ICRA (Infection Control Risk Assessment) mengungkap bahwa industri
pemintalan kapas India diperkirakan akan tumbuh sebesar 12-14% pada tahun
finansial 2024 (FY24). Ekspor benang di negara tersebut kemungkinan bisa
meningkat tajam sekitar 85% hingga 90% karena pergeseran preferensi sumber
pasokan dari China dan ekspektasi permintaan yang membaik untuk musim
semi-musim panas di Amerika Serikat (AS) serta wilayah Uni Eropa (UE). Hal-hal
tersebut berpotensi mendorong permintaan domestik dari ranah industri pakaian
jadi dan tekstil rumahan.
Perlambatan yang signifikan pada
harga kapas mengakibatkan berkurangnya realisasi benang katun. Pendapatan
negara juga mengalami penurunan dari 9-10% year-on-year (YoY) menjadi sekitar
₹33.465 crore (1 crore senilai 2,06 milyar rupiah) selama FY24.
Biasanya ekspor benang kapas menyumbang
sekitar 25-35% dari produksi benang kapas India, sementara sisanya diperoleh dari
pasar domestik. Ekspor benang kapas sempat mengalami penurunan tajam (53%) pada
FY23, namun tren mulai kembali naik di tahun fiskal saat ini.
Dalam tujuh bulan pertama tahun
fiskal 2024 (7M FY24), volume ekspor benang secara keseluruhan tumbuh sekitar
142% (secara YoY) dengan basis rendah dan peningkatan ekspor ke RRT. Akibatnya,
pangsa ekspor dalam keseluruhan produksi meningkat dari 19% (FY23) menjadi
sekitar 33% pada 7M FY24. Fakta tersebut diungkap ICRA pada sebuah konferensi
pers.
ICRA memperkirakan ekspor benang
India meningkat sekitar 85-90% secara YoY pada quarter FY24. Negara Bangladesh,
Cina, dan Vietnam menyumbang sekitar 60% dari ekspor ini. Pangsa Asia dalam ekspor
benang India sekitar 70% tidak ada memberi pengaruh signifikan terhadap ekspor
benang India yang diharapkan karena konflik Laut Merah. Akan tetapi, keberlanjutan
pertikaian akan berdampak langsung pada volume ekspor pakaian jadi serta permintaan
domestik maupun ekspor untuk benang kapas dan realisasinya.
Harga kapas domestik mencapai
titik tertinggi sepanjang semester pertama (H1) FY23, tapi terus menurun pada
H2 FY23. Memasuki 9M FY24, harga-harga tersebut menurun sekitar 25% dibanding
harga rata-rata kapas periode FY23, karena lingkungan operasional yang lemah.
Menurut estimasi kantor komisaris
tekstil, produksi kapas domestik untuk tahun kalender 2024 (CY2024) diproyeksikan
menurun sebesar 6% karena berkurangnya area penanaman kapas akibat curah hujan
yang tidak merata. Harga kapas diperkirakan akan sedikit naik karena perkiraan
produksinya lebih rendah.
Disisi lain, harga benang kapas
juga masih berada di garis tren penurunan sejak Juni 2022. Disusul dengan melemahnya
harga serat kapas serta melambatnya permintaan dari perusahaan-perusahaan
garmen hilir. ICRA mengungkap bahwa harga benang kapas tetap rendah selama sisa
tahun fiskal 2018 dan sedikit meningkat pada tahun fiskal 2019 diiringi
peningkatan permintaan dari perusahaan tersebut.
Margin kontribusi bruto rata-rata
untuk para pemintal merosot 19% di 9M FY24 dibandingkan FY23 karena melemahnya
permintaan domestik. Margin kontribusi bruto untuk pemintal mencapai titik
terendah pada bulan Agustus 2023 dan meningkat 9% saat memasuki November 2023.
Meski ada peningkatan moderat
dalam margin kontribusi bruto pada Q4 FY24 berkat kedatangan tanaman baru. ICRA
memprediksi kontribusi bruto benang kapas pada FY24 kemungkinan bisa berkurang
dibanding level FY23.
Sementara akrual kas dari para
pemintal dan pinjaman pemintal diperkirakan juga ikut turun di FY24. Tidak
adanya rencana belanja modal yang besar atau kebutuhan modal kerja yang lebih
rendah, mengingat perlemahan harga kapas. Tingkat utang pun jadi lebih rendah
tapi itu justru bisa memperbaiki struktur modal perusahaan.
Itu tercermin pada rasio total
kewajiban luar terhadap kekayaan bersih berwujud yang diperkirakan akan membaik
hingga 0,5 kali pada FY24 (0,6 kali pada FY23). ICRA memprediksi rasio cakupan
utang untuk sektor ini akan melemah di FY24 dengan total utang terhadap laba
operasional menurun jadi sekitar 3,4 kali dari FY23.
Jayanta Roy, wakil presiden
senior sekaligus kepala organisasi pemeringkatan sektor korporat ICRA,
mengungkap bahwa,
“ICRA mengasumsikan pendapatan
operasional perusahaan pemintalan kapas India akan menurun sebesar 9-10%, meski
ada peningkatan volume benang kapas. Margin operasional menyusut sebesar
200-240 bps pada FY24 di tengah penurunan signifikan pada sektor realisasi dan kontribusi
bruto yang lebih rendah. Walau demikian, kapasitas pembangkit listrik internal
yang baru-baru ini ditambahkan oleh beberapa pemain kemungkinan bisa mengurangi
tekanan margin dalam jangka menengah.”
Lebih lanjut, “Industri ini sudah melakukan belanja modal yang didanai oleh utang tinggi pada kuartal FY22 dan FY23. Sebagian karena penangguhan biaya modal utama selama periode COVID (FY21). Mengingat penurunan permintaan benang pada H2 FY23, metrik cakupan industri pun ikut memburuk."
"Para pemintal telah menghentikan rencana belanja modal utama
dalam waktu dekat mengingat perlemahan permintaan domestik dan realisasi lebih
rendah pada FY24. Akan tetapi, ICRA memproyeksikan kenaikan marjinal dalam
pengumuman belanja modal untuk FY25. Didorong oleh persyaratan modernisasi
mesin, aliran permintaan dari skema China Plus One, dan lonjakan permintaan
domestik dari industri pakaian jadi.” pungkasnya
Buletin Tekstil Edisi 34