Pernikahan selalu menjadi momen sakral
yang sangat ditunggu-tunggu setiap pasangan. Mereka mempersiapkan segala
sesuatu jauh sebelum hari istimewa itu tiba. Termasuk pemilihan konsep dan
busana pernikahan. Dalam hal ini, pernikahan adat jawa jadi salah satu konsep
yang disukai banyak orang.
Kombinasi kebaya dan motif batik
klasik dalam rangkaian busana pernikahan adat jawa kian menambah kesakralan acara.
Hal itu karena tiap lembar kain batik tradisional menyimpan cerita dan filosofi
mendalam. Khususnya motif batik klasik asal Jawa.
Setiap guratan dan lengkung garis pada kain batik tak hanya terlihat indah tetapi juga menyimpan segudang makna.
Pengen nikah pakai adat Jawa? Yuk,
kenali dulu pilihan motif batik untuk pernikahan serta makna filosofisnya
berikut ini:
1.
Motif sidoluhur
Dalam upacara adat Jawa (Jogja), batik sidoluhur digunakan pada prosesi ijab qabul, midodareni, siraman, atau panggih pengantin. Kain bermotif burung, meru, pohon hayat, tumbuhan dan garuda bersayap satu.
Motif sidoluhur bermakna harapan agar pasangan
pengantin mempunyai sifat luhur, terpuji dan bisa lebih bijak dalam menjalani
kehidupan berumah tangga. Sehingga segala rintangan dapat dilewati bersama serta
menjadi contoh yang baik bagi anak-anaknya kelak.
2.
Motif Sidomukti ornamen maru
Berikutnya ada motif batik sidomukti dengan ornamen meru. Dalam budaya Jawa-Hindu, meru melambangkan Gunung Mahameru tempat tinggal dewa dan dewi. Bentuk segitiga atau kerucut menjadi simbol keseimbangan hidup.
Sebab ikatan pernikahan membutuhkan banyak keseimbangan.
Baik dalam komunikasi, mengambil keputusan bersama serta pembagian waktu antara
keluarga, karier dan kehidupan pribadi. Corak meru juga melambangkan keberanian
dan ketangguhan dalam menghadapi setiap tantangan.
3.
Motif sidomulyo
Motif sidomulyo adalah kain batik asal banyumas yang masih dibawah pengaruh keraton. Batik ini memiliki motif geometris berupa bidang belah ketupat berisi ornamen garuda, pohon dan kupu-kupu.
Selain indah, batik sidomulyo juga bermakna mendalam. Pasangan
pengantin yang memakai batik ini diharapkan mendapat kehidupan yang bahagia,
sejahtera dan dikaruniai rezeki berlimpah. Biasanya digunakan oleh pasangan yang sudah
tidak muda lagi atau berstatus duda dan janda. Sedangkan pengentin yang belum
pernah menikah dan masih mudah lebih disarankan memakai batik sidomukti.
Baca Juga:
Mengenal 6 Teknik Membatik YangPaling Populer Dan Sering Digunakan
4.
Motif sido asih
Batik untuk pernikahan berikutnya masih dari kelompok batik ‘sido’ yaitu sido asih. Sido bermakna “jadi” dan asih berarti “kasih sayang”. Jika keduanya disambungkan maka diperolah makna kehidupan yang penuh cinta dan saling menghargai.
Ciri khas motif sidoasih yaitu kombinasi motif gurda, pohon
hayat, dan tumbuh-tumbuhan. Corak-corak tersebut disusun secara acak namun
tetap mempunyai batasan pengulangan. Batik sido asih
5.
Motif truntum
Batik truntum berisi corak bunga berbentuk lingkaran mirip
matahari. Kata truntum berasal dari bahasa Jawa, ‘taruntum’ yang artinya ‘bersemi
kembali’.
Umumnya motif ini dipakai saat prosesi midodareni yakni
malam terakhir sebelum anak berpisah dengan orang tuanya. Atau pada acara panggih.
Truntum bermakna kesetiaan, cinta yang bersemi dan tanpa
akhir. ika dipakai oleh pengantin, maknanya adalah cinta yang selalu tumbuh dan
berkembang. Kadang kain batik bermotif indah ini juga dipakai oleh orang tua mempelai
sebagai lambang cinta mereka pada anaknya.
6.
Motif grompol
Opsi kain batik untuk pernikahan berikutnya yakni motif grompol, salah satu turunan motif ceplok. Batik grompol mengandung pengharapan agar pasangan pengantin senantiasa dilimpahi keberkahan dan kebahagiaan.
Bukan hanya keuangan, tetapi juga keturunan, ketentraman,
kerukunan serta kedamaian. Mengingat makna-makna baiknya, motif ini bisa dikenakan
mempelai pengantin pada prosesi apapun.
7.
Motif Wahyu tumurun
Kata wahyu, secara etimologi berasal dari bahasa Arab yang berarti memberi wangsit, mengungkap, atau memberi inspirasi. Dalam syariat Islam, wahyu berarti kalam atau perkataan dari Allah, yang diturunkan kepada seluruh makhluk-Nya dengan perantara malaikat ataupun secara langsung.
Sedangkan tumurun artinya mudhun (bahasa Jawa) atau menurun. Dengan memakai motif ini diharapkan pemakainya mendapatkan petunjuk, rahmat dan berkah dari Tuhan dalam mencapai cita cita dan kedudukan. Sang pemakai batik Wahyu Tumurun diharapkan mendapatkan kemuliaan dalam hidup.
Batik ini biasanya dipakai pada upacara panggih (temu) pengantin dengan harapan akan menjadi keluarga harmonis dalam menjalin bahtera rumah tangga dan mitoni (tujuh bulanan) dengan harapan anak yang dikandung nantinya menjadi anak yang sukses di masa depan.
8.
Motif cakar ayam
Batik cakar ayam identik dengan warna dasar kainnya yang gelap. Berisi motif simetris membentuk pola segi empat dan beberapa cakar ayam sebagai penopang.
Motif ini melambangkan semangat juang yang tinggi
dalam mengarungi kehidupan pernikahan. Cakar ayam bermakna kemakmuran serta kemudahan
mencari rezeki.
9.
Motif sido wirasat
Selain delapan motif tersebut, batik wirasat juga bisa
menjadi pilihan calon mempelai untuk acara pernikahan. ‘Wirasat’ dalam bahasa
Indonesia berarti ‘firasat’. Motif tersebut bermakna nasehat yang diberikan
orang tua guna menuntun anak-anaknya memasuki kehidupan rumah tangga.
Harapannya, dengan memakai batik sido wirasat segala
keinginan mereka bisa terkabulkan dan mendapat kecukupan materi. Dalam pernikahan, umumnya pengantin memakai motif
ini disandingkan dengan batik truntum.
Orang tua pengantin putri pun kerap memakai batik ini
saat pernikahan anaknya agar kehidupan pernikahan sang anak selalu rukun dan bahagia.
Itu dia beberapa pilihan motif batik yang cocok untuk
pernikahan berkonsep adat Jawa. Udah punya gambaran, mau pilih yang mana?
Pada prinsipnya setiap motif tersebut bermakna baik. Namun semua
tetap tergantung persepsi dan selera. So, segera diskusikan dengan
pasanganmu ya!