Garment wash atau pencucian
garmen adalah mekanisme yang umum diterapkan pada celana jeans, produk denim
dan buasana kasual. Bukan sekedar memastikan produk bebas dari debu atau kotoran
yang mungkin terperangkap selama pembuatannya, tapi juga memberikan sentuhan
akhir yang istimewa.
Tak seperti pencucian
konvensional yang hanya membutuhkan air dan sabun, deterjen atau pemutih,
garment wash melibatkan teknologi untuk memodifikasi tampilan, handfeel dan look (pewarnaan). Proses pencucian
garment menggunakan bahan dan teknik pencucian khusus sehingga tidak merusak
serat maupun kualitas produk tersebut.
Lebih dari sekedar proses
pembersihan, tujuan utama dari garment wash adalah untuk meningkatkan
nilai jual serta daya tarik produk. Baik dari segi tampilan, tekstur, maupun
fungsionalitasnya. Berikut diantara fungsi mekanisme garment wash di industri
garment:
·
Mengontrol susut kain (dilakukan sebelum proses
produksi dimulai)
·
Membersihkan debu, kotoran serta limbah garmen
·
Menghilangkan zat dan unsur-unsur berbahaya dari
garmen
·
Membuat pakaian lebih cerah, lembut dan modis
·
Mengubah look
pakaian jadi lebih menarik
·
Agar bisa langsung digunakan setelah pembelian
· Memberikan efek pudar atau detail lain yang khas
Secara umum, mekanisme proses
pencuaian garmen terbagi menjadi dua kategori yaitu pencucian basah (wet process) dan pencucian kering (dry process). Berikut penjelasannya:
1.
Pencucian Basah (Wet Process)
Prose pencucian
basah menggunakan air dalam jumlah besar dengan tambahan berbagai jenis bahan
kimia untuk mencapai efek yang diinginkan. Metode yang paling umum digunakan
yaitu:
·
Normal Wash, adalah proses pencucian paling mendasar untuk menghilangkan
kotoran dan sisa bahan kimia dari proses produksi. Hasilnya adalah pakaian yang
bersih, tidak kaku, dan siap dikenakan tanpa perubahan warna atau susut yang signifikan.
·
Stone Wash, merupakan salah satu teknik pencucian yang cukup populer. Pada mekanismenya,
pakaian dicuci bersama batu apung dengan tambahan deterjen dan pelembut
di dalam mesin cuci industri. Gesekan antara batu dan pakaian akan mengikis
permukaan kain, terutama di bagian lipatan dan jahitan, menciptakan efek pudar tidak
merata (fading) yang khas. Makin lama proses, hasilnya akan semakin pudar.
·
Enzyme Wash, menggunakan enzim
alami (seperti selulase) untuk memecah serat kain. Hasil akhirnya mirip stone
wash, tetapi dengan efek pudar yang lebih lembut, terkontrol, dan tanpa
risiko kerusakan parah. Proses ini diklaim lebih ramah lingkungan karena
mengurangi penggunaan air dan tidak menghasilkan limbah padat seperti pada
stone wash.
·
Bleach Wash, memanfaatkan zat pemutih seperti sodium hipoklorit atau kalium
permanganat untuk memudarkan warna kain secara drastis. Menciptakan warna
biru pucat atau putih dengan intensitas yang bisa disesuaikan. Bleach
wash dapat dikombinasikan dengan stone wash untuk menciptakan
kontras yang lebih indah.
·
Acid Wash, sebuah mekanisme pencucicn yang sudah hype
sejak era 80-an. Pencusian asam ini menghasilkan efek bercak-bercak
putih yang sangat kontras. Prosesnya menggunakan batu apung yang sudah
direndam dalam larutan pemutih kuat. Kemudian dimasukkan ke dalam mesin
cuci kering bersama pakaian. Perputaran mesin cuci dan gesekan antara kain akan
menciptakan pola pudar yang unik, seolah-olah denim terkena percikan es.
·
Silicon Wash, teknik pencucian ini tidak bertujuan untuk memudarkan warna, tetapi
memberi efek super lembut (soft handfeel) pada kain. Pakaian
dicuci menggunakan larutan silikon, yang melapisi serat kain dan membuatnya
terasa halus dan nyaman.
2.
Pencucian Kering (Dry Process)
Disebut
pencucian kering karena mekanismenya dilakukan tanpa air. Biasanya mekanisme ini
dilakukan sebagai tahapan awal sebelum pencucian basah. Tujuan dry process
yaitu untuk menciptakan tekstur dan efek visual khusus pada kain.
·
Hand Scraping, Proses manual dimana
pekerja menggunakan alat tajam atau amplas untuk mengikis permukaan kain pada
area tertentu (misalnya, di paha depan). Sehingga menciptakan efek pudar yang
terkontrol dan mendetail.
·
Whiskering, menciptakan efek
lipatan-lipatan horizontal seperti kumis kucing, biasanya di area paha depan
dan lutut. Efek ini meniru lipatan alami yang terbentuk dari pemakaian sehari-hari,
memberikan kesan vintage yang otentik. Prosesnya bisa dilakukan secara manual
atau menggunakan laser.
·
Sandblasting, menyemprotkan pasir halus
ke permukaan kain menggunakan tekanan udara. Hasilnya berupa efek pudar yang
kuat dan terfokus. Namun, karena risiko kesehatan bagi pekerja, teknik ini
sudah banyak digantikan oleh teknologi laser yang lebih aman.
·
Grinding, dilakukan pada bagian pinggir
garmen (saku atau ujung celana) menggunakan alat seperti gerinda untuk
menciptakan efek sobekan atau usang yang terkesan natural.
·
PP Spray (Potassium Permanganate Spray),
dimana larutan kalium
permanganat disemprotkan secara manual atau otomatis pada area paha, pantat
atau area lain yang diinginkan. Zat ini akan memudarkan warna kain secara
cepat, menciptakan kontras dan visual yang dramatis.
Itu dia berapa metode pencucian
yang umum digunakan dalam industri garment. Kombinasi antara teknik pencucian
basah dan kering memungkinkan penciptaan pakaian yang tidak hanya fungsional,
tetapi juga berkarakter dan punya nilai estetika.