Banyak orang selalau membicarakan tentang fit celana
jeans, gradasi fade, hingga teknik wash yang membentuk karakter
denim. Namun jarang ada yang menyadari bahwa cerita paling penting justru
tersembunyi di balik warna birunya.
Bukan tentang gaya, melainkan zat kimia tak kasatmata yang selama
puluhan tahun menjadi “rahasia gelap” produksi denim yaitu anilin. Senyawa kontaminan bagi pewarna indigo konvensional
yang sangat berisiko bagi pekerja dan lingkungan. Untungnya, kini industri
denim global telah menemukan pewarna generasi baru yang diklaim bebas anilin.
Anilin atau aminobenzena adalah
bahan baku/antara yang lama dipakai dalam produksi indigo sintetis. Sejak
abad ke-19, anilin menjadi salah satu bahan kimia paling penting dalam revolusi
pewarna tekstil. Banyak pewarna sintetis awal dibuat menggunakan anilin. Karena
itu, muncul istilah "aniline dyes"
yaitu kelompok pewarna yang menggunakan anilin sebagai bahan baku atau proses
produksinya.
Meski anilin bukan pewarna indigo itu sendiri, ia sering digunakan
sebagai prekursor kimia dalam pembuatan indigo sintetis konvensional.
Akibatnya, sisa proses produksi bisa meninggalkan jejak anilin dalam pewarna
indigo yang kemudian dipakai untuk denim.
Inilah yang membuat anilin sering dikaitkan dengan denim, meskipun indigo dan anilin adalah dua hal yang berbeda secara fungsi.
Inovasi denim bebas anilin muncul sebagai respons mendesak terhadap bahaya lingkungan dan kesehatan yang ditimbulkan oleh penggunaan anilin, zat kimia esensial namun beracun, dalam proses pewarnaan indigo sintetis konvensional
Zat kimia anilin diklasifikasikan
sebagai karsinogen Kategori 2 dan bersifat beracun bagi kehidupan akuatik. Dalam
proses pewarnaan indigo konvensional, anilin merupakan zat pengotor yang tidak
terhindarkan. Sebagian dari anilin ini terperangkap dalam pigmen indigo pada
kain dan sulit dicuci, sementara sisanya dibuang sebagai limbah cair
(diperkirakan mencapai 300 hingga 400 metrik ton per tahun secara global).
Kehadiran anilin berisiko tinggi
bagi kesehatan pekerja pabrik dan mencemari ekosistem air. Karena sifat
toksiknya, anilin mulai masuk dalam daftar zat terlarang (Restricted
Substance Lists - RSL) oleh banyak merek dan pengecer pakaian besar.
Anilin dikenal toksik bagi manusia karena bisa memicu gangguan
pernapasan, methemoglobinemia, dan efek kronis pada organ. Limbah anilin juga bisa
menyebabkan berbagai dampak buruk bagi lingkungan jika tidak diolah sempurna.
Penelitian analitik juga
menunjukkan bahwa indigo komersial
sering mengandung kontaminan anilin serta N-methylaniline dalam kadar
yang dapat diukur sampai rentang beberapa per mil berat. Ini menjadi sumber
kekhawatiran terkait toksisitas dan efek mutagenik kecil yang mengancam
kesehatan.
Potensi risiko anilin membuatnya diawasi karena sifatnya:
·
Mudah
terhirup atau terserap kulit,
·
Memengaruhi
darah dan pernapasan jika terpapar dalam kadar tinggi atau jangka panjang,
·
Mencemari
lingkungan jika tidak dikelola dengan baik.
Karena alasan inilah banyak brand dan pabrik tekstil mulai mengurangi penggunaan bahan kimia yang memiliki risiko anilin.
Isu anilin menjadi pengingat bahwa inovasi tidak hanya soal hasil akhir, tetapi juga tentang cara mencapai hasil tersebut. Meskipun pewarna indigo alami lebih ramah lingkungan, tetapi produksinya masih terbatas dan memerlukan lahan besar.
Sementara itu, teknologi indigo sintetis bebas anilin menjadi jembatan menuju industri denim yang lebih aman, efisien, dan berkelanjutan.
Rahasia Gelap Pewarna Denim, Bahaya Anilin di Balik Birunya Indigo Konvensional
Fashion Fusion, Tren Mode Hybrid yang Mengubah Cara Berpakaian
Masih Layak Nggak, Sih, Gaya Sweater Disampir di Bahu?
Apa Itu Sepatu Mocassin? Fakta, Sejarah dan Ciri Khasnya
Get The Look! 7 Inner Blazer yang Wajib Kamu Coba!
Warna Baju Bisa Mempercepat Polusi Plastik Laut — Kenapa Warna Gelap Lebih Berbahaya?
Apa Itu Daur Ulang T2T?
Cara Merawat Pakaian Berbahan Tipis Agar Tidak Cepat Rusak
AR & VR, Teknologi Imersif yang Mengubah Cara Kerja Dunia Fashion
Fashion Hallyu: Gaya Korea yang Menjadi Fenomena Dunia