Seersucker adalah jenis kain
tipis, kusut yang umumnya dibuat dari campuran katun, nilon atau polyester. Tekstur
kain ini sangat khas dengan pola lipatan serta garis-garis vertikal atau
horizontal yang timbul.
Kata "seersucker" sendiri berasal dari bahasa Persia "shīro dan
shakar" yang secara harfiah berarti "gula susu" atau "gula
dan garam". Disebut semikian karena tekstur kainnya memang terlihat
seperti butiran atau kristal gula. Banyak orang mengenalnya sebagai busana
musim panas.
Bahan seersucker ditenun
sedemikian rupa sehingga terciptalah selembar kain yang tampak kusut atau mengkerut.
Efek itu tercipta berkat proses pertenunan benang lusi yang diumpankan pada
kecepatan tinggi.
Meski populer sebagai gaya khas orang selatan, tapi sebenarnya busana seersucker berasal dari India, lho. Kain ini pertama kali diproduksi oleh East India Company dan diperkenalkan pada tahun 1600 an. Awalnya berupa kain bergaris coklat muda dan putih yang merepresentasikan warna gula tebuu dan susu. Dari situlah para pedagang Persia menyebutnya dengan istilah ‘shirushakar’.
Sumber: https://www.medicoselite.com/
Selang beberapa abad lamanya,
pria Eropa mulai menyadari bahwa bahan ini adalah pilihan sempurna untuk busana
musim panas. Mereka pun mengubah nama dari ‘shirushakar’ menjadi ‘seersucker’
guna menyederhanakan pengucapannya.
Selama masa koboi (Old West),
seersucker berwarna biru tua dengan karakter lebih tebal mulai banyak digunakan
untuk membuat baju terusan, jaket, dan topi klasik. Kain ini lebih tahan lama, cukup
nyaman dan mudah dicuci sehingga kerap dipilih sebagai bahan seragam layanan.
Banyak perawat atau relawan rumah
sakit memakai seersucker merah dan putih yang lebih dikenal dengan sebutan “Candy
Stripe“. Banyak juga yang memanfaatkan seersucker dalam pembuatan quilting,
mantel olahraga, serta busana pria.
Permukaan berkerut pada seersucker
terbentuk karena perbedaan tegangan benang lungsin dan benang pakan selama
proses penenunan. Kain tersebut kemudian diperlakukan sedemikian rupa untuk
menciptakan efek kerut yang lebih jelas.
Proses pembuatannya melibatkan
dua lungsin dengan tegangan berbeda. Satu buah lungsin diatur pada tegangan
yang teratur, menghasilkan garis-garis polos. Sedangkan benang lusi kedua memiliki
tekanan lebih tinggi sehingga menghasilkan tekstur unik berupa kerutan. Secara
prinsip, mekanisme pertenunan yang menggunakan satu benang kendur dan benang
lainnya kencang akan menghasilkan efek berkerut.
Umumnya bahan seersucker memiliki
pola garis-garis vertikal (stripes)
atau kotak-kotak (gingham atau square) dari penggunaan warna yang berbeda pada
benang lungsin dan benang pakan. Namun ada juga jenis seersucker berwarna
solid.
Meski variasi warnanya makin
beragam tapi hingga saat ini, kain seersucker dengan pola garis berwarna biru
putih masih jadi favorit banyak orang. Banyak produsen mengaplikasikannya dalam
pembuatan busana kasual atau semi-formal seperti setelan jas, topi, celana
pendek, kemeja, blouse, tunik hingga bando.
Bahkan tak sedikit yang memodifikasi
kain bertekstur unik ini jadi produk linen rumah tangga. Contohnya yaitu gorden
dan tirai yang dapat menjaga sirkulasi udara sehingga cocok untuk iklim tropis.
Diantara kelebihan seersucker
meliputi sifat bahan yang ringan, adem
dan breathable. Itu menjadikannya
pilihan ideal untuk pakaian musim panas. Istimewanya lagi kamu tidak perlu menyetrika baju seersucker
mengingat karakter kainnya memang berkerut. Tampilan unik dan menciptakan kesan gaya casual nan stylish. Harga kainnya pun relatif terjangkau.
Sayangnya, permukaan berkerut seersucker membuatnya lebih rentan kotor
karena mudah menangkap debu maupun partikel lain. Cukup sulit menjaga
pakaian bahan seersucker agar tetap bersih. Tampilannya juga kurang formal. Artinya baju bertekstur
ini hanya pas dipakai saat menghadiri acara-acara santai. Pemakaian jangka lama
juga akan mengurangi efek kerut
pada kain.