Pada prinsipnya, proses pembuatan
batik tulis dan teknik kesikan atau lorodan sama halnya dengan batik
tradisional. Hanya berbeda di proses penghilangan lilin setelah pencelupan
warna pertama. Dalam teknik batik lorodan, proses ini dilakukan bersamaan
dengan proses nglorod sehingga menghasilkan “kelengan”.
Mekanisme tersebut menggantikan
pekerjaan nambahi dan mbironi terutama dalam pembuatan kain batik kerokan. Pada
mekanisme lorodan, kain yang sudah diwedel kemudian dilorod. Namun bagian-bagian
yang dikehendaki tetap berwarna putih dan biru, kembali ditutup menggunakan lilin
batik. Bisa memakai canting tulis maupun canting cap. Proses penutupan ini dikenal
dengan istilah, merining, kesikan atau ngesik.
Berikut mekanisme pembuatan batik
sogan banyumasan dengan teknik lorodan ini meliputi beberapa langkah, yaitu:
1.
Pencucian
Pertama-tama, kain mori yang hendak dibatik dicuci untuk
membuang kanjian aslinya. Kain bisa dipotong sesuai kebutuhan jika tempat
pencuciannya tidak memungkinkan.
2.
Mengetel
Selanjutnya, kain dikethel menggunakan minyak secang
dan larutan abu merang atau soda kaustik. Tujuan dari mekanisme ini yaitu agar
daya serap kain mori jadi lebih maksimal walaupun kekuatan kainnya sedikit
menurun. Layaknya proses finish mercerized,
mori yang sudah dikethel akan memiliki permukaan agak mengkilat dan warna
lebih terang.
Namun, mori yang diperjual belikan saat ini umumnya
sudah siap untuk dibatik (ready for dye)
karena finishing mercerized.
3.
Menganji
Kain putih yang sudah dimasak perlu diberi kanjian
tipis menggunakan tepung tapioka guna menghindari teresapnya lilin ke dalam serat.
Yang pada akhirnya bisa menyebabkan kesulitan saat proses nglorod.
4.
Ngemplong
Setelah dikanji dan setengah kering, kain dikemplong
agar permukaannya lebih rata dan halus guna memudahkan proses pembatikan. Kebanyakan
pengusaha batik melewatkan proses ini karena dianggap menyita waktu. Padahal batik
menggunakan kain mori yang sudah dikemplong hasilnya akan lebih baik.
5.
Nyanting/ngecap
Kain yang sudah dikemplong dan benar-benar kering bisa
langsung digambar pola lalu dicanting atau cap. Pastikan sifat lilinnya cukup
ulet agar bisa melekat kuat dan tidak retak di perlakuan-perlakuan berikutnya.
Proses ini dikerjakan pada dua sisi kain (ngrengreng dan nerusi)
6.
Medel
Berlanjut ke proses wedel dimana kain dicelupkan dalam
larutan warna yang menjadi latar motif batik. Selain nila, batik model banyumasan banyak yang dikerjakan
dengan cat Naptol karena lebih cepat dan hasil warnanya cukup baik.
7.
Nglorod
Setelah warna kain cukup rata, sisa wedel dicuci lalu
dikebyok (dilorod) dengan cara memasukkannya ke dalam air mendidih. Sehingga didapatkan
kain berwarna biru tua dan putih yang disebut dengan istilah kain kelengan. Langkah
ini menggantikan proses pengerokan pada patik kerok.
8.
Nganji dan ngemplong
Kain kalengan tersebut perlu dikanji dan dikemplong
ulang karena akan dibatik lagi.
9.
Merining
Bagian tembikan yang menjadi putih kemudian mulai
ditutup sekaligus melakukan proses mbironi. Kadang proses merining tidak
dilakukan secara penuh dan menyisakan sebagian kecil.
10.
Nyoga
Selesai di-rining
dan di-bironi, kemudian kain
dicelupkan dalam larutan berwarna coklat atau dikenal sebagai soga. Jenis soga
yang umum diaplikasikan pada batik banyumasan umumnya berwarna cokelat
kekuningan (mboto kekuningan).
11.
Nglorod
Terakhir, kain diproses lorod dengan air panas untuk
menghilangkan semua lilin yang melekat.
Itu dia step by step pembuatan batik banyumasan dengan teknik tradisional
lorodan yang menghasilkan sebuah detail khas. Praktik batik lorodan makin
jarang ditemukan karena prosesnya cukup menyita waktu. Semoga bermanfaat dan
memperluas wawasan mu ya!