Muslin merupakan kain katun tenunan longgar yang berkarakter ringan, halus, menyerap air serta memiliki tampilan khas. Bahan ini seringkali digunakan untuk bahan selimut bayi dan celana dalam karena karakter permukaan kainnya yang lembut.
Yuk, mengenal lebih dekat tentang kain muslin!
Pada abad ke-18, beberapa negara Eropa sempat digemparkan dengan kemunculan jenis kain yang sangat transparan. Bahkan karena saking tipisnya, siapapun yang memakai kain ini akan terlihat seperti tidak mengenakan busana apapun. Sifat muslin sangat ringan dan lembut sehingga dijuluki ‘baft-hawa’ atau udara yang ditenun.
Sejarah budaya muslin begitu dinamis selama ribuan tahun lamanya dan kerap diaplikasikan pada pembuatan busana musim panas. Muslin sendiri terbuat dari bahan dasar benang katun berdiameter sangat kecil dan diproses dengan tenunan longgar. Kini kain ini lebih dikenal dalam pembuatan prototype fashion.
Sumber: https://en.wikipedia.org/
Selain itu, berikut 8 fakta unik
kain muslin yang penting untuk kamu tahu.
1. Merupakan jenis kain tertua di dunia
Sejarah mencatat kain muslin sudah ada sejak lebih
dari 2.000 tahun yang lalu di India Kuno. Dhaka yang kini menjadi ibukota negara
Bangladesh dianggap sebagai rumah sekaligus tempat dimana kain ini pertama kali
dibuat.
2. Nama kain muslin
Penamaan kain muslin konon terinspirasi dari kata
mousseline (Perancis), Mussolina (Italia) ddan Musollo ‘Mosul’ (Irak, dimana
pedagang Eropa pertama kali menemukan kain ini). Dalam bahasa Prancis, sebenarnya
mousseline berarti “kain sutra dan emas”, yang mencerminkan nilai sangat besar
bagi para pedagang di era renaisans.
Meski dinamai berdasarkan kota dimana orang Eropa pertama
kali menemukannya, tapi muslin tetap diyakini berasal dari Dhakeshwari yang
kini telah berganti nama menjadi Dhaka, Ibukota Bangladesh.
3. Jadi saksi bisu penjajahan Eropa di India
Pembuatan kain muslin membuktikan kejamnya masa
pemerintahan kolonial Inggris di India dan Bangladesh. Pada masa itu, penenun
kain diperlakukan secara bruntal dan mereka dipaksa memproduksi muslin serta
produk tenun lainnya dengan upah yang sangat minim.
Sejak kemunculannya di Eropa pada tahun 1600-an, penjajah
juga membawa pulang teknik pembuatan kain muslin dari Timur Tengah. Dari situ
kain muslin mulai banyak digunakan oleh bangsawan di Eropa dan diberi nama ‘muslin’.
4. Muslin sekelas sutra dan linen
Tak butuh waktu lama, kain muslin berhasil menjadi alternatif populer untuk bahan pakaian berkelas dan mahal seperti halnya linen dan sutra. Mereka juga mendapati bahwa perawatan busana dari kain tersebut tergolong mudah, sehingga digemari oleh orang-orang Romawi dan Perancis.
Sumber: https://businessinspection.com.bd/
Muslin banyak diperdagangkan pada abad ke-17 dan ke-18
dan digunakan untuk membuat kemeja, gaun, pakaian dalam, serta busana
anak-anak. Popularitas kain ini tak menunjukkan tanda-tanda penutunan hingga
kini dapat ditemukan di seluruh penjuru dunia.
5. Dhaka Muslin yang Istimewa
Kain Dhaka muslin masih jadi jenis kain yang paling
istimewa dalam catatan sejarah. Karena tumbuhan penghasil kapas yang digunakan
sebagai bahan utama pembuatan kain Dhaka Muslin, Phurti karpas hanya
berbunga sebanyak dua kali dalam setahun. Phurti karpas atau Gossypium
arboreum var. neglecta mampu menghasilkan katun dengan komponen serat yang lebih
padat tapi rentan terurai. Maka dari itu, dibutuhkan keahlian khusus untuk
mengolah kapas jenis ini.
Kain muslin yang ditenun menggunakan kapas biasa hanya
memiliki tingkat kepadatan benang di kisaran 40-80. Sedangkan kerapatan serat Muslin
dari Phuti Karpas berada di kisaran 800-1200, jauh melebihi
jenis katun lain yang ada di dunia. Populasi tanaman ini sangat terbatas, sebab
ia hanya tumbuh di sepanjang tepi sungai suci Meghna.
6. Muslin Dhaka dan 16 tahapan proses produksi
Tingginya harga dan kualitas kain Muslin produksi
Dhaka bukanlah tanpa alasan. Tapi untuk menghasilkan selembar kain yang sangat
lembut ini harus melalui 16 tahap proses produksi dan itu membutuhkan waktu
hingga berbulan-bulan lamanya.
Pada tahap pertama, bola-bola kapas dibersihkan dengan
menggunakan gigi ikan boal catfish (ikan tapah). Setelah itu, barulah serat
kapas dipintal ketika cuaca sedang lembab, biasanya di pagi dan sore hari.
Proses pemintalan benang muslin dhaka pun hanya boleh dilakukan
oleh perempuan muda. Alasannya tak lain karena orang yang sudah tua seringkali
tidak bisa melihat benang-benang halus Dhaka Muslin. Guna menambah kelembaban,
para pemintal benang melakukan pekerjaannya di atas kapal atau dekat sungai sembari
membasahi sedikit jemari tangan mereka.
Setelah benang-benang halus telah terkumpul, akhirnya proses
tenun dapat dimulai. Pertenunan kain muslin membutuhkan waktu paling lama yaitu
minimal dua bulan. Alat yang digunakan disebut dhunkar, sebuah
busur bambu yang diikat menggunakan kawat.
7. Muslin dalam budaya Yunani
Sejarah budaya Yunani menempatkan kain muslin sebagai salah
satu harta karun terbesar. Ia memiliki perlindungan yang benar-benar global
bahkan sejak ribuan tahun lalu. Begitu istimewanya hingga ia dianggap layak dijadikan
busana untuk patung dewi di Yunani kuno, para kaisar dari berbagai penjuru
negeri, serta generasi bangsawan Mughal setempat.
Dewi-dewi tersebut mungkin terbuat dari batu, namun
tidak ada keraguan bahwa orang Yunani Kuno menganggap kain muslin sebagai kain
yang dihormati. Sampai-sampai mereka rela mengimpor kain muslin dari Dhaka, India
guna menghiasi patung dewa mereka.
8. Draft pertama untuk penjahit
Terlepas dari konotasi kemewahannya, produksi kain
muslin meningkat secara drastis setelah revolusi industri. Menjadikannya kain
yang terjangkau dan mudah diadaptasi sehingga menciptakan penurunan kualitas.
Meski demikian para penjahit tetap tak mengeluh sebab mereka
tetap bisa menggunakan muslin dalam uji coba desain pakaian. Untiknya sampai detik
ini, prototype atau draft pakaian seringkali disebut sebagai “kain muslin”
terlepas dari material pembuatannya.
Itu dia 8 fakta tentang kain
muslin yang hingga kini masih jadi primadona untuk beragam kebutuhan. Udah
nggak penasaran lagi kan? Nah, semoga bermanfaat ya!