Tumpal merupakan ragam hias yang terdapat pada bagian pinggir kain batik pesisir. Corak ini menjadi ciri khas sekaligus pembeda antara batik yang berkembang di daerah pesisiran dan batik keraton. Motif tumpal berbentuk
segitiga sama kaki yang disusun sejajar dilengkapi aksen dekoratif sebagai
isian (isen-isen).
Konon corak ini terinspirasi dari
budaya India dan digunakan sebagai simbol kekuasaan serta kehormatan. Bahkan
orang zaman dulu meyakini bahwa motif tumpal merupakan lambang kekuatan magis
penolak bala. Sebagai pelengkap motif kain batik, tumpal memiliki catatan
sejarah, jenis serta makan filosofis tersendiri.
Sejarah dan Makna Filosofi Motif Tumpal
Kata tumpal berasal dari bahasa jawa yang artinya ‘pucuk’ atau ‘ujung’. Sejarah menyebutkan bahwa motif hias tumpal sudah ada sejak zaman kerajaan di Indonesia. Tumpal mempunyai makna filosofis sesuai konsep kesatuan kosmos, mikrokosmos (manusia), makrokosmos (semesta), dan metakosmos (alam ‘lain’) dari sifat keduniaan menuju ketuhanan.
Motif batik tumpal yang
berkembang pesat di wilayah pesisir merupakan hasil akulturasi budaya tekstil
India. Sekitar sbad ke-16 kapal dagang Belanda mengangkut kain khas India dari
Pantai Koromandel. Masyarakat Jawa menyebutnya kain Serasah, Kumitir atau
Sembagi dengan motif hias segitiga di sisi depan dan belakang kain.
Secara numerologis, satu sisi
segitiga memvisualkan kekuatan, sisi berikutnya menggambarkan pembukaan. Sementara
sisi lainnya memanifestasikan terciptanya kebijaksanaan. Segitiga kerap
dikaitkan dengan tata kehidupan manusia yang selaras dengan alam dan memiliki
sudut pandang lebih baik dalam hal ketuhanan. Dengan kata lain, motif
tumpal mengajarkan kita untuk berkehidupan seimbang.
Pola segitiga yang tersusun
secara berulang melambangkan kekuatan dan kestabilan. Dalam budaya Jawa Motif,
segitiga menggambarkan gunung, api, dan air. Ketiga unsur ini dipercaya sebagai
sumber kehidupan serta kekuatan alam.
Masyarakat Indonesia pada masa
lalu meyakini bahwa tiap motif batik punya kekuatan magis sehingga bisa melindungi
pemakainya dari bahaya dan penyakit. Pola segitiga dipercaya mampu memecah
energi-energi negatif sekaligus mengembalikan keseimbangan serta keharmonisan antara
tubuh dan pikiran.
Meski kekuatan motif tumpal
tidak bisa dibuktikan secara ilmiah, sebagian masyarakat Indonesia masih
meyakininya hingga saat ini. Bahkan, tak sedikit yang menggunakan batik tumpal
sebagai salah satu upaya menjaga kesehatan dan keamanan hidupnya.