Tahukah kamu, ternyata peci bukan satu-satunya penutup kepala yang diidentikkan dengan umat Islam lho. Kaum muslim di berbagai belahan dunia punya cara dan ciri khas tersendiri dalam menutup kepala mereka.
Pada dasarnya penutup kepala untuk pria muslim memang tidak memiliki bentuk khusus. Hal itu sangat dipengaruhi oleh budaya, etnis, kondisi geografis serta beberapa faktor lainnya. Seperti halnya kopiah, peci dan songkok yang populer di Indonesia. Meski sama-sama digunakan sebagai penutup kepala tapi ketiganya punya jejak sejarah berbeda.
Peci misalnya, selama masa
penjajahan Belanda disebut Petje dari kata ”Pet” berarti
topi serta imbuhan ”je” merujuk
pada sesuatu yang kecil. Sedangkan kopiah diadopsi dari bahasa
Arab, kaffiyeh atau kufiya. Padahal wujud asli kaffiyeh berbeda
dengan kopiah yang selama ini dikenal oleh masyarakat Indonesia. Dimana
kaffiyeh berupa lembaran kain yang dililitkan di kepala, sementara kopiah lebih
mirip kupluk rajut berbentuk mirip batok kelapa.
Lain lagi dengan songkok dalam
bahasa Inggis dikenal istilah skull cap atau batok kepala
topi. Dimana istilah ini merupakan sebutan Inggris bagi penggunanya di Timur
Tengah. Di Indonesia atau Melayu yang pernah dijajah Inggris, kata tersebut
mengalami metamorfosa pelafalan menjadi skol kep menjadi song
kep sampai menjadi song kok. Sempat digandrugi selama era
kebangkitan nasional.
1.
Songkok / kopiah
Songkok pertama kali diperkenalkan oleh pedagang Arab yang menyebarkan agama Islam di Nusantara. Pada saat yang sama, dikenal pula sorban atau turban di kalangan cendekiawan Islam atau ulama. Sedangkan songkok umumnya hanya dipakai masyarakat biasa.
Sumber: https://news.detik.com/
Catatan lain menyebutkan bahwa kopyah sudah dikenal
sejak zaman Sunan Giri. Hal itu tertulis pada Sejarah Nasional Indonesia karya
Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto. Namum songkok baru mulai
dikenal secara luas setelah dipakai oleh Ir. Soekarno. Selama masa penjajahan,
Ir. Soekarno sering menggunakannnya sebagai simbol perlawanan.
2.
Peci haji
Disebut demikian karena peci berwarna putih ini seringkali dibawa pulang oleh jamaah haji. Hal tersebut memunculkan anggapan bahwa setiap yang memakai peci putih berarti dia sudah haji dan dipanggil pak haji.
Sumber: https://www.liputan6.com/
Namun sekarang anggapan tersebut sudah hilang. Peci
putih pun sering digunakan oleh santri pesantren dan diberi nama peci
Hadramaut.
3.
Fez/Tarbush
Jenis peci ini berasal dari Turki. Dikenal dengan nama ‘fezzi’ atau ‘phecy’ yang kemudian dilafalkan ke bahasa Indonesia menjadi ‘peci’. Sebagian orang Turki menyebutnya red kufi dan takke sarik. Di Mesir, fez dililit kain sorban dan dikenal dengan nama Tarbush atau Imamah Azhari. Orang India dan sekitarnya mengenalnya dengan Roman Cap/Rumi Cap yang artinya Topi Romawi.
Sumber: https://suarajakarta.co/
Jika ditelisik lagi, topi Fez berasal dari budaya
Yunani Kuno. Tepatnya ketika Turki Ottoman mengalahkan Yunani Byzantium
(Anatolia) sehingga kerajaan mengadopsi budaya penggunaan topi fez ini terutama
ketika pemerintahan Sultan Mahmud Khan II (1808-1839).
Penggunaan fez mulai populer dan meluas di kalangan
rakyat Turki. Penggunanya bukan hanya dari kalangan umat Muslim, tetapi juga
penganut agama lain seperti Druze, Yahudi Samaritan, bahkan cabang kelompok rahasia
Freemason yaitu Shriners.
4.
Karakul atau Qarakul
Karakul merupakan sejenis topi yang terbuat dari
rambut domba qaraqul atau lembu foetus. Bentuknya sekilas mirip songkok, tapi
sebenarnya penutup kepala ini termasuk bagian dari busana adat Kabul yang
digunakan oleh pria Afghanistan. Bahannya berupa rambut yang disebut sebagai
Astrakhan, broadtail, qaraqulcha dan lembu Persia.
Qaraqul biasanya dikenakan oleh pria Asia Tengah dan
Asia Selatan. Penutup kepala berbentuk unik ini menjadi ciri khas pria kota
berpendidikan sejak awal abad ke-20.
5.
Pakol
Selain karakul, banyak laki-laki berkebangsaan Afghanistan dan Pakistan yang mengenakan peci bernama Pakol atau khapol. Dimana istilah tersebut berasal dari Khowar bahasa Chitral. Topi ini berbentuk bulat berlapis lunak, umunya berbahan dasar kain wol dengan variasi warna netral seperti coklat, hitam, abu-abu dan gading.
Konon, pakol pertama kali dibuat di wilayah Utara
Pakistan yaitu Chitral dan Gilgit. Khapol pun kemudian menjadi penututup kepala
mujahidin Afghanistan yang berjuang melawan penjajahan Soviet.
Pakul kerap digunakan sebagai penggati sorban karena memiliki
bagian pellindung. Pada topi konvensional bagian depan topi akan bersinggungan
dan menghalangi gerakan sujud ketika shalat. Namun hal ini tidak terjadi lagi dengan
memakai pakul
6.
Papakha
Berikutnya ada papakha, peci khas yang dipakai ummat Muslim Chechen (negara Chechnya) di dataran Rusia. Papakha jadi ikon pria muslim setelah salah seorang pejuang Muslim bernama Syaikh Imam Shamil memakainya saat melawan Rusia.
Dalam bahasa Inggris disebut Astrakhan yaitu topi wol
yang dikenakan oleh pria di seluruh Kaukasus. Kata papakha berasal dari Bahasa Turki.
Ukurannya sangat tinggi dan berat, sehingga pemakainya tak bisa membungkukan
kepala. Sengaja dibuat demikian agar penggunanya terus menegakan punggung.
Ada tradisi unik dimana papakha digunakan untuk
melamar perempuan. Ketika lelaki ingin meminang gadis pujaannya tapi terlalu
takut mengungkapnya secara terbuka, ia bisa melemparkan papakha ke jendela sang
gadis. Pinangan dianggap berhasil jika wanita tak kunjung melemparkan kembali
topi tersebut.
7.
Kalpak
Kalpak atau "Ak Kalpak" adalah topi yang terbuat
dari empat panel putih membentuk pola tradisional dijahit menjadi hiasan. Laki-laki
muslim dari segala kalangan usia di pedesaan Kyrgyzstan terbiasa memakai kalpak
dan menjadikannya sebagai simbol kebangsaan.
Meski terlihat aneh, tutup kepala ini mampu menjaga
kepala agar tetap hangat di musim dingin serta melindungi kepala saat musim
panas. Kalpak pun jadi ciri khas orang Kyrgyzstan, bahkan orang-orang yang
tinggal di Barak (kota teritorial Uzbekistan) tetap memakai Kalpak. Namun saat
berkumpul dengan orang-orang Uzbek mereka akan memakai topi khas Muslim Uzbek
bernama Tubeteik.
8.
Tubeteika
Tampilan tubeteika hampir mirip peci namun memiliki
hiasan khas budaya Uzbek. Dalam bahasa Turki, "tubeteika" mempunyai
arti "puncak atau sebuah puncak". Selain Uzbekistan, tutup kepala ini
juga dipakai di Afganistan, Iran, Turki, Sinkiang, Tatar Povolzhie, dan
Bashkir. Bentuk paling umum dari tubeteika Uzbek adalah tetrahedral dan sedikit
berbentuk kerucut.
Tubeteika dipakai pria, wanita, anak laki-laki maupun
perempuan hingga bayi dan pria tua. Bentuk, pola, dan warnanya tergantung
dimana topi itu dibuat. Contohnya:
·
Duppies dari Chust dengan model yang "curam"
dan tinggi
·
Tubeteikas dari lembah Fergana berpola polos
·
Varietas Samarkand dibedakan dengan metode bordir,
corak dan warna unik
·
Bukhara yang disulam emas.
9.
Kofia
Pria di Afrika Timur terutama orang-orang Swahili
mempunyai sebuah tutup kepala unik yaitu kofia (di Afrika Barat disebut kufi) Desain
topi ini juga mirip songkok, berbentuk silindris. Kofia merupakan kata Swahili
yang berarti topi. Biasanya dipakai bersama dashiki, kemeja Afrika
berwarna-warni bernama kitenge. Di Uganda, kofia dipakai bersama kanzu saat
acara-acara informal.
Kofia tradisional memiliki lubang pin kecil di kain
yang memungkinkan udara masuk. Jomo Kenyatta, Presiden Kenya yang pertama,
sering mengenakan kofia.
10.
Peci Sihji
Sindhi atau Saraiki adalah jenis peci yang dipakai
sebagian besar orang-orang Sindhi di provinsi Sindh di Pakistan. Orang Saraiki,
Baloch dan orang Pashtun juga mengadopsi tutup kepala ini serta dianggap
sebagai bagian penting budaya Sindhi dan Saraiki.
Merupakan simbol nasionalisme Sindhi selama ratusan tahun
dimana peci ini sering dijadikan hadiah atau tanda hormat, bersama Ajrak. Potongan
tengah membentuk gapura masjid adalah ciri khas peci ini.
Itu dia 10 jenis peci unik dari berbagai
belahan dunia. Sobat Bahankain lebih suka yang mana nih?