Devore disebut juga bludru burnout adalah
jenis kain yang diolah dengan membakar sebagian permukaan dan meninggalkan area
transparan untuk menghasilkan sebuah motif. Burn out dikenal sebagai teknik
pengolahan kain beludru dimana serat mengalami proses kimia pelarutan serat
selulosa guna menciptakan pola semi transparan pada kain tenunan padat.
Mekanisme burn out dilakukan
dengan memanfaatkan bahan kimia asam, natrium bisulfat atau aluminium sulfat pelarut
selulosa. Sehingga hanya bisa diterapkan pada kain campuran serat tanaman
selulosa (katun atau linen) atau serat protein (wol dan sutra) dan serat
sintetis. Hal tersebut mengingat sifat zat kimia yang hanya bisa melarutkan se rat
katun. Sedangkan serat protein atau sintetis, tidak akan terpengaruh dan tetap
utuh.
Dari uraian di atas, bisa disimpulkan bahwa kain devoré alias burnout fabric merujuk
pada lembaran kain berpola dekoratif transparan yang dihasilkan melalui proses
kimia. Istilah devoré merupakan kata kerja dalam bahasa Perancis, “dévorer”
yang secara harfiah berarti ‘menghilangkan’.
Kain ini diperkirakan berasal
dari Prancis, mungkin sebagai alternatif murah untuk renda yang dapat dibuat
menggunakan pasta kaustik pada kain. Proses kimia komersial yang digunakan
dalam pakaian mode dikembangkan di Lyon pada pergantian abad ke-19
dan ke-20.
Teknik ini dipopulerkan pada
tahun 1920-an – biasanya digunakan pada gaun malam dan selendang – dan
dihidupkan kembali pada tahun 1980-an dan 90-an, terutama oleh Jasper
Conran pada kostum teater dan kemudian pakaian malam dan oleh Georgina
von Etzdorf pada syal.
Untuk menciptakan motif
'burnout', gel kimia yang mengandung natrium hidrogen sulfat diaplikasikan
pada permukaan kain sesuai pola. Serat berbasis selulosa pun akan terlarut
sehingga menyisakan serat berbahan dasar protein. Gel tersebut bisa diaplikasikan
menggunakan cetakan atau secara langsung menggunakan tangan.
Proses pembuatan kain devoré
melibatkan penggunaan campuran serat alami dan sintetis, seperti:
Langkah-langkah utama dalam
pembuatan kain devoré meliputi:
1.
Pencetakan Pola: Larutan kimia berbasis
asam diaplikasikan pada kain menggunakan teknik cetak sablon atau roller untuk
membentuk pola tertentu.
2.
Penghilangan Serat: Larutan kimia
"membakar" atau mengikis serat alami pada area tertentu, sementara
serat sintetis tetap utuh.
3.
Pencucian dan Pengeringan: Kain dicuci
untuk menghilangkan sisa larutan kimia dan dikeringkan untuk menonjolkan pola
transparan.
Hasil akhirnya adalah kain dengan kombinasi area transparan dan padat yang memberikan tampilan motif timbul tiga dimensi.