Penyusutan adalah salah satu
permasalahan yang kerap dihadapi oleh pemilik usaha manufaktur clothing maupun
pakaian jadi. Mengingat faktor ini sapat mempengaruhi konsistensi ukuran serta
kesesuaiannya dengan tubuh pemakai. Mekanisme penyusutan kain bisa terjadi
selama proses pembuatan, saat mencuci ataupun mengeringkan pakaian.
Tapi, tahukah kamu apa penyebab
utamanya? Temukan jawabannya di ulasan berikut ini, yuk!
Secara harfiah, fabric shrinkage alias penyusutan kain menunjukkan tingkat perubahan panjang maupun lebar kain seperti memendek atau menyempit. Biasanya terjadi setelah pencucian, perendaman, maupun pengeringan. Penyusutan bisa dihitung dalam skala persentase berdasarkan ukuran kain sebelum direndam air dan setelah dikeringkan lagi.
Hampir semua pakaian akan mengalami penyusutan seiring berjalannya waktu. Jenis kain yang lebih mudah menyerap air cenderung memiliki angka penyusutan tinggi. Hal tersebut dikarenakan kemudahan seratnya mengembang dan benang menjadi tebal.
Tenunan kain yang longgar lebih meregang tapi juga menyusut lebih banyak ketika terkena air, panas, dan agitasi dibandingkan tenunan rapat yang kokoh. Mekanisme pewarnaan atau finishing juga mempengaruhi nilai penyusutan kain.
Baca Juga: |
Dari ulasan tersebut, bisa
disimpulkan bahwa ada beberapa faktor teknis yang mempengaruhi nilai susut kain:
1.
Bahan Baku
Serat secara alami dapat menyerap kelembaban dan
memberikan reaksi berbeda saat terpapar panas. Ini adalah faktor terbesar dalam
penyusutan kain. Dalam penggunaan normal, kain dengan tingkat penyusutan rendah
adalah kain yang terbuat dari serat sintetis dan kain campuran ataupun linen.
Dalam hal ini, bahan linen natural menduduki peringkat
satu dalam daftar kain yang paling banyak mengalami penyusutan. Sehingga
pencucian suhu tinggi dan deterjen cuci biasa sangat tidak disarankan untuk
bahan ini.
Perlu diketahui juga bahwa bahan spandex yang
mengandung elastane memiliki tingkat penyusutan lebih tinggi ketimbang jenis kain
tanpa campuran spandek.
2.
Struktur kain
Kain rajut lebih rentan susut dari kain tenun. Hal tersebut
dikarenakan struktur kain rajut lebih longgar dan fleksibel karena dibuat
dengan mengunci simpul-simpulnya. Sedangkan pada kain tenun, benang dijalin
pada sudut siku-siku sehingga kostruksinya lebih stabil.
Selain itu, produk tekstil yang ditenun atau dirajut
secara longgar cenderung lebih banyak mengalami penyusutan daripada tenunan
maupun rajutan yang lebih rapat dan stabil. Kepadatan kain dan ketebalan benang
juga bisa mempengaruhi angka susut.
3.
Proses produksi dan finishing
Mekanisme pembuatan kain yang mencakup proses perajutan
atau penenunan, pencelupan dan finishing, dapat mempengaruhi nilai susut kain. Pengolahan
serat hingga menjadi lembaran kain memberikan banyak tegangan dan gaya mekanis,
mulai dari konversi serat menjadi benang melalui pemintalan, lalu benang
menjadi kain dengan penenunan maupun perajutan.
Penyusutan kain merupakan masalah
umum yang bisa memberi dampak signifikan pada kualitas serta kesesuaian ukuran
pakaian. Oleh sebab itu, penting untuk memahami hal-hal yang menyebabkan
penyusutan kain dan cara mencegahnya.
1.
Peregangan serat sebelum proses tenun
Salah satu penyebab utama penyusutan adalah
pelonggaran tegangan yang diberikan pada serat sebelum proses perajutan atau
penenunan. Benang diregangkan dan ditahan agar tetap memudahkan pembuatan
bentuk serta ukuran yang diinginkan.
Setelah kain dicuci atau terkena panas, serat tersebut
mengendur dan kembali ke kondisi alaminya, sehingga ukuran kain menjadi lebih
kecil. Persentase penyusutannya bisa bervariasi, tergantung jenis kain, proses
pembuatan, dan faktor-faktor lain.
2.
Pembasahan dan pengeringan
Penyusutan kain tidak hanya disebabkan oleh pelepasan
tegangan yang diberikan selama proses pembuatan, tetapi juga pembengkakan serat
dan benang yang terjadi saat basah. Penataan ulang serat bahan secara internal akan
mengakibatkan pemendekan eksternal.
Ketika produk direndam, air berperan sebagai media
relaksasi dari semua tekanan ataupun tegangan dan kembali rileks. Namun, beberapa
penyusutan sisa tetap ada, bahkan lebih banyak setelah proses finish di tahap
garmen. Sehingga menyebabkan deformasi atau perubahan bentuk usai pencucian
rumah tangga hingga batas-batas tertentu. Tingkat penyusutan yang tidak normal
dianggap sebagai ketidaksesuaian standar atau under quality.
3.
Proses pemotongan
Penyusutan terjadi saat kain “kembali ke bentuk
aslinya” setelah diregangkan terlalu kencang selama proses pemotongan di
industri garmen. Kain yang menyusut di meja potong bisa menjadi lebih pendek
dan lebar dari ukuran awal.
Guna meminimalisir kemungkinan perubahannya, kain yang sudah digelar perlu diistirahatkan selama semalaman sebelum dipotong agar seratnya lebih rileks. Tambahkan sedikit toleransi ukuran pada pola sebagai penyeimbang ketika ukurannya menyusut. Jika pemotongan beberapa lapis kain dilakukan secara bersamaan, pastikan lembaran paling bawah tidak terlalu tertekan agar hasilnya tetap seragam.
Produsen dapat melakukan beberapa cara untuk mencegah penyusutan kain selama proses produksi, seperti:
· Finishing sanforizing, dimana kain dipaksa menyusut secara lebar dan atau memanjang. Sehingga kecenderungan susut setelah pencucian lebih minimal.
·
Menggunakan siklus pencucian dan pengeringan
dengan suhu rendah
·
Menghindari penggunaan bahan – bahan kimia keras
selama produksi
·
Menyimpan kain di tempat yang sejuk dan kering
untuk mencegah kelembapan dan paparan sinar matahari secara langsung
Sebagai konsumen, kamu dapat
melakukan langkah-langkah berikut untuk mencegah penyusutan kain saat merawat
pakaian di rumah:
·
Baca dan ikuti petunjuk label perawatan pada
bajumu
·
Cuci dan keringkan pakaian pada suhu rendah
·
Hindari penggunaan air panas
·
Cucilah baju dengan tangan, sebisa mungkin
hindari menggunakan mesin cuci
·
Keringkan pakaian dengan cara diangin-anginkan