Jangan ngaku K-lovers kalau kamu
nggak tau pakaian adat mereka yaitu hanbok. Tak seperti Indonesia yang tiap provinsi
memiliki busana adat, hanbok adalah satu-satunya baju tradisional masyarakat Korea
Selatan. Desain hanbok sangat unik dengan kesan yang lembut dan elegan.
Bahan untuk hanbok berupa
kain-kain bergaris halus seperti kain goni, linen, katun dan sutra. Saat musim dingin
penduduk Korea akan memakai hanbok dari sutra atau katun dengan lapisan kapas.
Dan ketika musim panas tiba, hanbok berbahan kain goni dan linen.
Hanbok merupakan
salah satu warisan budaya Korea yang masih sering digunakan untuk acara pernikahan,
ulang tahun, dan perayaan-perayaan khsusus. Pakaian adat Negeri Ginseng ini
punya catatan sejarah yang panjang.
Pakaian tradisional Korea tersebut berasal dari zaman Tiga Kerajaan (57 SM – 668 M) yakni Kerajaan Baekje, Silla, dan Goguryeo. Pada periode tersebut elemen dasar Hanbok, berupa jeogori (baju), baji (celana), dan chima (rok).
Di masa ini pula, hanbok mulai mengalami perkembangan. Awalnya laki-laki dan perempuan memakai baju berukuran sepinggang dan celana panjang yang ketat. Lalu pada akhir periode perempuan dari kalangan bangsawan mulai memakai rok panjang, jubah berukuran sepinggang yang diikat pada bagian perut, celana longgar serta jubah seukuran pinggang.
Memasuki masa Dinasti Goryeo
(918-1392), desain Hanbok makin indah karena penambahan detail dan ornamen yang
lebih banyak. Hanbok yang berkembang di masa itu lebih dominan
dengan warna-warna yang cerah dan dijadikan sebagai simbol status sosial.
Tak seperti dinasti-dinasti
sebelumnya, desain hanbok pada masa Dinasti Joseon (1392-1910)
justru lebih sederhana tetapi look-nya lebih elegan. Dominasi warnanya
pun lebih alami seperti putih, hitam, biru, dan hijau. Hanbok sempat dilarang
digunakan pada masa kolonialisasi Jepang di Korea (1910-1945) karena warga diminta
untuk mamakai baju-baju barat. Tetapi setelah Negri Ginsang ini Merdeka tepatnya
tahun 1945, Hanbok kembali populer bahkan menjadi simbol
identitas nasional Korea.
Dibalik sejarah panjangnya, hanbok
mempunyai jenis, bagian, dan makna yang berbeda-beda lho. Nah, berikut deretan hanbok
Korea serta maknanya.
1.
Dangui
Wanita pada masa dinasti Joseon menggunakan hanbok dangui sebagai pakaian resmi. Sebenarnya istilah dangui merujuk pada jenis atasan busana santai untuk wanita kerajaan dan pakaian resmi warga sipil.
Dangui yang dipakai
oleh ratu atau putri kerajaan dibuat dari kain khusus dan dilengkapi ornamen-ornamen
emas. Sementara wanita bangsawan menggunakan bahan kain yang lebih polos dan
padat. Ciri khas dangui yaitu panjang dan lengkungan di ujung pakaian dengan
dua sudut pakaian yang melengkung ke atas.
2.
Jeogori
Jeogori adalah bagian hanbok atasan pendek dengan desain kerah segitiga dan lengan panjang yang dipakai wanita maupun pria. Dulu jeogori hanya dibuat dari sutra, tetapi sekarang bisa dibuat dari macam bahan kain.
Bentuk jeogori
untuk laki-laki sangat sederhana, ukurannya lebih besar dan menutupi seluruh lengan
sampai tubuh bagian tengah. Berbeda dengan jeogori wanita yang ukurannya jauh
lebih pendek karena hanya menutupi tubuh bagian atas dan lengan.
3.
Gwanbok
Gwanbok merupakan seragam resmi para pejabat sipil dan anggota bela diri pada zaman Dinasti Joseon. Hanbok ini memiliki ciri khas berupa kerah berbentuk lingkaran dengan lencana (hyungbae) di bagian depan dan belakang yang menunjukkan jabatan.
Ciri lain
hanbok ini adalah bagian lengan yang lebar dan bagian kerah cukup panjang
hingga mencapai tumit. Umumnya pakaian ini dikenakan oleh kaum pria, dan hanya
sedikit untuk wanita yang ditemukan. Salah satu contoh jenis gwangbok adalah
danryeong. Kebanyakan danryeong memiliki warna hitam atau biru gelap.
4.
Durumagi
Durumagi adalah jenis pakaian berfungsi menghangatkan tubuh saat musim dingin. Bentuknya seperti jeogori tapi lebih panjang dan kerah yang lebih besar. Bisa dipakai pria maupun wanita.
Bisa dibilang
kalau durumagi adalah mantel penutup hanbok mengingat penggunaanya di atas
hanbok. Orang Korea jaman dulu kerap memakainya saat bepergian atau melakukan
aktivitas di luar rumah.
5.
Gonryongpo
Pernah nonton drama kolosal Korea? Tentu kamu tidak asing dengan jubah bergambar naga yang dipakai oleh raja. Nah, itulah Gonryongpo alias jubah naga. Aksen naga pada jubah ini merupakan simbol kekuasaan dan otoritas pemakainya. Putra mahkota dan putra pertama dari putra mahkota Namun warna dan lambang naganya berbeda.
Jubah berwarna
merah tua bergambar naga dengan lima cakar hanya boleh dipakai oleh raja. Sedangkan
putra mahkota dan putra pertama dari putra mahkota memakai Gonryongpo berwarna
biru. Gambar naga dengan empat cakar untuk putra mahkota dan putra pertamanya berupa
jubah bnaga yang memiliki tiga cakar.
6.
Hwarot
Hwarot merupakan busana pernikahan atau upacara adat Korea dari dinasti Joseon yang digunakan mempelai wanita. Jubah berwarna merah tersebut dibordir dengan motif dan desain yang diyakini membawa keberuntungan, seperti bunga dan kupu-kupu.
Hwarot
diadaptasi dari hongjangsam yakni jubah pengantin merah untuk kaum bangsawan
yang diadopsi oleh rakyat biasa menjadi pakaian pengantin. Sebelum memakai
hwarot, mereka menggunakan wonsam pada pernikahan adat Korea.
7.
Hanbok magoja
Magoja mulai populer di Korea setelah Pangeran Heungseon Daewongun kembali dari pengasingannya di Tiongkok. Tepatnya pada zaman Dinasti Joseon. Hanbok magoja dianggap sebagai jenis pakaian mewah yang awalnya dipakai kaum laki-laki selama musim dingin.
Pada zaman Dinasti Qing, hanbok magoja dibuat dari
bahan sutra yang nyaman. Sehingga kerap digunakan untuk menghangatkan badan dan
pakaian sehari-sehari.
Ukuran magoja sama dengan jeogori, tetapi lebih
panjang satu centimeter. Lehernya terpotong dalam sehingga git dan dongjeong (garis
kerah) jeogori akan terlihat. Magoja tidak memiliki pita (goreum),
karena sudah dipasangi kancing emas, amber atau perak di sisi
kiri dan lubang di sisi kanan.
8.
Wonsam
Wonsam adalah busana harian ratu yang umumnya berwarna hijau dengan hiasan kepala dan ikat pinggang besar. Sama seperti hwarot, wonsam juga merupakan jubah yang dikenakan pengantin wanita pada upacara pernikahan tradisional. Perbedaannya pada variasi bordiran dan jumlah strip di bagian lengan.
Wonsam terdiri
dari dua strip sedangkan hwarot memiliki tiga strip. Aksen bordiran wonsam
terlihat sama banyak dari sisi depan maupun belakang. Lain halnya dengan hwarot yang
aksen bordirnya lebih banyak di bagian belakang.
Warna hanbok memiliki
makna yang penting, arti simbolis dan nilai-nilai tradisional yang sangat
dihargai. Berikut warna pakaian tradisional Korea serta maknanya:
1.
Putih (Baek)
Putih melambangkan
kemurnian, ketulusan hati, kebaikan, dan kesederhanaan. Biasanya dipakai oleh
pengantin dalam upacara pernikahan Korea.
2.
Merah (Hong)
Warna merah merupakan
simbol keberanian, kebahagiaan, kemakmuran, dan kesejahteraan. Hanbok merah
juga kerap digunakan pada upacara pernikahan atau hari raya.
3.
Kuning (Noran)
Kuning dipercaya
sebagai lambang kekayaan, kehormatan, dan kebahagiaan. Hanbok kuning
pada upacara keagamaan di Korea.
4.
Hijau (Chorok)
Hanbok warna
hijau umumnya dipakai oleh ibu-ibu muda atau pengantin wanita. Memiliki arti
ketenangan, kesuburan, dan harapan.
5.
Biru (Pureun)
Biru
mengartikan kesetiaan, kepercayaan, dan keabadian sehingga kerap dipakai saat
upacara peringatan atau perayaan kelahiran.
6.
Ungu (Boram)
Dalam budaya
Korea, ungu merupakan lambang kemakmuran, kebesaran, dan keagungan. Hanbok ungu
hanya diperuntukkan bagi anggota keluarga kerajaan atau orang-orang berstatus
sosial tinggi.
7.
Hitam (Geom)
Hanbok warna
hitam mengartikan kesedihan, keseriusan, dan kesederhanaan. Pemakaian warna
hitam untuk orang yang sedang berduka.
Itulah sejarah singkat dan jenis-jenis
pakaian tradisional masyarakat Korea Selatan. Semoga bermanfaat ya!