Jakarta – Sektor tekstil Indonesia tengah mengambil langkah strategis untuk mengamankan posisi yang lebih menguntungkan di pasar global, terutama terkait dengan ekspor ke Amerika Serikat. Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) aktif terlibat dalam negosiasi impor kapas dari AS, sebuah langkah yang diharapkan dapat menghasilkan penurunan tarif ekspor produk tekstil Indonesia secara signifikan.
Latar
Belakang Negosiasi Tarif
Meskipun Amerika Serikat telah mengumumkan penurunan tarif
sebesar 19 persen untuk produk Indonesia yang masuk ke negaranya, negosiasi
antara kedua belah pihak terus berlanjut. Fokus utama saat ini adalah
kesepakatan impor kapas yang dapat menjadi kunci untuk membuka pintu bagi tarif
ekspor yang lebih rendah, bahkan hingga nol persen.
Danang Girindrawardana, Direktur Eksekutif API, mengungkapkan
bahwa pemerintah AS sebelumnya mengeluhkan rendahnya volume pembelian kapas
dari pengusaha Indonesia. Kondisi ini dipicu oleh penurunan kapasitas produksi
di Indonesia serta kecenderungan pengusaha untuk memilih pemasok kapas dari
negara lain yang menawarkan harga lebih kompetitif. "Kami mengimpor dari
negara lain dengan harga yang relatif lebih murah, itu masalahnya," ujar
Danang pada Senin, 21 Juli 2025.
Komitmen
Impor Kapas dan Skema Kerjasama
Sebagai respons terhadap tuntutan AS dan untuk mendukung
negosiasi tarif, API telah berkomitmen untuk meningkatkan pembelian kapas dari
Amerika Serikat. Komitmen ini dilihat sebagai peluang emas bagi para eksportir
tekstil Indonesia. Danang menjelaskan bahwa perjanjian tersebut dapat
memberikan manfaat besar dalam bentuk pengurangan tarif ekspor produk tekstil
domestik.
Skema kerja sama yang diusulkan oleh penasihat ahli Asosiasi
Pengusaha Indonesia (Apindo) cukup jelas: Indonesia akan mengimpor kapas dari
AS, kemudian kapas tersebut akan diproses atau dipintal di Indonesia, diubah
menjadi kain atau pakaian, dan akhirnya diekspor kembali ke Amerika. Melalui
skema ini, tarif untuk produk tekstil Indonesia dapat dikurangi drastis, bahkan
berpotensi mencapai nol persen.
Pihak Amerika Serikat sendiri berharap agar kapas yang
digunakan sepenuhnya bersumber dari mereka, sehingga mereka bersedia melobi
untuk mencegah Indonesia terkena tarif impor tambahan. Namun, pendekatan ini
tentu memiliki implikasi tersendiri.
Tantangan
dan Manfaat
Danang mengakui bahwa meskipun kesepakatan ini menjanjikan,
ada konsekuensi yang perlu dipertimbangkan. "Konsekuensinya, harga akan
lebih tinggi, logistik akan lebih mahal," jelasnya. Namun, ia menekankan
bahwa beban tarif impor dapat dikurangi secara signifikan dari 19 persen, yang
pada akhirnya akan lebih menguntungkan bagi industri tekstil Indonesia.
Sebelumnya, API juga dilaporkan telah melakukan lobi dan
menjalin kesepakatan dengan Cotton Council International (CCI), sebuah asosiasi
industri kapas yang berbasis di AS. Rencana kerja sama ini merupakan bagian
dari tawaran Indonesia untuk meningkatkan impor dari sektor pertanian AS,
menunjukkan komitmen serius Indonesia dalam memperkuat hubungan perdagangan
dengan Amerika Serikat demi kepentingan industri dalam negeri.