Pemilu 14 Februari 2024 dipersepsikan sebagai peluang industri tekstil dan garmen. Dimana kaos partai menjadi produk andalan industri garmen maupun konveksi. Biasanya peserta pemilu akan mencetak kaus sebanyak-banyaknya sebagai salah satu langkah kampanye. Tapi pada kenyataannya momen kampanye tahun 2023 sangat jauh dari prediksi tersebut.
Dampak ekonomi pemilu tidak begitu terlihat, bahkan seperti tidak menyentuh ranah industri tekstil dan produk tekstil (TPT) dalam negeri. Hal itulah yang diungkap Ketua Umum Asosiasi Pertekstillan Indonesia Jemmy Kartiwa Sastraatmaja.
Sumber: https://www.cnbcindonesia.com/
“Dampak ekonomi pemilu terhadap
industri TPT dalam negeri tidak begitu ketara. Anggaplah hitungan sederhana, dimana
setiap kilogram bahan bisa menghasilkan 5 potong kaos. Jika terjadi pemesanan
50 juta potong kaos, bahan yang dibutuhkan 10 juta kg atau setara 333.333 kg
poliester.”
Adapun produksi poliester dalam
negeri hanya sekitar 4.000 ton per hari. Imbas pada industri akan berkurang jika
peserta pemilu membelinya dari India dengan harga lebih murah dari kaos
produksi China.
Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah, Teten Masduki menyebut pelaku usaha yang bergerak di bidang pengadaan alat peraga kampanye, termasuk konfeksi tidak merasakan impak ekonomi apapun selama masa kampanye. Namun, kenaikan pendapatan relatif dirasakan oleh para pebisnis kuliner.
”Saya cek ke perusahaan konveksi,
baju partai kampanye juga kayaknya enggak dibuat di sini,” kata Teten Masduki.
Ketika ditanya apakah artinya itu karena produk impor, Teten menjawab, dimungkinkan hal itu yang terjadi.
”Bisa
jadi, mungkin. Saya cek ke produsen yang biasa dua tiga tahun lalu memproduksi
alat peraga kampanye, seperti bendera, spanduk, dan kaus, sudah enggak ada yang
bikin di dalam negeri,” ujarnya.
Pada Juli 2023 lalu, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menerangkan, meski Indeks Manajer Pembelian (IMP) Indonesia menurut S&P Global per Juni 2023 naik menjadi 52,5 dari 50,3 pada Mei 2023, industri TPT masih terkontraksi. Permintaan pasar Amerika Serikat dan Uni Eropa melemah. Bank Sentral AS dan Uni Eropa terus menaikkan suku bunga acuan untuk menekan inflasi. Berbagai laporan menyebut, rumah tangga di AS juga mulai berhemat setelah pemerintah menghentikan bantuan tunai pandemi Covid-19.
Ekspor TPT Indonesia periode
Januari-April 2023 turun 28,44 persen senilai 3,7 miliar dollar AS dibandingkan
periode sama tahun lalu. Pada sisi lain, industri TPT menjadi salah satu
penyerap terbesar tenaga kerja, yaitu hampir 20 persen tenaga kerja atau sekitar
2,9 juta orang.
Presiden Joko Widodo meminta agar produk TPT tujuan ekspor dialihkan ke pasar dalam negeri. Akan tetapi, pasar dalam negeri dibanjiri produk impor murah, terutama dari China yang kelebihan produksi, termasuk produk jenama mode, karena pelemahan pasar AS dan UE.
Sumber: https://www.tribunnews.com/
Hasil survei global pada para
pelaku industri mode oleh lembaga konsultasi manajemen global, McKinsey &
Company, memperlihatkan para pelaku industri umumnya sepakat tahun 2024 belum
memberi kepastian. Laporan Business of Fashion-McKinsey, State of Fashion 2024
menyebut, konsumen belum sepenuhnya mau berbelanja barang mode dengan alasan
berbeda-beda di pasar utama AS, Eropa, dan China. Secara global, industri mode
akan tumbuh 2-4 persen. Industri produk mode mewah masih akan tumbuh lebih
tinggi dibandingkan dengan produk apparel nonmode.
Dampak tingginya suku bunga acuan
di AS perlahan baru akan mereda pada akhir 2024 atau awal 2025. Dengan angka
inflasi rendah, ada harapan konsumen AS mulai kembali berbelanja kebutuhan
sekunder, seperti pakaian. Sementara untuk memasuki pasar Uni Eropa, TPT
dihadang isu lingkungan. Disyaratkan, antara lain, produksi tidak menggunakan
bahan bakar fosil. Untuk bahan viskose, ditentukan bubur kertas tidak berasal
dari hasil deforestasi.
Pemanfaatan mesin industri TPT
dari hulu ke hilir, menurut Jemmy Wijaya, saat ini di bawah 50 persen karena
lemahnya pasar domestik. Salah satu cara meningkatkan konsumsi dalam negeri
adalah mencegah impor produk berharga murah yang tidak wajar. Pemerintah dapat melindungi
pasar dalam negeri untuk bersaing secara adil. Salah satu caranya adalah dengan
memeriksa barang di perbatasan, bukan setelah perbatasan.
Pemerintah selayaknya serius
menangani keberlanjutan industri ini. Produk jenama mode dalam negeri perlu dibantu
dari hulu hingga hilir supaya mendapat tempat di kalangan kelas menengah.
Apalagi, jenis mode busana sederhana (modest fashion) memiliki pasar yang
sangat besar di kalangan Muslim.
Indonesia tengah memasuki periode bonus demografi. Industri ini harus dapat meningkatkan produktivitas melalui inovasi, penguasaan teknologi maju, dan tenaga kerja produktif.