Siapa sih yang nggak tergoda
dengan pakaian baru yang harganya murah, modelnya kekinian, dan selalumengikuti tren? Inilah wajah fast fashion yang telah menghipnotis setiap pasang mata yang melihatkan. Terdengar sangat menyenangkan karena kita bisa tampil
stylish tanpa perlu merogoh kocek terlalu dalam.
Tren mode bergerak cepat, gaya
selalu berubah, dan rak toko penuh dengan pakaian murah yang menarik perhatian.
Dibalik gemerlapnya etalase toko
dan potongan harga besar-besaran, fast fashion menyimpan sisi gelap yang jarang
terlihat. Bukan hanya soal pakaian cepat rusak yang akhirnya menumpuk di
tumpukan sampah, tetapi juga berkaitan dengan isu lingkungan, tenaga kerja, kesehatan
hingga lingkaran masalah yang lebih besar.
Yuk, kita bahas lebih dalam
bahaya fast fashion dan alasan kenapa ia harus mulai ditinggalkan.
1.
Menyumbang Kerusakan Lingkungan
Fast
fashion memiliki jejak karbon dan ekologis yang sangat besar, menjadikannya
salah satu industri paling berpolusi di dunia. Setiap tahun, jutaan ton pakaian berakhir di tempat pembuangan sampah. Selain itu, berikut bahaya
yang ditimbulkan dari mode cepat:
·
Polusi Air dan Penggunaan Air Berlebihan
Produksi bahan baku, terutama katun, membutuhkan volume air yang sangat besar. Proses pewarnaan dan finishing tekstil juga menggunakan sejumlah besar bahan kimia beracun, seperti pewarna azo dan logam berat.
Air limbah yang mengandung
zat-zat ini seringkali dibuang ke sungai tanpa pengolahan yang memadai,
mencemari sumber air minum dan ekosistem akuatik.
·
Limbah Tekstil (Sampah Pakaian)
Karena pakaian fast
fashion dibuat dengan kualitas rendah dan trennya cepat berubah, konsumen
cenderung membuangnya dalam waktu singkat. Jutaan ton limbah tekstil berakhir
di Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Sebagian besar pakaian terbuat dari serat
sintetis seperti poliester yang membutuhkan waktu ratusan tahun untuk terurai.
·
Emisi Gas Rumah Kaca
Proses
manufaktur (pemintalan, penenunan, pewarnaan) membutuhkan energi intensif,
sebagian besar berasal dari bahan bakar fosil, menghasilkan emisi karbon
dioksida (CO2). Selain itu, pengiriman produk ke seluruh dunia juga menambah
jejak karbon
2.
Eksploitasi Tenaga Kerja
Untuk menekan
harga, banyak perusahaan fast fashion memproduksi pakaian di negara berkembang
dengan upah rendah. Pekerja sering menghadapi kondisi kerja yang tidak aman,
jam kerja panjang, bahkan hak-hak dasar yang terabaikan. Dengan membeli produk
fast fashion, tanpa sadar kita ikut melanggengkan praktik eksploitasi ini.
3.
Kualitas Rendah dan Pola Konsumsi
Berlebihan
Produk fast
fashion memang murah, tapi jarang yang tahan lama. Kain mudah melar, warna cepat
pudar, dan model cepat usang. Hal ini mendorong orang terus membeli pakaian
baru meskipun belum benar-benar butuh. Akibatnya, tercipta pola konsumsi
“beli–pakai–buang” yang jelas tidak ramah lingkungan.
4.
Risiko Kesehatan dari Bahan Kimia
Banyak pakaian
fast fashion dibuat menggunakan pewarna dan bahan kimia berbahaya, seperti
formaldehida atau logam berat. Zat-zat ini bisa menempel di kulit dan memicu
iritasi, alergi, bahkan masalah kesehatan jangka panjang. Jadi, apa yang
terlihat cantik di luar belum tentu aman bagi tubuh.
5.
Menggerus Nilai Kreativitas dan Budaya
Fenomena fast
fashion juga sering menyalin desain desainer independen atau motif tradisional
tanpa izin. Ini bukan hanya merugikan para kreator, tapi juga mengikis nilai
budaya yang seharusnya dilestarikan. Akhirnya, mode kehilangan esensi sebagai
medium ekspresi yang penuh makna.
Ingat, cantik dan keren
itu bukan soal seberapa sering kita ganti baju baru, tapi bagaimana kita
memilih secara sadar. Jangan biarkan lemari pakaian menjadi tumpukan sampah
atau penderitaan orang lain. Beralihlah ke mode yang lebih sadar (conscious fashion). Pilih kualitas
daripada kuantitas, sayangi apa yang sudah dimiliki, dan pertimbangkan membeli
barang bekas.
Ubah kebiasaan "beli-pakai-buang"
menjadi "pilih-rawat-pertahankan."
Mari cintai bumi kita!