Benang polyester merupakan jenis
benang sintetis yang umum digunakan dalam industri tekstil. Serat ini terbuat
dari senyawa kimia asam tereftalat dan etilena glikol yang dikombinasikan
dengan polyethylene terephathalate (PET) minyak bumi dalam bentuk chips.
Etilena diperolah dari penguraian
minyak tanah yang teroksidasi menjadi etilena oksida kemudian dihidrasi sehingga
diperoleh etilena glikol. Sedangkan asam tereftalat berbahan dasar para-xilena
(p-xilena) yang harus bebas dari isomer meta dan orto. Guna mempercepat proses
pencampuran ditambahkan katalis berupa antimon.
P-xilena sendiri terkandung dalam
minyak tanah yang masih bercampur dengan isomer meta dan orto. Senyawa ini tak
bisa terpisah melalui proses destilasi biasa sehingga harus melewati tahapan kristalisasi.
Dimana P-xilena membeku pada
Bahan baku pembuatan benang
sintetis polyester adalah chip PET hasil polimerisasi etilen glikol dan asam
tereftalat melalui proses polimerisasi kondensasi. Jenisnya pun beragam seperti
chip SD (semi dull), chip SDOB (semi dull optical bright), chip BR
(bright), chip DD (dop dyed), chip FD
(full dull), chip CDP (cationic dyedble polyester), chip FR (flame raterdend), chip MD (medium dull), dan chip OB (optical bright).
Sumber: https://www.polyestermfg.com/
Asam tereftalat dan etilena
glikol dipolimerisasikan pada suhu tinggi di dalam ruang hampa udara. Polimer disemprotkan
dalam bentuk pita lali dipotong-potong menjadi serpihan dan dikeringkan. Benang
filamen poliester dan serat stapel poliester diproduksi dengan teknik
pemintalan leleh atau melt spinning.
Melt spinning adalah metode pembentukan
serat dimana bahan baku polimer dilelehan lalu dialirkan melalui spinneret.
Lelehan tersebut kemudian dilewatkan pemintal yang berputar, kemudian didinginkan
dan dipadatkan di udara atau air. Rangkaian prosesnya sangat singkat diiringi
mekanisme pemintalan berkecepatan tinggi, umumnya sekitar 900 hingga 1200
meter/menit.
Kekuatan serat polyester
memungkinkan kecepatan pemintalan sampai lebih dari 3600 meter/menit. Biaya produksinya
pun tergolong rendah lubang pemintal kecil. Jumlah lubang spinneret pada pembuatan
benang filamen poliester sekitar 1 hingga 150, 300 hingga 800 lubang saat membuat
serat stapel polyester. Dan yang paling tinggi bisa mencapai 1000 bahkan 2600.
Prinsip proses melting spinning adalah memasukkan chip ke dalam hopper chip, kemudian dilelehkan, dan memastikan lelehan filamen tersebut mengalir secara stabil di spineret. Filamen yang dihasilkan ditarik dalam keadaan panas hinggga lima kali dari panjang semula. Jika hendak dibuat stapel, serat filament tersebut mula-mula dibuat keriting lalu dipotong-potong dengan panjang tertentu.
Sumber: https://www.textiletechnology.net/
Proses pemintalan leleh sendiri
melewati melewati tiga tahapan utama yaitu:
1.
Pengeringan (dryer)
Mekanisme pembuatan benang polyester diawali dengan
proses pengeringan atau drying. Pada tahapan ini kadar air dalam chips
diturunkan dari 0,3-0,4% menjadi 0,002-0,004% sehingga diperoleh material yang
lebih kering atau dry chips. Proses
pengeringan tersebut menggunakan alat crystalizer dan dryer. Setelah itu, chips
akan diangkut oleh blower udara ke hopper penampungan untuk diproses melting (pelelehan).
2.
Pelelehan (melting)
Sejalan dengan namanya, chips dilelehkan menjadi filament.
Mula-mula, chips dari hopper akan ditransfer ke mesin peleleh pada temperatur berbeda
supaya chips meleleh secara sempurna. Polimer ditekan dengan udara memasuki
alat CPF (Continous polymer filter) pada
suhu 110°C untuk memisahkan kotoran & karbon agar tidak terjadi break
filamen.
3.
Penggulungan (take up)
Sebelum digulung, filamen melewati susunan guide guna
memisahkannya satu per persatu. Benang yang melalui Godet 1 & Godet 2 akan
ditarik oleh mesin dan pemanasan pada suhu 150°C. Hingga akhirnya hasil benang
masuk ke mesin winding berkecepatan 2700-3200 Rpm untuk penggulungan.
Benang polyester yang dihasilkan terbagi
menjadi beberapa jenis, yakni:
a.
POY (partially
oriented yarn)
POY (partially oriented yarn) merupakan
benang sintetis berbahan dasar Chips yang masih bisa diorientasi. Daya mulurnya
cukup tinggi tetapi kekuatan tarik serat ini tergolong rendah karena belum
terkristalisasi secara sempurna.
b.
SDY (Spin
draw yarn)
Benang SDY (spin draw yarn) sudah berkarakter matang
dan siap diproses untuk dibuat jenis benang lain.
c.
DTY (Draw
terxturizing yarn)
Selanjutnya
ada benang DTY (Draw terxturizing yarn)
berbahan baku benang POY yang diproses twisted dan drawing secara simultan. Sehingga
menghasilkan benang bermutu untuk ditenun menjadi kain.
d.
DSY (Diferential
shrinkage yarn)
Diferential shrinkage yarn atau DSY
adalah jenis benang yang dihasilkan dari proses doubling. Yaitu proses
penggabungan benang POY dan DTY dengan tekanan udara.
Hingga saat ini, polyester masih
cukup populer karena cost produksi
sangat rendah dengan kualitas serta daya tahan produk yang sangat baik. Sayangnya,
penggunaan tak terbatas dari serat sintetis dalam industri fashion maupun
sektor lain telah memunculkan berbagai dampak negatif. Dan permasalahan utama
terletak pada karakter polyester yang sangat sulit diuraikan.
Limbah produksi dan sampah
mikroplastik dari konsumerisasi produk ini pun menjadi sumber pencemaran
mikroplastik.