Baju bulu dikenal sebagai model pakaian tertua dan diperkirakan sudah digunakan sejak hominid mulai menyebar keluar dari Afrika. Di satu sisi, pakaian bulu memang terkesan mewah dan mampu menghangatkan tubuh. Namun banyak orang menolak pemanfaatannya secara bruntal karena alasa moral dan hak asasi hewan.
Istilah fur fashion merujuk pada mantel, jaket, topi atau syal yang dibuat dari bulu binatang. Popularitas baju bulu mencapai puncaknya pada tahun 1960-an saat munculnya busana berbahan bulu cerpelai pirang, rubah merah serta rubah bergaris perak.
Yuk, mengenal lebih dekat seputar fur alias fashion bulu!
Sebelum peradaban tekstil, manusia yang tinggal di wilayah beriklim dingin (sub-tropis) memanfaatkan bulu binatang untuk membuat pakaian. Mereka membunuh hewan luar lalu mengulitinya untuk mendapatkan kulit sekaligus bulu yang bisa digunakan sebagai pelinghangat tubuh saat musim dingin tiba. Bahkan setelah evolusi industri, banyak orang masih terpikat dengan pesona, keindahan serta kehangatan baju bulu hewan.
Sumber: https://www.treehugger.com/i
Hal itu menimbulkan banyak kontroversi terkait pembunuhan hewan demi memperoleh bulu yang umumnya berasal dari mamalia. Produk sampingan mereka juga tidak diterima dalam industri daging karena bukan jenis hewan yang biasa dimakan. Sehingga muncul lah larangan membunuh hewan secara bebas.
Kain bulu (fur fashion) tetap bisa diproduksi secara legal oleh peternak yang sudah mengantongi ijin. Bulu bisa dikumpulkan dari berbagai jenis hewan seperti rubah, kelinci, muskrat hinggak luwak. Para peternak dilegalkan memelihara hewan-hewan tersebut dan menjualnya pada para produsen busana.
Amerika menjadi negara penghasil bulu paling. Tak kurang dari 80% bulu diproduksi di sini. Sedangkan 20% sisanya diproduksi di negara Kanada, Rusia dan lima negara Skandinavia (Norwegia, Swedia, Belanda, Denmark, dan Finlandia).
1. Metode pengawetan
Pada langkah proses pembuatan ini, bulu harus melewati beberapa tahapan proses agar tetap awet meski disimpan dalam jangka waktu lama. Pengawetan juga membantu mencegah pembusukan kulit aakibat infeksi bakteri atau faktor lainnya.
Proses pelestariannya lagi-lagi memiliki banyak tahapan. Yaitu:
Dalam hal ini, kulit dikeringkan menggunakan hembusan udara kering. Terdapat 3 metode pengeringan, yaitu:
§ Grounddry, kulit dikeringkan di atas tanah.
§ Framedry, pengeringan dilakukan dengan cara menggantungnya pada frame.
§ Wiredry, kulit berbulu digantungkan pada tali atau kawat tipis.
Bulu diawetkan menggunakan garam kering guna mencegah pembusukan serta menjaga agar bakteri tidak berkembang biak di kulit.
Pada mekanisme ini, kulit diawetkan dengan mencelupkannya ke dalam larutan garam pekat.
2. Cara pembalutan
Teknik pengawetan selanjutnya dilakukan dengan cara pembalutan yang meliputi beberapa langkah, yakni:
a. Dehydration
Proses pengeringan kulit pada metode pengawetan, kulit menjadi kering dan airnya hilang seluruhnya. Ada banyak proses dalam balutan sehingga hanya ada sedikit air di kulit. Perawatan kimia yang berbeda tidak dapat dilakukan pada kulit kering. Karena kulit yang diawetkan direndam dalam air dengan cara ini. Jadi cara berpakaian yang pertama adalah dengan mencelupkan. Tidak mungkin untuk melanjutkan ke langkah berikutnya tanpa proses ini.
b. Fleshing
Metode ini menghilangkan kelebihan lemak dari kulit dengan bantuan pisau yang berputar. Lemak berlebih, biasanya di bagian bawah kulit, dihilangkan dengan pisau. Hasilnya, kulit menjadi lebih tipis dan kenyal.
c. Pengawetan
Bulu jauh lebih fleksibel dan dapat diawetkan selama bertahun-tahun dengan penambahan beberapa zat kimia. Bahan pengawet tersebut berupa garam, soda abu, serbuk gergaji dan bahan alami lainnya.
d. Tanning
Tanning atau penyamakan bertujuan menghilangkan kotoran pada bulu yang menempel di kulit. Larutan penyamakan tidak menggunakan asam pekat atau alkali apa pun agar tidak merusak keindahan alaminya. Jadi dalam hal penyamakan harus mengambil solusi agar keindahan bulunya tepat. Dalam hal ini asam asetat digunakan sebagai larutan penyamakan.
e. Drumming
Penambahan minyak alami pada proses ini bertujuan agar kulit tidak rusak setelah penyamakan dan membuat terasa lebih lembut. Bulu tersebut kemudian dimasukkan ke drum besar berisi serbuk gergaji guna menghilangkan kelebihan lemak pada kulit.
f. Dyeing
Biasanya bulu tidak diwarnai karena cenderung lebih cerah secara alami. Namun beberapa pewarnaan dilakukan menurut kebutuhan pembeli atau desainer. Prosesnya dibuat sedemikian rupa agar tidak membahayakan dan tetap mempertahankan keindahan alami bulu.
Kain bulu biasa diaplikasikan pada pembuatan busana musim dingin yang dikenal sebagai busana mahal. Seperti halnya jaket, muffler, dan syal. Banyak juga produsen yang mengolahnya jadi perlengkapan tidur, termasuk selimut, sarung bantal, keset, permadani, dll.
Nah, itu dia beberapa hal yang perlu kamu tahu mengenai bulu hewan. Semoga bermanfaat ya!