Serat karbon merupakan jenis serat
tekstil teknis berupa susunan atom-atom karbon. Atom karbon terikat dalam
struktur kristal yang memiliki derajat orientasi sejajar dengan sumbu serat.
Hal yang membuat serat karbon ini
begitu istimewa adalah sifat kerjanya tinggi. Seperti ketahanan degradasi
kimiawi, tahan panas, ekspansi termal rendah, dan kekuatan tarik yang sangat
baik. Spesialnya lagi, serat karbon punya rasio kekuatan terhadap berat
serat yang cukup tinggi. Bobot carbon fiber ini tergolong ringan tapi sifatnya
sangat kuat.
Kekuatan serat karbon tak kurang
dari 5000 MPa, dengan modulus hingga 250 GPa dan kerapatan volume 1,76
gram/cm 3. Oleh sebab itu, serat karbon sering dimanfaatkan
dalam pembuatan komposit dan bahan penguat pada tekstil teknik.
Salah satu aplikasi serat karbon
yang terkenal ialah dalam pembuatan panel komposit untuk bagian-bagian
pesawat. Serat karbon memungkinkan para insinyur mendapatkan bahan yang
kuat namun ringan.
Lignin atau zat kayu merupakan salah satu komponen penyusun bagian tumbuhan yang terdapat di batang pohon dan semak. Komposisi lignin cukup bervariasi bergantung pada jenisnya.
Fungsi lignin pada batang
tumbuhan yakni sebagai material pengikat komponen penyusun lain agar pohon bisa
berdiri tegak. Kegunaannya tak jauh berbeda dengan semen pada konstruksi
bangunan. Struktur kimia lignin sangat kompleks dengan aneka ragam pola. Gugus
aromatik pada lignin dihubungkan oleh rantai alifatik dari 2 atau 3 karbon.
Dampak lingkungan dan pencemaran
udara yang disebabkan oleh bahan bakar berbasis minyak bumi telah mendorong
kebutuhan untuk mengembangkan sumber bahan bakar alternatif
terbarukan. Bio-etanol merupakan sumber bahan bakar alternatif terbarukan
yang diperoleh dari sumber non-fosil.
Energi terbarukan itu bisa
diperoleh dari bahan mentah pertanian, seperti rami, tebu, kentang, singkong,
dan jagung. Dalam proses ekstraksi, selulosa diubah menjadi bioetanol yaitu zat
aditif bensin berbasis bio. Lignin diproduksi dalam skala besar sebagai produk
sampingan utama berbahan dasar limbah proses. Sebenarnya berpotensi untuk
digunakan sebagai bahan baku dalam aplikasi pengolahan bahan yang
berkelanjutan.
Selain proses bioetanol, lignin
juga dapat diperoleh melalui pengolahan limbah dalam lini produksi bubur
kertas. Sayangnya, lignin berbahan dasar material buangan ini harus melalui
tahap pencucian serta pemurnian untuk menghilangkan sisa zat kimia dan
kontaminan lain.
Kebutuhan serat karbon kian
bertambah seriring dengan perkembangan teknologi dan penerapannya pada
ranah komposit serta material teknis. Saat ini, produksi serat karbon telah
dilakukan secara massal menggunakan bahan baku polimer PolyAcryloNitrile (PAN) dan
serat rayon.
Polyacrylonitrile sendiri merupakan material berbasis serat sintetis hasil olahan minyak bumi. Sekitar 90% serat karbon yang beredar di pasaran berbahan dasar PAN mengingat karakternya yang lebih unggul. Baik dari segi kualitas maupun kekuatan.
Hingga kini, ada banyak
perusahaan yang memproduksi serat karbon berbasis PAN. Penentuan harga serat
karbon bergantung pada biaya bahan baku dan proses karbonisasi.
Para peneliti di seluruh dunia masih
fokus mencari bahan baku dan biaya produksi yang lebih murah. Molekul lignin
memiliki struktur cincin karbon aromatik dengan kandungan karbon sebanyak 60-65%. Hal
itulah yang menjadikan lignin sebagai kandidat potensial sebagai material penyusun
serat karbon dari segi karakteristik kimiawi maupun ketersediaannya.
Selain itu, pembuatan serat karbon
dengan bahan baku lignin dari residu proses industri akan memiliki aspek sustainability
atau nilai keberlanjutan yang lebih besar.
Ada beberapa teknik yang bisa diterapkan
dalam proses produksi serat karbon berbahan baku biopolimer lignin. Namun
secara garis besar meliputi beberapa tahapan, antara lain:
1.
Proses pembentukan serat bahan baku
Pembentukan serat dilakukan dengan mekanisme pemintalan
leleh atau pemintalan basah.
2.
Proses stabilisasi oksidatif
Selanjutnya serat mengalami pemanasan hingga proses
karbonisasi pada suhu yang sangat tinggi 1000 o C pada
atmosfir gas nitrogen inert. Rangkaian proses ini akan menghasilkan serat
karbon berwarna hitam.
3.
Proses karbonisasi
Meski proses produksi serat
karbon dari lignin menawarkan solusi keberlanjutan yang cukup baik tapi kualitasnya
masih dibawah carbon fiber berbasis PAN. Guna mengatasi permasalah
tersebut, peneliti asal Izmir Katip Celebi University meninjau kembali bahan
baku dan rangkaian prosesnya. Ia pun berhasil menemukan cara yang cukup solutif
yaitu dengan mencampurkan PAN dan Lignin.
Peneliti mengungkap bahwa kekuatan
serat karbon berbasis lignin murni hanya sekitar 1-3 GPa. Kombinasi lignin
dan PAN terbukti mampu meningkatkan serat hingga 3,25 GPa. Sedangkan rentang
kekuatan serat karbon PAN sebesar 5 GPa.
Meskipun kekuatan serat karbon lignin
– PAN lebih rendah, tapi biaya produksinya dapat ditekan hingga 75%. Artinya serat
tersebut memiliki nilai ekonomi yang jauh lebih besar melalui pemanfaatan sisa proses
produksi.
Sumber: Buletin Tekstil Edisi 25