Kerah merupakan salah satu elemen
penting dalam tatanan busana formal. Namun, detail pakaian yang berfungsi
menutupi dan melindungi bagian leher ini sempat dijadikan sebagai simbol status
sosial bangsawan Eropa. Kerah pun menjadi elemen utama pada busana di masa itu.
Sehingga bentuk dan desain kerah cenderung mencolok.
Hingga pertengahan abad ke-15,
orang-orang di belahan dunia barat cenderung mengenakan pakaian dengan garis
leher rendah tanpa kerah. Namun, di periode ini juga desain mode mengalami
perubahan dan memasukkan kerah sebagai elemen kunci pakaian. Bukan sekedar gaya
atau penunjang penampilan, tetapi juga menunjukkan kelas atau kedudukan sosial
seseorang.
Orang-orang dari kelas atas
cenderung memilih pakaian dengan kerah yang lebih besar, rumit dan seringkali
dilengkapi aksen-aksen mewah. Sedangkan mereka yang berasal dari kalangan bawah
lebih suka memakai kerah sederhana dan praktis.
Perkembangan tren kerah tidak
hanya menciptakan evolusi mode, tetapi juga menggambarkan dinamika kompleks
dalam struktur kemasyarakatan pada masa itu. Berikut beberapa variasi kerah
yang pernah viral pada masanya:
1.
Kerah Mandarin
Dikenal sebagai kerah tegak atau choker, kerah
mandarin merujuk pada jenis kerah pendek yang tidak dilipat seperti kemeja atau
jaket. Para Birokrat Tiongkok pada masa Dinasti Qing mengenakan pakaian formal
dengan ciri khas bentuk kerah mandarin dalam konteks seremonial atau keperluan
resmi.
Kerah tersebut mencerminkan pengaruh budaya dan
sejarah dalam kebirokratan Tiongkok. Namun, lambat lain ia menjadi bagian dari
mode universal yang populer dan diadopsi ke berbagai desain pakaian di seluruh
dunia.
2.
The Ruff
Model kerah satu ini sempat menjadi tren di lingkungan
kelas atas pada abad ke-15. Meski terkesan berlebihan, kerah ruff mempunyai
makna besar sebagai tanda status sosial pemakainya.
Bentuknya melingkar seperti roda di leher, kerah ini
terbuat dari bahan dasar kain linen tipis yang bisa berdiri mengelilingi leher
karena diberi lapisan pati atau kandi dan kawat. Proses pembuatan kerah ruff
juga sangat rumit, karena harus membentuk ratusan lipatan membentuk struktur
melingkar.
Kerah ini mencapai puncak popularitas pada tahun
1580-an dan 1590-an, dimana beberapa orang bahkan rela memakai ruff dengan total
bahan sepanjang enam meter. Detailnya sangat kaya, dengan 600 lipatan membentuk
struktur kerut yang cantik. Meski bisa dipakai oleh wanita ataupun pria, tapi trend
kerah ruff ini tidak bertahan lama karena sulit dirawat dan mahal.
3.
Kerah medici
Memasuki abad ke-16, kerah Medici dengan detail
terbuka dan meninggi menjadi tren di kalangan bangsawan. Kerah yang
diperkenalkan oleh Marie de’ Medici kerap dipakai bersama gaun berpotongan leher
rendah dan terbuka. Konstruksinya diperkuat menggunakan kawat atau lapisan
kanji agar tetap kokoh.
Bentuknya kerah ini mirip ruff, tapi detailnya lebih
mewah karena dibuat dari bahan renda atau satin bersulam yang ringan. Sehingga
mencapai ketinggian mencolok secara diagonal di atas bahu dan sekitaran kepala.
Hiasan permata kecil kian menambah pesona kerah ini sebagai simbol gaya
aristoktratik yang mewah nan mencolok.
4.
Kerah Golila
Selama beberapa dekade awal abad ke-17, model kerah
kaku dan melebar di bawah dagu jadi lambang dominasi tren di Spanyol. Kerah
golila memenuhi peran praktis pada pakaian sekaligus ikon gaya dan keanggunan masyarakat
setempat. Kerah ini memberi sentuhan dramatis dengan siluet yang mencolok.
Seiring kebutuhan akan kenyamanan dan fungsionalitas Kerah
kaku dan melebar ini perlahan digantikan oleh kerah tegak yang lebih praktis,
ringan serta memberi keleluasaan gerak.
5.
Kerah Vandyke
Berikutnya ada kerah Vandyke lebih sederhana namun
tetap elegan. Siluetnya meninggi di bagian leher lalu menjuntai hingga menutupi
bahu. Model kerah ini cukup menonjol di kuartal kedua abad ke-17.
Umumnya diproduksi menggunakan bahan renda atau
brokat, menciptakan kesan mewah yang anggun pada pakaian. Detail kerah ini tergambar
jelas dalam lukisan Sir Anthony Van Dyck berjudul 'Charles I' dan menjadi gaya
busana khasnya. Vandyke juga merupakan salah satu ekspresi puncak gaya dan
estetika fashion pada abad ke-17.
6.
Kerah Bertha
Beda dari model kerah sebelumnya yang menutupi leher, kerah
bertha justru memiliki potongan leher rendah, melebar dan menonjolkan elegansi
serta keanggunan bahu wanita. Dibuat dari kain-kain tipis namun mewah, seperti halnya
brokat dan renda. Gaun berkerah bertha menggabungkan keindahan tradisional dengan
unsur modern yangpopuler pada abad ke-17 dan ke-19
Model gaun berkerah bertha masih relevan
dengan mode saat ini, terutama dalam konteks gaun pengantin. Menciptakan
kombinasi sempurna antara tradisi klasik yang timeless dan keindahan modern.
7.
Kerah Edwardian
Kembali ke model kerah tinggi namun dalam kemasan yang
sederhana, yaitu kerah edwardian. Dinamakan demikian karena desain kerah ini
mendominasi tren mode kalangan elit pada masa pemerintahan Raja Edward VII
(1901-1910) di Britania Raya. Laki-laki maupun perempuan dari kelas atas
mengadopsi gaya Raja Edward dalam pakaian sehari-hari atau busana resmi.
Ciri khas kerah ini berupa detail tinggi dan melekat pada
garis leher hingga menyentuh area dagu menciptakan gaya elegan dan klasik. Desainnya
menyelimuti tenggorokan depan sampai garis rambut di bagian belakang. Menjadi simbol
status sosial dan citra diri yang sederhana namun tetap berkelas.
8.
Kerah Peterpan
Dipopulerkan oleh aktris Amerika, Maude Adams yang memerankan
Peter Pan pada tahun 1905. Kerah
peterpan diciptakan oleh John White Alexander dan istrinya. Detail kerah berbentuk
pipih dengan sudut membulat ini dituangkan dalam kostum Peter Pan yang dipakai
oleh Maude Adams di New York.
Di era modern, desain kerah
mengalami banyak evolusi jadi lebih bebas. Seiring dengan perkembangan gaya dan
tren, para perancang busana terus berinovasi dengan menciptakan kerah-kerah
yang unik untuk memenuhi kebutuhan variasi dalam dunia fashion.