristiknya cukup
konsisten dengan harga yang jauh lebih murah dari kulit asli.
Namun,
karena bintik yang lebih besar di permukaannya, kulit PU lebih rentan terjadi
penumpukan noda dan partikel lain. Itulah kenapa, mayoritas furniture dilapisi
menggunakan kulit PVC, bukan kulit asli atau PU.
3.
Struktur dan Daya Tahan
Lapisan
yang lebih sedikit membuat kulit PU lebih fleksibel dan mudah dibentuk. Oleh
karena itu, kulit PU memiliki keunggulan sebagai bahan pilihan untuk pakaian
yang dapat dikenakan. Namun bahan ini lebih mudah kotor karena menyerap noda
dan mudah mengerut jika terlipat atau diremas.
Di
sisi lain, PVC dapat menahan keausan dan kondisi cuaca lebih baik dari PU.
Permukaan kulit tiruan ini juga bisa menjadi kusut dan berubah warna layaknya
kulit asli. Struktur PVC yang berlapis tanpa adanya pori membuatnya lebih tahan
lama.
4.
Dampak Lingkungan
PVC
termasuk material yang paling berbahaya bagi lingkungan. Siklus pembuatan,
penggunaan, dan pembuangannya menghasilkan emisi senyawa berbasis klorin. Racun
dapat terakumulasi di dalam air, udara, hingga rantai makanan. Bahkan, penggunaan
klorin dalam produksi PVC adalah yang terbesar dan tumbuh paling cepat (40%
dari total penggunaan klorin di Amerika Serikat).
Lain
halnya dengan PU, ia tidak mengeluarkan bahan kimia berbahaya atau dioksin saat
pemakaian maupun pembuangannya. Sebagian besar PU masih diproduksi menggunakan
pelarut, tetapi kini banyak produsen beralih ke proses berbasis air.
Kulit
sintetis PU 100% adalah polimer vegan yang diproduksi dari minyak bumi. Namun, bisa
juga dikombinasikan dengan material non-vegan. Hasilnya berupa bahan bertekstur
lembut, dilengkapi fitur dan struktur yang mirip kulit hewan. Tidak menyerap
cairan, tahan gores, dan cukup breathable.
Itu dia beberapa hal yang membedakan antara bahan kulit poli uretane (PU) dan poly vinyl chloride (PVC). Dengan
karakteristik yang berbeda, kulit PU dan PVC memiliki kegunaan serta fungsinya
masing-masing. Untuk fashion atau
produk pakai yang bersentuhan langsung dengan kulit, seperti jaket,
sepatu, atau tas fashion, kulit PU menjadi opsi terbaik karena tampilannya
lebih alami dan terasa nyaman.
Sedangkan kulit PVC lebih cocok untuk pelapis furnitur, jok otomotif, serta produk-produk outdoor karena daya tahan yang lebih baik dan perawatannya mudah.